Terjebak Cinta Si Perawan Tua

Terjebak Cinta Si Perawan Tua

Bab 1 Perawan Tua

Acara kumpul keluarga setiap selesai lebaran kadang membuat seorang Malena Rachman tak pernah merasa nyaman. Para tetua di keluarganya selalu saja bercerita setinggi langit tentang pencapaian yang telah mereka dapatkan.

Keadaan ekonomi yang paling sering mereka perbincangkan. Tentang kesuksesan mereka menjadi seorang petani cabe dan juga peternak ayam petelur.

Kartina, ibu Malena yang hanya mengandalkan pendapatan dari buruh tani biasanya hanya diam dan menyimak pembicaraan. Ibunya yang miskin itu memang berbeda dengan saudaranya yang lain. Ia tidak mampu secara ekonomi tapi Malena ia sekolahkan sampai sarjana agar bisa hidup lebih baik daripada dirinya.

Pembicaraan itu pun semakin jauh menggelinding. Dari tema harga emas, harga tanah, dan harga kendaraan, kini mereka membahas tentang pernikahan.

Pandangan om dan tantenya itu tiba-tiba langsung mengarah padanya dan langsung membuat jantung Malena berdebar. Ia takut kalau orang-orang itu akan menanyakan kapan ia menikah seperti sebelum-sebelumnya.

Karena kata mereka, ia sudah terlalu tua tapi belum juga mendapatkan pasangan.

Dengan menundukkan pandangannya, ia pun berpura-pura sibuk. Mengatur kue-kue kering di atas meja dan menuangkan minuman dingin ke dalam gelas-gelas untuk para tamu.

Sungguh, mereka tidak tahu, kalau ia sangat tidak suka dengan pertanyaan seperti itu.

Cukuplah desas-desus tetangga kostnya di kota yang juga sering menyindirnya dengan istilah perawan tua.

"Duduk sini Len," panggil salah satu kerabatnya.

"Iya tante," sungkan Malena dan berpikir untuk kabur agar tidak lagi menjadi pusat perhatian.

"Ayok sini. Kita ngobrol banyak," panggil wanita itu lagi. Malena tersenyum. Dan demi menghormati para orang tua, ia pun duduk dan bergabung dengan anggota keluarga lainnya. Menyimak dan mendengarkan pembicaraan orang-orang.

Meraih kue kering yang selalu jadi favorit semua orang, yaitu nastar keju, ia pun mengunyahnya pelan.

"Adik sepupu kamu sudah ada yang lamar lho Len," ucap tante Yati yang duduk di seberang meja Malena.

"Oh Alhamdulillah tante," jawab gadis itu singkat dan tanpa ekspresi. Ia melanjutkan mengunyah kue nastar potongan kedua sebagai bentuk usahanya membuat tameng yang kuat agar tidak ada pertanyaan berikutnya dari semua orang.

"Kamu kok belum ya, padahal kamu malah lebih tua daripada Sri." Tante Yati kembali bersuara dengan tatapan lurus pada Malena.

Gadis itu menghela nafasnya. Ia pikir tante Yati sudah tidak ingin menyambung percakapan yang sensitif ini tapi, eh tahu-tahunya, wanita berusia 60 tahun itu masih saja ingin menyudutkannya.

"Kalau dipikir-pikir, kamu sebenarnya cantik dan lebih menarik daripada Sri, tapi kok bisa ya, kamu belum laku juga."

Malena tersenyum meringis, perkataan wanita paruh baya itu begitu sarkas dan membuat kupingnya seketika sakit.

"Mungkin karena belum ada jodoh aja tante. Insyaallah akan ada jodohnya kok tapi belum sekarang." Malena menjawab santai, tepatnya berusaha santai sembari menggigit lagi kue nastar favoritnya.

"Eh jodoh itu tak akan datang sendiri tapi harus diusahakan juga. Kamu sih pakai pakaian tertutup seperti itu jadi laki-laki pada takut untuk mengenalmu. Kalau bisa jilbabmu itu dilepas saja dulu. Biar orang bisa lihat, kalau kamu itu sebenarnya cantik."

Malena tersenyum. Untuk pertama kalinya ia mendapatkan pujian dari wanita tua itu.

