Menantu Terhina ( Dokter Genius)

Erlan yang berada di ER sedikit menepi saat Han memanggilnya. Beruntung siang itu ER memang sedang lenggang, jadi Erlan bisa berbicara dengan Han.

Han menyampaikan segala yang ia dengar di Lemah Joglo. Termasuk pembicaraan Astuti dengan Mbok Yem.

" Jadi, dari kecil Yasmin tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Sonya dan Haryo. Apa Yasmin bukan anak mereka? Han selidiki ini? Cari fakta 25 tahu yang lalu. Dimana Yasmin dilahirkan pasti di situ ada datanya."

Han mengangguk paham. Ia langsung pergi dari rumah sakit dan menjalankan perintah Erlan.

Erlan sungguh merasa bahwa Yasmin hidup dengan kurang baik selama ini meskipun di tengah-tengah keluarga kaya. Ia kembali mencium kening sang istri dan membelai lembut wajah Yasmin.

" Eh mas, sejak kapan mas tidur di sini?"

" Sekitar 10 menit yang lalu."

" Apa mas sudah selesai di ER nya?"

Erlan mengangguk lalu bangkit dari posisi berbaringnya. Ia membantu Yasmin untuk duduk bersandar. Erlan menatap Yasmin dnegan seksama, mencoba menyelami isi hati sang istri.

" Ada apa mas?"

" Ceritakan masa kecilmu? Aku sungguh penasaran."

Yasmin sedikit terkejut dnegan permintaan suaminya. Tapi detik berikutnya ia tersenyum dan mulai bercerita. Yasmin menceritakan apa saja yang ia ingat saat masih kecil. Dan, apa yang diceritakan Yasmin memang sama dengan obrolan Astuti bersama Mbok Jum.

" Jadi memang mami sama papi jarang banget bisa nemenin aku dulu. Aku tahu sih, mereka sibuk dan aku sudah biasa di rumah hanya dengan simbok."

Erlan membuang nafasnya kasar. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunyikan. Ia tidak lagi memperpanjang hal ini. Erlan memilih untuk memang Tian dan membawakan makanan. Makanan rumah sakit jelas membuat Yasmin kurang berselera, maka dari itu Tian diminta untuk beli di luar saja.

" Makan dan tidurlah lagi. Nanti dini hari kita akan mulai operasinya. Jangan takut, jangan khawatir."

" Mas, sepertinya kamu yang terlihat khawatir? Tenang saja mas, selagi mas yang melakukannya kau tidak akan pernah merasa takut. Bahkan jika aku harus mati, asalkan berada di dekatmu, tidak akan ada penyesalan bagiku sedikitpun."

" Stop, jangan bicara sembarangan. Semua akan baik-baik saja. Aku akan melakukan yang terbaik, dan kamu akan sehat seperti sedia kala."

Yasmin mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Erlan. Dan Erlan menangkap tangan Yasmin lalu menciumnya. Sebenarnya apa yang dikatakan Yasmin tidak sepenuhnya salah. Dia memang saat ini merasa sedikit was-was untuk operasi nanti.

" Semuanya akan baik-baik saja, aku yakin itu."

Erlan kemudian ikut makan bersama dengan sang istri. Mereka membicarakan hal yang menyenangkan selama makan. Meskipun sebenarnya Erlan diliputi rasa gundah, tapi dia menyimpannya dengan sangat baik sehingga Yasmin tidak mengetahuinya.

Lain hal dengan Asih, bibi radi Erlan itu saat ino tengah berada di RS Awal Brown tepatnya di ruangannya. Di sana dia memiliki tempat tersendiri.

Biasanya Asih akan berada di ruang Dirut untuk menemani Sadewa. Tapi semenjak Erlan kembali ke rumah sakit, Sakti pun menempatkan dirinya di sana, karena Sadewa juga tidak muncul.

" Aku harus bisa membalikkan nama rumah sakit ini menjadi atas namaku sebelum didahului oleh Sakti. Aku tentu tidak akan menyerahkan semua ini. Enak saja, bagaimanapun ini milik keluargaku. Tentu aku lah yang harus memilikinya."

Sepertinya Asih lupa, bahwa RS Awal Brown didirikan oleh Jonathan dan Sri. Meskipun Sri adalah kakak perempuannya, tapi yang berhak menjadi pewaris tetaplah Erlan. Bagaimanapun Erlan adalah putra dari Jonathan dan Sri, dialah pewaris yang sah.

Tok tok tok

Asih menghentikan kegiatannya. Ia bahkan segera memasukkan semua berkas yang berada di atas meja ke dalam laci. Asih lalu bersikap senormal mungkin.

" Sih, bisa kita bicara?"

Asih bernafas lega saat melihat siapa yang mengetuk pintu ruangannya. Ternyata itu adalah dr. Sumiyati, kakak perempuan pertamanya. Awalnya Asih pikir itu Sakti, sehingga ia sangat terburu-buru memasukkan semua berkasnya.

" Mau bicara apa mbak? Duduk lah."

Sumiyati menarik sebuah kursi dan duduk di sana. Wanita berusia sekitar 50 tahunan itu mengambil nafasnya dalam-dalma dan membuangnya perlahan.

" Sih, berhentilah bermain trik dengan suamimu. Aku merasa kau ada sangkut pautnya dnegan perginya Erlan 4 tahun lalu. Kamu dan Sakti berhenti mengusik rumah sakit ini. Semua ini milik Erlan, dia yang berhak."

Asih mencengkeram erat pulpen yang ia pegang. Ia selalu tidak suka jika kakak nya itu selalu membela Erlan. Dan apa yang dikatakan Sum, seolah-olah dirinya tidak pantas menduduki posisi pemimpin RS Awal Brown.

" Kenapa sih mbak belain Erlan ketimbang adik mbak sendiri. Lagi pula Mas Jo dan Mbak Sri udah nggak ada. Erlan bukan lagi siapa-siapa kita. Dia hanyalah seorang anak ontang-anting. Lagi pula dia dokter, dia bisa menghasilkan uangnya sendiri. Dan rumah sakit ini akulah yang lebih pantas mengelolanya."

Brak

Sumiyati menggebrak meja dengan sangat keras. Ia kehabisan akal bicara dengan adik bungsunya itu.

" Kamu menjelma jadi setan, Asih. Aku nggak nyangka kamu bisa bicara begitu. Sri dulu begitu sayang padamu, seharusnya kamu bisa menyayangi Erlan juga. Tapi ... lihatlah, kau akan hancur dengan semua ambisimu itu!"

Sumiyati langsung pergi meninggalkan ruangan Asih. Ia begitu marah, tampaknya Sumiyati sudah pasrah. Ia tak lagi akan ikut campur dengan apa yang akan dilakukan Asih. Sum tahu, saat ini Erlan sedang melawan Asih dan Sakti. Dan dia memilih membiarkan itu.

Tanpa Sum tahu saat ini rencana Erlan mulai berjalan. Asih dan Sakti sama-sama berusaha menusuk satu sama lain. Dan ini akan mempermudah Erlan untuk menghancurkan keduanya.

TBC