Jika merindukan orang yang sudah tiada adalah hal menyakitkan, mungkin tidak selamanya seperti itu yang di rasakan oleh seseorang.
Dia merindukannya tapi di satu sisi ia ingin menjauh dan pergi darinya demi kebahagian orang yang ia sayangi.
Dan semua kenangan yang pernah tercipta akan kah hilang seiring dengan luka yang sudah terlalu lama bertahta???
Selamat datang di tulisan receh Mak Othor 😊
Biar ngga gagal paham, silahkan mampir ke Riang (sadar diri) lebih dulu 🙏🙏🙏
semoga di minati teman-teman readers ya 🤗 mohon kritik dan sarannya.
Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Ziyad berpamitan pada Citra untuk kembali ke kantornya. Citra tak keberatan karena memang kondisi perusahaan sedang kurang baik.
"Nanti mas balik lagi ya!", kata Ziyad mengecup sekilas bibir pucat istrinya. Citra hanya mengedipkan matanya. Tapi Ziyad baru menyadari jika Citra menautkan jari telunjuknya di jari Ziyad.
Lelaki itu memandang jari nya yang saling bertautan dengan jari istrinya.
"Kamu bisa membalas tautan jari ku, sayang?", Ziyad mengelus kepala Citra. Perempuan cantik itu berusaha untuk menjawab. Bibir bawahnya mulai berkedut ingin tersenyum atau sekedar bergerak.
"Alhamdulillah....jangan memaksakan diri sayang. Mas yakin kamu akan segera sembuh. Kita akan berkumpul bersama lagi!", kata Ziyad lirih. Citra kembali mengedipkan matanya.
Ziyad akhirnya keluar dari ruangan itu. Bukan langsung pulang, tapi ia menghubungi seseorang di kampung di mana lokasi peretas berada.
Ganesh tidak bodoh, tentu orang IT akan mudah menemukannya. Lagi pula alamat email Ganesh bukan lah alamat yang berhubungan langsung dengan data juga urusan kuliahnya.
Email itu di buat saat masih di bangku putih biru dulu.
Syam yang ada di rumah Arya bersiap ke kediaman Lingga pun memilih mengangkat panggilan dari papa mertuanya lebih dulu.
[Assalamualaikum , Syam?]
[Walaikumsalam ,ya Pa?]
[Sibuk kamu di situ? Udah sampaikan permohonan maaf papa sama Abah dan ibu kamu karena papa ngga datang kan?]
[Udah , Pa. Ngga apa-apa. Kabarnya, mama semakin membaik sekarang?]
Dan obrolan panjang itu pun terus berlanjut hingga pertanyaan inti yang ingin Ziyad tahu.
[Syam justru sama sekali ngga tahu tentang perusahaan papa yang hampir kolaps!]
[Tapi saat di lacak, lokasi peretas ada di kampung itu. Papa pikir itu kamu!]
[Akun email nya papa tahu?]
[@NeshGa00 dan @SA Wijaya dr]
[Ganesh itu, pa! Dia suka pinjam note book Syam. Dia hacker gitu pa...??]
Selesai memberi kabar pada menantunya, Ziyad mencari tahu tentang seseorang yang berada di rumah sakit yang sudah diam-diam membantunya.
"Selamat siang pak Ziyad!", sapa salah satu dokter. Mungkin mereka semua sudah hafal betul seperti apa seorang Ziyad karena istrinya pernah lama sekali di rawat di rumah sakit ini.
Saat Ziyad dan dokter mengobrol, Shakiel keluar dari sebuah ruangan khusus anak koas.
Kedua pasang mata itu hanya saling bertatapan beberapa saat. Tapi seperti biasa, Shakiel yang lebih dulu memutuskan tatapan itu.
"Mari ke ruangan sini saja pak, saya hanya akan menjelaskan sedikit!", kata dokter tersebut yang justru mengajak Ziyad masuk ke ruangan khusus koas tadi. Kebetulan ada anak koas lain yang sedang beristirahat.
"Meja ini milik siapa? Kosong?", tanya dokter itu pada salah seorang anak koas yang duduk di mejanya.
"Punya dokter Shaki ,dok!", jawabnya.
"Kenapa laptopnya malah di tinggal gini aja?", monolog dokter itu. Ia menggeser laptop itu agar tak menghalangi obrolan antara dokter dan pak Ziyad.
"Ini dokter Shaki...ngapain ya??", tanya dokter yang merasa heran dengan coding angka yang berderet.
"Kenapa pak?", tanya Ziyad.
"Ngga apa-apa pak, hanya saja sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan dunia medis."