"Keluarga kita dari keturunan yang bagus bibitnya Len, lihat ibumu, cantiknya mengalahkan kita-kita semua disini. Tapi sayangnya rejekinya gak bisa mengalahkan kita," ucap tante Yati dengan ujung bibir terangkat.

"Dan ya, makan kamu juga dikurangilah, agar kamu gak gemuk kayak gentong. Nanti tambah lebih tua lagi kamu."

"Uhuk uhuk uhuk."

Malena tersedak. Ia pun cepat-cepat meraih minuman dingin dihadapannya dan meneguknya hingga tuntas. Baru saja ia diangkat ke langit eh, malah langsung dilempar ke selokan dengan sangat sadis.

"Kita semua malu lho kalau ada anggota keluarga kita yang jadi perawan tua. Iyya 'kan?"

Deg

Malena kembali tersinggung dengan bacot sang tante. Ia pun mengangkat wajahnya kemudian memperbaiki letak kacamatanya.

"Aku ini masih usia 25 tante. Aku belum perawan tua. Aku masih muda. Jadi berhenti mengatakan hal yang sangat menyakitkan seperti itu." Malena langsung membalas karena sudah mulai gerah.

"Lah 25 dibilang muda. Kamu tidak lihat teman-teman kamu sewaktu SD? Ada Suri, Dewi, bahkan Ria, mereka sudah punya anak dua dan bahkan tiga. Mereka cepat menikah dengan para tengkulak di desa ini. Mereka jadi istri bos sekarang. Sedang kamu? Masih mati-matian menjadi seorang guru, itupun hanya sebagai guru honorer."

Malena mengepalkan kedua tangannya menahan untuk tidak membalas.

"Lah kamu, dilamar sama anaknya pak lurah yang ganteng itu kamu tolak. Maunya kamu apa sih Len? Mau dilamar sama bupati kamu?!"

Malena mendengus dan mengunyah cepat potongan kue nastar yang ada di tangannya. Ia lalu menatap tantenya itu tajam. Ia sudah tidak ada kesabaran lagi. Cukup sudah! Ia akan membalas semua perkataan wanita itu sekarang.

'Mungkin aku akan mendapatkan predikat sebagai anak yang tidak tahu tata krama tapi aku tidak perduli lagi,' ucapnya dalam hati.

"Tante, dengar aku baik-baik. Aku ini bukan tidak laku tapi memang belum mau menikah tante. Aku juga harus memilih calon yang baik untuk aku, yang bisa jadi imamku kelak. ibuku saja gak pernah maksa, lah kenapa sekarang tante yang terlalu sibuk ngurusin aku!" sarkas Malena.

"Bagaimana kalau tante urus anak tante sendiri. Biar dia cepat menikah sesuai keinginan tante saja!" lanjut gadis itu sengit. Sungguh, ia tidak sadar kalau semua orang yang ada di ruangan itu kini menatapnya karena kaget.

Yati tercengang dengan kata-kata Malena. Ia pun berdiri dari duduknya dan menghampiri gadis itu.

"Apa kamu bilang? Kamu berani berkata seperti itu pada tante Hah?!" pekik Yati tak terima.

"Katanya kamu seorang guru. Kok bisa tidak sopan begini sama orang tua. Gini nih kalo kamu sok pintar. Dikasih tahu malah nyalak. Ya sudah, tante tidak akan perduli lagi padamu. Tante akan melarang orang-orang untuk datang melamar kamu biar kamu jadi perawan tua terus!" tunjuk Yati dan langsung meninggalkan tempat itu dengan wajah kesalnya.

Seluruh anggota keluarga yang ada di dalam ruangan itu hanya bisa terdiam dan berpura-pura sibuk. Mereka sepertinya tidak ingin lagi terlibat karena Malena ternyata bisa melawan.

Malena sendiri langsung ikut beringsut dari kursinya. Ia lebih baik mengurung diri di kamar dan tidak bergabung dengan keluarga yang lain.

Tak ingin ia menyesal dengan keadaan yang selalu terjadi padanya ketika bertemu dengan keluarganya, tapi apa boleh buat, ia tetap saja sakit hati.

