Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Akhirnya kau kembali~!!" Pekik seorang wanita bergaun mewah sambil memeluk kucing itu gemas, ralat menggencet si kucing hingga tak bisa bernafas.
"Pantas saja kabur, ternyata pemiliknya seagresif ini." Batin Wei Tao.
"Semoga kau tenang di alam sana, kucing." Doa Eura terang-terangan yang langsung mendapat geplakan dari Wei Tao.
'Ku hadiahkan segulung kain kafan untuk pemakamanmu, kucing sialan! Kau sudah membuat tupai imutku mengenaskan.' Maki Leona dalam hati.
"Kerja bagus anak-anak." Puji kepala akademi, lalu dahinya berkerut saat melihat penampilan mereka. Leona dengan hidung tersumbat kain dengan noda darah, sementara ketiga pemuda itu membuang muka dengan wajah memerah. "Apa yang terjadi?" Tanya kepala akademi penasaran membuat seisi ruangan menatap mereka penasaran.
"Hanya terdapat adegan live, Bu Kepala. Dia dalam masa kawin, jadi dia agak agresif dan kami tidak senga–" Belum sempat Leona menyelesaikan perkataannya, Iven buru-buru membekap mulut Leona agar tidak menyinggung adegan live tanpa sensor yang terjadi di depan mata mereka.
Kepala Akademi kebingungan lalu menganggukkan kepalanya.
Countess mengucapakan terimakasih lalu menyerahkan sekantong uang untuk jasa mereka. Setelah itu dia segera pergi dari sana.
"Kali ini kita mendapatkan misi yang sedikit sulit. Apa kalian siap?" Tanya kepala akademi.
Mereka saling melirik dan menganggukkan kepala lalu menjawab dengan tegas. "Kami siap!"
"Carl bagaimana menurut mu? Bukankah ini terlalu awal untuk mereka?" Kali ini kepala akademi mengajukan pertanyaan pada Carl.
"Bagaimana dengan yang lainnya?"
"Tidak ada tim lain di akademi selain kalian. Yang lain masih sibuk menjalankan misi, bahkan beberapa menolak karena misi ini cukup berbahaya." Jelas kepala akademi.
"Apa misi kali ini, Bu?" Tanya Leona penasaran.
Kepala akademi, Margaretha Volent menghembuskan nafasnya lalu mencari sebuah berkas dan menyodorkan pada Carl.
Pria itu menerima berkas dan membacanya lalu menunjukkan pada ke empat anak didiknya.
"Misi kali ini membunuh beberapa bangsawan. Informasi yang aku dapatkan, bangsawan-bangsawan ini tiba-tiba mendadak kaya dalam waktu singkat." Jelas Margaretha.
"Apakah ini terkait dengan tindakan ilegal?" Tanya Carl.
"Benar. Aku dengar dia menjual obat terlarang, beberapa siluman, manusia, budak dan lainnya. Mereka suka menculik orang-orang miskin untuk dijual." Jelas Margaretha.
"Rupanya mereka sering berpindah-pindah tempat untuk transaksi." Celetuk Wei Tao.
"Itu dia masalahnya. Tidak ada yang mengetahui pasti dimana mereka berada."
"Ini misi membunuh, kan?" Tanya Leona memastikan.
"Benar. Membunuh bangsawan yang terlibat dalam hal ilegal ini."
Leona tersenyum miring dengan mata berbinar. Membunuh, sudah lama sekali dirinya tidak mandi dengan darah.
"Kami ambil misi ini." Putus Leona mutlak.
"Kau yakin? Seorang gadis yang telah diculik akan jatuh selama sisa hidup mereka." Tukas Margareth.
"Tidak masalah, Bu. Toh nama saya juga sudah jatuh sejak dulu, jadi ini bukan masalah besar." Sahut Leona cuek.
"Bagaimana dengan kalian?" Tanya Margaretha sambil menatap ke empat laki-laki itu.
Mereka saling tatap dan mengangguk. Lagipula bayaran misi ini sangat besar.
💠💠💠
"Leona-sama!! Anda keterlaluan!!" Teriak Kaze dalam wujud manusianya. Gadis itu membuang muka seolah enggan menatap sang majikan.
Kaze dalam mode ngambeknya. Kejadian tadi melukai mentalnya yang masih polos. Siapa yang tidak kaget saat melihat adegan live dua ekor kucing jantan tepat di depan mata?
"Maaf, maaf. Aku tidak tau jika hal itu akan terjadi." Sahut Leona sambil mengalirkan chakra hijau pada Kaze. Perlahan luka di tubuh gadis itu menghilang.
"Sudahlah, sesuai kesepakatan kita aku memberikanmu biji-bijian kualitas premium." Bujuk Leona sambil menyerahkan sekantong besar aneka biji-bijian pada Kaze. Seketika mata gadis itu berbinar senang dan berhenti ngambek.
"Baiklah, Leona-sama. Lain kali aku siap menjalankan misi apapun!" Seru Kaze semangat membuat Leona dan Kei yang kini dalam wujud manusianya menatap siluman tupai itu dengan face palm.
'Ternyata semudah ini untuk membujuknya.' Batin Leona dalam hati dengan memasang ekspresi tak percaya.
'Aku tak percaya harga dirinya seukuran biji-bijian. Astaga, siluman tupai ini menjatuhkan harga diri bangsa siluman.' Batin Kei dalam hati.
Mereka saling melirik satu sama lain sebelum Kei membalasnya dengan mengangkat baju pertanda tidak mengenal siluman tupai itu.
"Besok aku akan mengadakan misi lagi. Kalian mau ikut?" Tanya Leona sambil mempersiapkan perlengkapan untuk di bawa besok.
"Kami ikut kemanapun Anda pergi, Leona-sama." Sahut mereka kompak.
