Author menulis cerita ini karena terinspirasi dari sebuah lagu, tentang seseorang yang selalu menunggu cintanya, dan akhirnya bersama.
Pernahkah kalian merasakan dejavu? Perasaan aneh seakan mengalami kejadian yang sama, yang pernah kita alami di masa lalu.
Gita mengalami dejavu, mimpi buruknya yang terus berulang...
"Duarrr..."
Kali ini kulihat mobil hitam yang sama di mimpiku menabrak sisi Nino. Refleks Nino sama seperti di mimpiku, ia refleks memelukku untuk memberikan semacam perlindungan kepadaku.
Sebelum memejamkan mata, aku berdoa kepada Tuhan,
"Tuhan tolong aku berikan aku kesempatan lagi...".
Full of love,
from author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
"Git...kamu belum tidur nak?", mama bertanya padaku.
"Aku tidak bisa tidur ma".
"Setidaknya coba berbaring dulu, besok kamu harus bangun subuh kan?".
"Baiklah ma".
Aku dengan malas melangkahkan kakiku ke atas kasur. Saat ini aku berada di hotel, berbagi tempat tidur dengan mama. Besok adalah hari pernikahanku.
Aku berbaring sambil membayangkan apa yang akan terjadi besok pagi. Andai papa masih berada bersama kami, mungkin aku tidak akan menikah besok.
Papa meninggalkan kami 2 tahun lalu karena serangan jantung, peristiwanya begitu cepat sehingga sulit rasanya mempercayai bahwa papa tiba-tiba pergi.
Meskipun papa sudah tidak ada, tetapi kami tetap berkecukupan dari hasil kerjaku sebagai pegawai swasta, juga beberapa pemasukan sewaan properti peninggalan papa.
Calon suamiku adalah anak dari sahabat papa. Awalnya aku menolak untuk dijodohkan, namun aku ingin membahagiakan mama. Mama sering merasa kesepian dan tidak memiliki gairah hidup, ia sering memintaku untuk menikah agar hidupnya tenang jika ia sewaktu waktu dipanggil seperti papa, lagipula aku tidak memiliki pasangan saat ini. Orangtuaku juga sudah lama bersahabat dengan calon suamiku, jadi kenapa tidak aku menikah dengannya, setidaknya kali ini aku tidak akan mengalami ditinggal menikah lagi.
Ya, hubunganku yang terakhir gagal karena pacarku berselingkuh dengan temanku dan tidak lama kami putus, ia menikahi temanku itu. Setidaknya kali ini orangtuaku telah mengetahui bibit bebet bobot calonku, aku yakin ia tidak sebrengsek mantanku.
Nino, calonku bernama Nino. Tentu saja aku berteman dengannya, namun kami tidak dekat, hanya sekedar berbasa basi saja setiap bertemu. Aku juga sering mendengar cerita tentang Nino dari orangtuaku. Berbeda dengan papa yang sukses dengan karirnya sebagai pekerja kantoran, orangtua Nino memiliki perusahaan yang dirintisnya dari nol, dan baru 6 bulan belakangan ini Nino yang memegang pimpinan tertinggi menggantikan papanya.
"Git... kamu cantik sekali", Nino berkata padaku saat kami berdiri di depan pintu gereja menunggu mulainya acara pemberkatan nikah.
"Ishh...aku memang sudah cantik pada dasarnya", candaku.
"Kamu juga jadi terlihat ganteng dengan setelan tuxedo ini loh No", kataku sambil tersenyum.
Nino menanggapinya dengan tersenyum.
"Mari kita menjadi sahabat seumur hidup Git", Nino mengatakannya sambil menatapku dengan ketulusan di matanya.
Aku menggangguk dan kamipun melangkah masuk gereja didampingi keluarga kami.
Selesai pemberkatan, kami kembali ke hotel untuk makan siang bersama di ruangan yang telah disediakan oleh pihak hotel dan wedding organizer, setelah itu kami melangsungkan resepsi di ballroom hotel tersebut.
"Git... bangun, makan dulu Git, nanti kamu sakit", Nino membangunkanku.
"Ah ya, aku ketiduran No, kamu udah beres mandi?".
"Ya Git, sana mandi. Mau aku pesanin makan apa?".
"Mmm... apa aku boleh makan bersama mama No, mama cuma sendirian di kamar".
"Tentu saja, nanti beres kamu mandi kita ke kamar mama bareng".
"Makasih No".
Ya berbeda dengan mamaku, Nino memiliki anggota keluarga yang lengkap, ia adalah sulung dari 2 bersaudara. Adik Nino bernama Marlo, kini ia sedang menyusun skripsi.
Selesai makan dan mengobrol dengan mama, kami kembali ke kamar kami.
Ini malam pertama kami, entah apa yang ada di pikiran Nino, apa ia gugup sama sepertiku? Aku memang tulus menerima Nino sebagai suamiku namun aku belum mencintainya. Suami.... ya kini aku berstatus istri, siapa yang menyangka aku akan menikah dengan Nino. Jika aku kembali ke masa lalu dan berkata pada diriku di masa lalu bahwa aku akan menikah dengan Nino, aku pasti akan tertawa karena tidak mempercayainya.
"Loh No kamu mau tidur di sofa?", Nino sedang membawa bantal ke arah sofa kamar.
"Aku tidak mau membuatmu tidak nyaman Git, hari ini pasti kamu cape banget, kita berdua butuh istirahat yang nyaman", jawab Nino.
"Mmmm... aku tidak keberatan No berbagi tempat tidur, lagipula tidur di sofa pasti juga tidak akan nyaman buatmu kan".
Sebelum Nino berkata lagi, aku segera melanjutkan perkataanku,
"Kita sudah berjanji menjadi pasangan di hadapan Tuhan, aku berjanji akan belajar menjadi istri yang baik No, namun aku harap kamu juga mau bersabar menungguku, aku butuh waktu untuk terbiasa dengan ini semua".
"Makasih Git, janjiku di altar tadi pagi juga tulus Git aku akan selalu setia dan ada untukmu. Percayakah kamu, kalau aku bilang kamu adalah wanita paling menarik yang pernah aku temui?".
Aku tertawa kecil menanggapinya.
"Sudahlah, aku tidak butuh gombalanmu saat ini. Mari kita tidur, aku ngantuk", jawabku tersenyum.
"Selamat tidur Git".