Tentang masalalu yang belum selesai, cinta karena terpaksa, rasa yang tak lagi sama, Restu yang tak berpihak, dan penyesalan yang selalu menghantui. terkadang, Kehilangan sering terjadi karena kesalahan kita sendiri. Begitu juga dengan Ares, Dia tidak pernah menganggap Kartina ada selama masalalu nya belum selesai. padahal jelas-jelas Kartina bertekad membantu Ares untuk lepas dari masalalu. Namun setelah berhasil, hubungan mereka terhalang restu, hingga pada akhirnya, keduanya memilih mengakhiri meski keduanya kembali ingin memiliki. akankah mereka kembali bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RESKI OEY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. Semangat hidup yang hilang
Aldo Tiba di sebuah coffeshop. tentunya bukan Coffeshop yang biasa dia kunjungi bersama Ares. cowok itu segera turun dari atas motor lalu mulai masuk ke dalam untuk memesan.
"Hallo kak selamat malam, sebelumnya perkenalkan nama saya Fania kalau boleh tau dengan kakak siapa?" Fania yang merupakan pegawai di sana menyambut Aldo dengan ramah.
"Aldo." ucapnya dengan raut wajah dingin.
Aldo memang selalu begitu kalau dia berbicara dengan perempuan. beda dengan kebanyakan cowok yang ramah tapi dengan tujuan untuk di dekati atau sekedar cari perhatian.
"Baik kak Aldo, mau pesan apa kak?" Fania berusaha ramah meski cowok yang kini di depannya terlihat dingin tapi yang satu itu beda. Fania merasakan cowok itu seperti sedang banyak masalah. terlihat dari kedua sorot mata nya yang sayu seperti sudah tidak memiliki semangat hidup lagi.
"Cafe latte satu."
"Ada lagi?"
"Udah itu aja."
"totalnya jadi 25.000 ya."
Aldo pun mengeluarkan dompet nya dari dalam saku. kemudian dia segera membayar nya, setelah itu, Aldo duduk di kursi paling tengah sendirian, sambil menunggu pesanannya datang. sekitar 5 menit, pesanan dia pun tiba.
"Caffe late nya satu ya kak." Fania menyimpan kopi cafe latte pesanan Aldo di atas meja.
"Makasih."
Fani terdiam beberapa detik, entah kenapa, sejak dia melihat Aldo tadi, dia merasa kasihan, cowok itu seperti kehilangan semangat hidup, wajah nya yang pucat, kelopak matanya yang menghitam membuatnya kasihan, kalau cowok itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kak Aldo, boleh saya duduk di sini?" ucap Fania sambil menunjuk kursi kosong tepat di depan Aldo.
Aldo tidak menjawab, dia hanya mengangguk lemas, Fania pun duduk di depannya. sempat terdiam beberapa detik, akhirnya Fani pun mulai membuka suara.
"Sendirian aja kak?" Fania terlihat basa-basi
"iya."
"Pacarnya kemana?"
Aldo yang enggan menatap Fania seketika menatap Fania setelah mendapatkan pertanyaan dari cewek itu.
"Gak punya pacar."
"Kenapa? baru putus?"
"Gak."
"Gak pernah pacaran?"
"Iya."
"Kenapa?"
Pertanyaan terakhir dari Fania membuat Aldo terdiam. sebenarnya apa maksud dari pertanyaan- pertanyaan itu? apa cewek itu lagi berusaha buat mendekatinya?
Aldo menatap Fani# datar, Fania yang merasa bersalah atas pertanyaannya bertanya- tanya. apa mungkin ada yang salah dengan ucapannya?
"Maaf, saya salah ngomong ya kak?" Fania merasa tidak enak.
"Semenjak keluarga gue ancur, gue udah gak percaya sama yang namanya cinta, bagi gue cinta itu omongan kosong. kalau ujungnya sama-sama bakalan ninggalin.
•••••••
0857******
Malam cantiknya aku🫣
Aku tebak, pasti nomer
Aku belum kamu Seve ya?"
Sriwyni
Y
0857*****
Jht bgt 😭
0857****
Kenapa gak di bls?
Lagi sibuk ya?
Besok aku jemput ya.
Selamat bobo
Kamu cantik kalah gak senyum.
Tapi kalau kamu senyum malah
Lebih cantik hehe❤️🤩
Sriwyni
Berisik!!!
Ganggu!
Araghh!!!!
Bu Mila dan pak Resa berlari masuk ke dalam kamar Sri setelah mendengar teriakan dari dalam kamar putrinya.
"Kenapa sayang?" Bu Mila terlihat panik. setelah mendengar teriakkan dari putrinya.