Terkadang ini adalah salah satu alasannya ia tak ingin pulang kampung saat lebaran karena semua orang sibuk menanyakan tentang hal-hal pribadinya yang sangat ingin ia simpan baik-baik.

🌻

*Like dan ketik komentar dong 🤭*

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

Pernah diposisi malena. tp lebih byk ocehan tetangga, bawa temen cowo kermh..mrk rame, kita malam mingguab sendirian dikatain..😆😆tp setelah nikah dn punya ank 2, dah bisa ga peduli sm ocehan tetangga lg, tp kalo ada yg berani macem" ngomonginnya...skrang langsung aku paranin kermhnya...
dah semakin kuat mentalku...wkwk,..aplg lg omongan mertua...lebih memilih menjauh dn ga mau tau, drpd jd toxic buat diriku sendiri.

2024-06-01

1

Bunda

Bunda

Aku tandain dulu ya thor,..biar ga ilang 😇

2024-05-25

2

nuraeinieni

nuraeinieni

rata2 itu selalu jd pertanyaan kalau usia sudah 25,,,apalagi sdh 30,jd bahan gunjingan perawan tua,tdk dari keluarga ataupun tetangga.

2024-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perawan Tua
2 Bab 2 Keinginan Ibu
3 Bab 3 Sumpah Farel
4 Bab 4 Rencana Marvin
5 Bab 5 Solo Hiking
6 Bab 6 Dagingnya Alot
7 Bab 7 I Love Monday
8 Bab 8 Taktik Elsa
9 Bab 9 Ujian Remedial
10 Bab 10 Ingin Bertemu
11 Bab 11 Ditanggung BPJSkah?
12 Bab 12 Guru Jujur
13 Bab 13 Calon Menantu
14 Bab 14 Dasar Manja!
15 Bab 15 Anak Kecil?
16 Bab 16 Cuma Nanya
17 Bab 17 Tema Pembuahan
18 Bab 18 Ada CCTV
19 Bab 19 Ketakutan Malena
20 Bab 20 Hanya Teman
21 Bab 21 Harus Tanggung Jawab
22 Bab 22 Drama Elsa
23 Bab 23 Butuh Istirahat
24 Bab 24 Perlu Diculik
25 Bab 25 Kalimat Terkutuk
26 Bab 26 Saya Hamil
27 Bab 27 Takut Mati
28 Bab 28 Suami Brondong
29 Bab 29 Pengen Pelukan
30 Bab 30 Siapa Takut?
31 Bab 31 Miss Rachmah
32 Bab 32 Wanita Rahasia
33 Bab 33 Menantu Impian
34 Bab 34 Perang Saudara
35 Bab 35 Terserah!
36 Bab 36 Emosi Jiwa
37 Bab 37 Calon Pebinor
38 Bab 38 Boleh Gabung?
39 Bab 39 Keinginan Marthin
40 Bab 40 Marthin Membeku
41 Bab 41 Siapakah Dia?
42 Bab 42 Gak Percaya!
43 Bab 43 Doa Makan
44 Bab 44 Makanan Kesukaan
45 Bab 45 Malena Undur Diri
46 Bab 46 Kekhwatiran Marvin
47 Bab 47 Anunya Pasti Anu
48 Bab 48 Hanya Sedikit
49 Bab 49 Besok Pasti Bertemu
50 Bab 50 Rindu Malena
51 Bab 51 Merasa Bersalah
52 Bab 52 Tak Ada Waktu
53 Bab 53 Semoga Saja
54 Bab 54 Tidur Disini Saja
55 Bab 55 Gak Bisa Anu
56 Bab 56 Anu Lagi
57 Bab 57 Nanti Cegukan
58 Bab 58 Tak Akan Memaafkan
59 Bab 59 Hati Yang Luka
60 Bab 60 Siapa Takut?
61 Bab 61 Jelaskan Padaku!
62 Bab 62 Pergilah!
