Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.
Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.
Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.
Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
Bab 26. Tidak Mau Menurut Lagi
POV Author
"Bu, Ibu merasa tidak sih kelakuan Lastri itu mulai berbeda. Dia menjadi lebih berani sekarang."
"Ssstt! Kecilkan suara mu nanti dia dengar! Kamu mau rahasia Hendra terbongkar dan Hendra menyetop uang jajan Dion dan Marla?!"
"Tapi ngeselin loh Bu?! Pengen ku jambak rasanya! Sudah tidak pernah lagi mau di suruh, selalu ada saja alasannya. Salah Hendra ini, kenapa harus punya istri dua. Kita yang ribet jadinya!"
"Sudah, sudah! Nanti Ibu coba suruh Lastri."
"Sekarang saja Bu..."
"Ish, kamu ini?!"
Bu Ida segera menuju kamar Lastri di ikuti Tatik di belakangnya.
"Tok..Tok..Tok !"
Cukup keras cara Bu Ida mengetuk pintu kamar Lastri.
"Tok.. Tok.. Tok..!"
Dan itu dilakukan berulang-ulang.
"Lastri! Buka pintunya?!"
Dan pada akhirnya Bu Ida setengah berteriak memanggil Lastri. Namun pintu kamar itu tetap tertutup dengan rapat.
"Buka aja Bu, pakai kunci cadangan."
"Ya sudah, ambil sana!"
Tatik bergegas ke kamar ibunya mengambil kunci cadangan. Begitu menemukan ia pun segera kembali ke depan pintu kamar Lastri. Dengan tidak sabaran, Tatik mencoba membuka pintu itu.
"Kamu sedang apa Mbak?!" Tanya Lastri yang baru saja masuk rumah dan mendapati ibu mertua dan kakak iparnya tampak berusaha ingin masuk ke dalam kamarnya.
Bu Ida dan Tatik tersentak karena tiba-tiba saja Lastri ada di belakang mereka. Mereka tidak menyadari kedatangan Lastri yang sudah sejak awal masuk memperhatikan perbuatan mereka.
Tatapan Bu Ida menelisik pada kantong besar yang di bawa oleh Lastri.
"Itu apa?" Tanya Bu Ida penasaran.
"Oh, ini pakaian bersihku. Habis dari laundry." Jawab Lastri santai.
Lastri sengaja memanasi Ibu mertua dan Kakak iparnya. Selama beberapa hari tinggal di rumah ibu mertuanya, Lastri tidak pernah mencuci pakaian atau memasak. Bahkan menyapu hanya di dalam kamarnya saja. Keluar kamar hanya seperlunya, ke kamar mandi atau pun mencari makan dan mengantarkan pakaian kotor ke laundry.
Tentu saja hal itu membuat Tatik dan Bu Ida meradang.
"Apa?! Kamu habis dari laundry?! Mau sampai kapan kamu borosin uang Hendra?! Heh Lastri, anakku banting tulang di luar sana, tapi kamu malah enak-enakan ngamburin uangnya. Mikir dong kamu?!"
"Loh, ini kan nafkah dari Mas Hendra, Bu. Jadi tidak masalah dong aku memakainya untuk apa. Justru yang tidak wajib itu yang seharusnya tidak di nafkahi. Eh, malah minta di tanggung terus. Keenakan sampai lupa diri." Sarkas Lastri menyentil Tatik.
Wajah Tatik merah padam antara menahan malu dan juga marah. Tangannya mengepal geram dengan ucapan Lastri yang begitu mengena hatinya.
"Maksud mu apa bicara begitu?!" Tanya Tatik tidak terima di tuding demikian.
"Kenapa Mbak? Kan aku ngomong apa adanya. Lagian gaji PNS masa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Mbak dan anak-anak. Apa jangan-jangan, Mbak terlalu boros?"
"Wah, kamu sudah berani melawan ya sekarang. Kamu lupa posisi mu disini tuh apa heh?!"
"Aku bukan melawan, tapi mengingatkan Mbak yang selama ini pura-pura lupa atau tidak mau tahu sama sekali. Sudah, besok aku mau susul Mas Hendra saja!"
"Eeehh, mau ngapain kamu?!" Tanya Bu Ida panik.
"Ya tinggal bareng suamiku dong Bu. Di rumah ini tidak membuat aku betah."
"Tidak boleh!"
"Loh kenapa?"
"Pokoknya tidak boleh!"
"Harus ada alasannya kenapa tidak boleh loh Bu?".
"Waktu itu kan susah Ibu jelaskan kepada mu alasannya. Hendra bisa kerepotan kalau kamu disana. Sudah, kamu di sini saja!"