Dokter itu menggesernya. Mereka mengobrol tentang kesehatan Citra. Bisa saja mereka mengobrol di ruangan sang dokter ,tapi kebetulan ada tempat yang bisa di gunakan untuk mengobrol.
Ziyad membaca sebuah coretan di meja Shakiel. Nama perusahaannya tertulis di sana.
Juga beberapa rumus atau apa yang Ziyad tak paham. Meski ia mantan polisi, tapi digital bukan dunianya.
El diam-diam melakukannya??? Batin Ziyad.
Sebuah senyum terbit di bibirnya. Selain karena El ,Ziyad juga tersenyum menanggapi dokter yang memberi tahu beberapa hal yang menunjukkan kemampuan Citra.
💕💕💕💕💕
"Bu Dhe....!", teriak Risya pada Galuh. Di susul oleh Shaka yang ikut ke Lingga.
"Udah pada mam?", tanya Galuh.
"Udah bu dhe!", jawab keduanya.
"Ya udah, main sama Bu Dhe yuk!", ajak Galuh pada kedua bocil itu. Riang menyusul setelahnya.
"Bang, Ganesh mana?", tanya Syam pada Lingga.
"Di atas. Kenapa?", tanya Lingga.
"Ngga apa-apa sih Bang!", jawab Syam.
"Mau di ajak balik ke Jakarta sekarang?", tanya Lingga lagi.
Syam menggeleng lalu menjelaskan pada kakak iparnya tersebut seperti apa yang papa mertuanya katakan.
"Ganesh bisa begituan?", tanya Lingga tak percaya.
"Abang jangan lupa, dari kecil dia juga udah disuguhin neraca lajur!", kata Syam. Lingga tertawa pelan.
"Ya udah ,kamu samperin ke atas deh Syam!", kata Lingga. Syam pun lanjut ke lantai atas di mana kamar Ganesh adalah kamarnya dulu.
Syam melihat Ganesh yang sedang bermain ponsel di ranjangnya.
"Naon mang?", tanya Ganesh tanpa menoleh pada Syam yang bediri di ambang pintu. Syam mendekati dan duduk di dekat Ganesh.
"Apa sih Mang? Serius banget deh!", celetuk Ganesh.
"Kamu yang udah bantu perusahaan papa dari kebangkrutan?", tanya Ganesh.
"Opa Glen bangkrut ?", tanya Ganesh.
"Bukan papa Glen, Nesh! Papanya Riang!", sahut Syam.
Karena Syam sudah terlanjur tahu, Ganesh pun menjawab jujur.
"Tapi...setahu Mamang, lokasi bisa di sembunyikan. Apa kamu sengaja?", tanya Syam.
"Huum!", jawab Ganesh. Lalu ia pun menceritakan tentang El yang meminta bantuan padanya hingga perusahaan papanya kembali pulih.
"El juga melakukannya?", tanya Syam. Ganesh pun mengangguk untuk mengiyakannya.
Syam akhirnya sadar. Di balik keras kepala adik iparnya, masih ada rasa sayang yang tak perlu di ungkapkan pada keluarganya.
Semoga Allah melembutkan hati mu, ya El!! Batin Syam.
💕💕💕💕💕
Zea dan keluarga baru datang kerumah Lingga. Sejak Abah hajatan, Deni tak mengijinkan Zea untuk berkunjung ke sana dengan alasan Diaz.
Deni terlalu cemburu!
"Aa mah, jadi ngga makan enak aku mahh...!", celetuk Zea.
"Makan enak apa sih sayang? Kalaukamu mau, aku belikan online!!", kata Deni. Zea hanya memutar bola matanya malas.
"Dah lah, aku tuh ngga enak sama ibu dan Abah! Apalagi bang Syam dan kak Galuh! Kamu mah nggak ngerti."
"Kurang ngerti apa sih sayang??!"
"Kamu cemburunya kelewat deh. Diaz itu udah jadi saudara kita!", kata Zea.
Deni memilih menggendong Ziva dari pada melanjutkan apa yang menjadi topik permasalahan adalah Diaz!
"Dasar cemburu parah!!!", kata Zea menuntun Izaf menuju ke dalam rumah Lingga.
💕💕💕💕💕
🙏🙏🙏🙏🙏
Hima Ganin libur dulu ya, capek ngantuk 😔😔😔😔🙏🙏🙏🙏🙏🙏
terima kasih 🙏🙏🙏
terus eta duo g ngan dugi tunangan moal d halal kn
Bonchap doooooong
Jangan gondok ya lia