63 Bab 63 Praktek Tema Pembuahan
64 Bab 64 Gelombang Rindu
65 Bab 65 Gak Lolos Sensor
66 Bab 66 Stop It!
67 Bab 67 Pengen Mimik
68 Bab 68 Merasa Insecure
69 Bab 69 Milik Siapa?
70 Bab 70 Harus Pergi
71 Bab 71 Ketakutan Malena
72 Bab 72 Akhirnya Sah
73 Bab 73 Demi Nyawa Pasien
74 Bab 74 Cara Kotor
75 Bab 75 Rindu Anu
76 Bab 76 Gaun Pengantin
77 Bab 77 Sport Jantung
78 Bab 78 Dibuka Saja
79 Bab 79 Lezatnya Malena
80 Bab 80 Anu Gak Ya?
81 Bab 81 Sudah Hancur
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 Perawan Tua
2
Bab 2 Keinginan Ibu
3
Bab 3 Sumpah Farel
4
Bab 4 Rencana Marvin
5
Bab 5 Solo Hiking
6
Bab 6 Dagingnya Alot
7
Bab 7 I Love Monday
8
Bab 8 Taktik Elsa
9
Bab 9 Ujian Remedial
10
Bab 10 Ingin Bertemu
11
Bab 11 Ditanggung BPJSkah?
12
Bab 12 Guru Jujur
13
Bab 13 Calon Menantu
14
Bab 14 Dasar Manja!
15
Bab 15 Anak Kecil?
16
Bab 16 Cuma Nanya
17
Bab 17 Tema Pembuahan
18
Bab 18 Ada CCTV
19
Bab 19 Ketakutan Malena
20
Bab 20 Hanya Teman
21
Bab 21 Harus Tanggung Jawab
22
Bab 22 Drama Elsa
23
Bab 23 Butuh Istirahat
24
Bab 24 Perlu Diculik
25
Bab 25 Kalimat Terkutuk
26
Bab 26 Saya Hamil
27
Bab 27 Takut Mati
28
Bab 28 Suami Brondong
29
Bab 29 Pengen Pelukan
30
Bab 30 Siapa Takut?
31
Bab 31 Miss Rachmah
32
Bab 32 Wanita Rahasia
33
Bab 33 Menantu Impian
34
Bab 34 Perang Saudara
35
Bab 35 Terserah!
36
Bab 36 Emosi Jiwa
37
Bab 37 Calon Pebinor
38
Bab 38 Boleh Gabung?
39
Bab 39 Keinginan Marthin
40
Bab 40 Marthin Membeku
41
Bab 41 Siapakah Dia?
42
Bab 42 Gak Percaya!
43
Bab 43 Doa Makan
44
Bab 44 Makanan Kesukaan
45
Bab 45 Malena Undur Diri
46
Bab 46 Kekhwatiran Marvin
47
Bab 47 Anunya Pasti Anu
48
Bab 48 Hanya Sedikit
49
Bab 49 Besok Pasti Bertemu
50
Bab 50 Rindu Malena
51
Bab 51 Merasa Bersalah
52
Bab 52 Tak Ada Waktu
53
Bab 53 Semoga Saja
54
Bab 54 Tidur Disini Saja
55
Bab 55 Gak Bisa Anu
56
Bab 56 Anu Lagi
57
Bab 57 Nanti Cegukan
58
Bab 58 Tak Akan Memaafkan
59
Bab 59 Hati Yang Luka
60
Bab 60 Siapa Takut?
61
Bab 61 Jelaskan Padaku!
62
Bab 62 Pergilah!
63
Bab 63 Praktek Tema Pembuahan
64
Bab 64 Gelombang Rindu
65
Bab 65 Gak Lolos Sensor
66
Bab 66 Stop It!
67
Bab 67 Pengen Mimik
68
Bab 68 Merasa Insecure
69
Bab 69 Milik Siapa?
70
Bab 70 Harus Pergi
71
Bab 71 Ketakutan Malena
72
Bab 72 Akhirnya Sah
73
Bab 73 Demi Nyawa Pasien
74
Bab 74 Cara Kotor
75
Bab 75 Rindu Anu
76
Bab 76 Gaun Pengantin
77
Bab 77 Sport Jantung
78
Bab 78 Dibuka Saja
79
Bab 79 Lezatnya Malena
80
Bab 80 Anu Gak Ya?
81
Bab 81 Sudah Hancur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!