"Ya sudah." Ujar Lastri langsung menyelonong masuk dan menutup pintu kamarnya membuat kedua ibu dan anak itu ternganga.
Sikap Lastri benar-benar membuat Tatik berang sehingga ia segera menarik tangan ibunya agar menjauh dari kamar Lastri.
"Bu, menantu Ibu itu harus dikasi pelajaran sesekali biar kapok. Lihat saja tingkahnya sekarang, sudah berani melawan dan seperti nyonya besar di rumah ini!" Kata Tatik dengan nada setengah berbisik.
"Ibu setuju dengan kamu. Tapi gimana caranya?"
"Gampang itu Bu. Serahkan saja sama aku." Ujar Tatik percaya diri.
***
Sementara Lastri sedang berperang dengan ibu dan saudaranya, lain halnya dengan Hendra yang sedang bucin menuruti semua permintaan istri tercinta.
Mereka sedang berada di sebuah depo bangunan. Depo Bangunan adalah supermarket Bahan Bangunan yang menyediakan kebutuhan membangun dan merenovasi rumah, mulai dari bahan bangunan hingga perlengkapan rumah tangga.
Rara memilih stiker dinding, lalu memilih bathtub serta kran shower untuk kamar mandinya, juga memilih cermin besar untuk di kamarnya dan lain-lain. Semua dia yang memilih sesuai dengan seleranya. Begitu membayar, Hendra nyaris menjerit dengan harga barang-barang itu.
Tapi apa mau di kata. Karena sudah cinta, Hendra pun menuruti kemauan istrinya keduanya itu.
"Ya Bu...."
"Hendra kamu urus istri kamu itu! Dia sudah tidak pernah lagi mau ngapa-ngapain di rumah ini. Asal di suruh pasti langsung mengancam ingin menyusul mu. Ibu sudah tidak tahan."
"Ck! Apapun itu tahan saja Bu... Jangan sampai dia tahu aku menikah lagi bisa-bisa dia menuntut harta gono gini lagi nanti."
"Kamu harus ngasi Ibu jatah yang banyak pokoknya. Ibu capek ngerjain semua sendirian!"
"Kan kemarin-kemarin sudah banyak Bu, kurang apa apalagi?!"
"Halah! Kalau kamu pulang, kamu lihat kelakuan istrimu. Setiap hari dia berbelanja ini dan itu menghabiskan uang kamu. Kamu kasih dia berapa sampai dia setiap hari jajan begitu?"
"Sedikit Bu, seperti biasanya. Mungkin dia di kasih uang sama orang tuanya di kampung."
Sesaat suara di seberang sana hening. Bu Ida terdiam sesaat memikirkan perkataan Hendra barusan.
"Ck! Pokoknya seperti kata Ibu tadi. Kamu harus tambahin jatah Ibu!"
"Iya Bu, iya..."
Hendra menutup panggilan teleponnya setelah sang Ibu tidak lagi mengadu padanya.
"Ada apa Mas? Perempuan itu buat ulah lagi?" Sungut Rara.
"Iya. Dia mulai tidak menurut sama Ibu."
"Haaah! Cerai kan saja apa susah nya sih Mas?"
"Tidak bisa begitu sayang. Ibuku ada hutang dengan orang tua Lastri dulu. Kalau dia menuntut kembali hutang itu dan harta gono gini nilai nya itu sangat besar. Aku tidak mau dia mengambilnya."
"Ck! Ngerepotin banget! Hutang apa sih Mas?"
"Ibu dulu meminjam tanah orang tua Lastri terus di jual. Nah uangnya di belikan ke rumah Mbak Tatik beserta isinya."
"Apa?! Kok bisa gitu?"
"Gara-gara Almarhum Bapak ku, yang membelikan rumah untukku dan Lastri jadinya Mbak Tatik merengek pada Ibu. Lalu Ibu beralasan pada orang tua Lastri, kalau uang tanah itu di belikan ke rumah yang sekarang kami tempati."
"Perempuan itu tidak tahu?"
"Sepertinya tidak. Karena sampai sekarang dia tidak pernah mengungkit apapun. Karena itu aku mau merahasiakannya."
"Tapi aku tidak mau selamanya jadi istri ke dua mu loh, Mas!" Tuntut Rara.
"Iya sayang, aku mengerti perasaan mu. Setelah rumah kita selesai aku akan nabung lagi untuk membayar hutang pada orang tua Lastri. Setelah itu, aku akan ceraikan dia."
"Janji Mas?"
"Janji sayang..."
Bersambung...
Jangan lupa like dan komennya ya🙏😊