"Kesel aku Bun sama kak Ares, kok ada gitu ya, orang nyebelin kaya dia." grutu Sri.
"Ya gapapa atuh, lagian mamah perhatiin Ares itu baik kok orang nya, humoris lagi, kayaknya dia tuh suka sama kamu." Bu Mila melempar senyuman pada suaminya. keduanya kompak saling menggoda putri semata wayangnya.
"Bener bunda, Ares itu baik kok orangnya." Pak Resa ikut menimpali.
"Apaansih kalian, orang aku belum mau pacaran, ayah juga kan yang nyuruh aku buat belajar yang benar dulu gak usah pacaran iya kan?" Pak resa yang mendapatkan pertanyaan itu dari putrinya terkekeh pelan.
"Gak ada salahnya kan kalau ayah tarik kata-kata itu? Lagian Ares orang nya baik kok. ayah percaya kalau dia bisa jagain kamu."
"Udah ah, mendingan ayah sama bunda keluar kalau cuma bikin aku kesal, Sri mau lanjut tidur."
Pak Resa dan Bu Mila terkekeh pelan, sebelum keluar kamar, Pak resa mencium kepala putrinya sebagai bentuk kasih sayang.
•••••
Elisa saat ini tengah duduk di kolam renang rumahnya dengan kedua kaki selonjoran air. dia tidak sendiri, ada Fahri di sebelahnya.
"Sa, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu harus jawab jujur ya." Fahri menatap Elisa dalam.
"Seriusan harus jujur, kalau aku bohong gimana?"
"Kalau kamu bohong kamu bakalan kehilangan aku."
Elisa yang mendengar itu menatap dalam ke arah Fahri.
"Serius banget, jangan serius serius lah." Elisa berusaha mengalihkan pandanganya.
"Aku serius sa."
"Yaudah mau ngomong apa?"
"Yang kata orang-orang itu beneran gak kalau kamu itu suka sama aku?" Fahri menanyakan hal itu bukan bermaksud untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi Fahri tidak mau melihat Elisa sedih jika nanti Fahri memilih orang lain, tentunya bukan Elisa.
Elisa yang mendengar itu terdiam, kedua matanya berkaca-kaca.
"Mau aku pilih jujur atau bohong, kenyataannya aku memang bakalan kehilangan kamu Ri." Batin Elisa.
"Ya enggak lah, Namanya juga gosip Ri di percaya aja, kita kan sahabatan gak mungkin lah kalau aku suka sama kamu, ngaco." Bahkan saat di depannya Elisa masih terlihat kuat. padahal kenyataannya Elisa tidak pernah baik-baik sejak mengetahui kalau orang yang dia sukai menyukai sahabatnya.
"Syukur lah sa, aku tadinya takut nyakitin perasaan kamu kalau nanti aku udah pacaran sama Kartina. gapapa kan kalau aku pacaran sama sahabat kamu?" Fahri mencoba menanyakan hal itu.
"Udah tenang aja, kalau kalian emang saling suka kenapa harus mikirin aku? pacaran aja sana." Elisa terlihat mendukung keduanya meski rasanya sesak, sakit dia rasa.
"Makasih sa, makasih, yaudah aku ke rumah dulu."
Fahri berjalan cepat ke rumahnya, sementara Elisa, cewek itu menangis tak berdaya. Elisa tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat kedua sahabatnya bahagia meski sekarang kondisinya dia tidak pernah baik-baik saja.
"Aku kehilangan kamu, aku kehilangan keduanya, aku kehilangan diri aku sendiri Ri."
••••••••
sekitar jam 24.00 malam, Ares menunggu Aldo pulang di depan teras rumahnya. pasalnya dari jam 09.00 malam cowok itu entah kemana. Bahkan untuk pergi berpamitan saja tidak ada. jujur, Ares sangat mengkhawatirkan nya. Apalagi hubungan keduanya saat ini tidak baik-baik saja.
"Maafin Gue do, gue emang bukan sahabat yang baik buat Lo." ucap Ares pada dirinya sendiri.
Taka lama dari situ Aldo pulang dengan kendaraannya yang dia tumpangi. Ares berdiri dari, berjalan menghampiri Aldo.
"Lo dari mana aja sih do, kalau pergi itu ajak-ajak gue. Kalau Lo kenapa-kenapa di jalan gimana coba?" Ares terlihat khawatir pada sahabatnya.
sementara Aldo, cowok itu hanya menatapnya datar.
"Lebay lo."
Setelah mengatakan itu Aldo pergi masuk ke dalam rumahnya. Mengunci nya rapat -rapat. Sementara Ares? Cowok itu masih memperhatikan kepergian Aldo yang sudah hilang dari pandangannya.