"Baiklah. Mohon kerjasama kalian."
Kei dan Kaze kembali berubah saat suara ketukan pintu asrama terdengar. Segera gadis itu beranjak menuju pintu dan terlihat empat laki-laki berdiri di sana.
"Ada apa?" Tanya Leona menatap rekan tim dan guru pembimbingnya.
"Boleh kami masuk?"
Leona segera bergeser dan mempersilahkan mereka masuk. Setelah menutup pintu, Leona mempersilahkan mereka duduk di sana.
Mereka mengamati kamar Leona yang di penuhi dengan berbagai senjata, mulai dari senjata api, pedang, katana, samurai, serta berbagai senjata lempar.
Meja rias gadis itu hanya dipenuhi dengan gulungan berbagai jenis. Bahkan terdapat seekor tupai yang asik dengan biji-bijian serta seekor panther hitam yang kini meringkuk di tempat tidur.
"Karena kita rekan setim, aku membuat seragam khusus untuk tim kita." Ucap Carl sambil menyodorkan beberapa paper bag. Leo menerima paper bag itu dan melihat isinya.
Seketika mata gadis itu berbinar senang. Pakaian itu terlihat keren dan persis seperti dunianya dulu. Tidak lupa pernak pernik model rantai membuatnya tampak bersemangat.
"Woah, Guru. Ini benar-benar luar biasa!" Seru Leona berbinar.
"Luar biasa apanya?! Ini terlihat aneh, tau!" Iven menyalak tak terima.
"Pakaian ini keren, tau. Kau saja yang buta fashion." Ketus Leona.
"Sudah-sudah. Leona, sebaiknya kau coba pakaianmu dulu. Apakah cocok untukmu atau tidak." Lerai Carl dan mendorong Leona semangat menuju kamar mandi, lalu menutup pintu kamar mandi dengan keras.
Beberapa saat kemudian Leona muncul dengan menggunakan pakaian pemberian Carl dengan santai membuat ketiga rekan timnya melongo tak percaya. Kei yang berwujud panther hitam sampai mendirikan bulu di tubuhnya.
Leona mencoba semua pakaian pemberian Carl membuat pria itu tersenyum puas, sementara ketiga pemuda itu hanya bisa menatap sang guru dengan malas.
"Guru Carl, pakaian Anda benar-benar luar biasa. Ini lebih baik daripada harus menggunakan rok." Leona memuji Carl yang kini memasang wajah kemenangan.
"Tapi pakaian itu terlihat aneh!" Kali ini Eura menyalak.
"Tapi pakaian ini sangat bagus dan nyaman. Oh, ya pakaian ini juga terdapat sihir pelindung pada pemakainya." Tukas Leona.
"Wah, terimakasih Leona~ Usahaku untuk memesankan pakaian pada kalian tidak sia-sia." Sahut Carl sambil menghapus air mata buayanya.
"Lagipula kita tidak perlu membeli pakaian lagi karena guru Carl yang membayarnya, bukan begitu Guru?" Ucap Leona sambil menaik turunkan alisnya.
"Benar juga! Kalau begitu aku bisa menghemat uang untuk membeli pakaian! Astaga aku benar-benar bodoh." Iven menyetujui perkataan Leona. Wei Tao pun menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
Carl tersedak ludahnya sendiri. Astaga, dia lupa jika Leona bisa membuatnya darah tinggi mendadak.
💠💠💠💠
Leona, Iven, Wei Tao dan Eura kini duduk di depan pintu gerbang akademi. Mereka berempat menunggu Carl yang sibuk dengan kepala Akademi dan kliennya.
Leona tampak asik mengelus bulu hitam Kei yang terlihat lembut sambil sesekali mencolek si tupai yang asik dengan biji-bijian pemberiannya, sementara Wei Tao tampak asyik membaca buku. Iven terlihat asik membuat patung mengunakan sihir dan Eura sibuk menatap langit yang tampak terang benderang.
"Ku dengar klien kita ini salah satu putra Duke." Ucap Wei Tao tiba-tiba membuat ketiganya menatap pemuda berbuat baby blue penasaran.
"Putra Duke? Apakah Tuan Duke sendiri mengetahui hal ini?" Tanya Iven tanpa menghentikan kegiatannya.
"Aku dengar para Duke di kendalikan oleh Raja melalui artefak kuno. Mungkin saja Duke sendiri yang memberi perintah." Leona mencoba menganalisis.
"Aku tidak mengerti tentang kehidupan bangsawan dan istana. Tapi mereka seolah-olah ingin mempermainkan kita." Kali ini Eura yang angkat bicara.
Eura sendiri merupakan seorang rakyat biasa yang cukup miskin. Beruntung akademi ini tidak memungut biaya untuk rakyat miskin, namun biaya akademi akan dipotong melalui uang dari misi yang berhasil mereka selesaikan.
"Kehidupan bangsawan tidak seindah yang kau lihat. Memang bergelimang harta, namun gerak gerik kita dibatasi dan menjadi pembicaraan. Tidak ada yang benar-benar bisa dipercayai." Sahut Leona menerawang.
Hening seketika. Namun sebuah suara cempreng khas laki-laki menyebalkan memecah keheningan tersebut.
"Anak-anak didikku yang manis~!! Maaf kami terlambat~!!"
Serentak mereka menoleh kearah Carl dengan ekspresi kesal. Bagaimana tidak, pria itu memanggil mereka yang seolah-olah mereka masih bocah berusia tiga tahun! Benar-benar menjengkelkan!
"Bisakah kau berhenti memanggil kami dengan nada menjengkelkan seperti itu, Guru?" Ketus Leona jengkel.
"Entah kenapa Anda menjatuhkan martabat Anda hingga lebih rendah dari tupai." Cibir Iven.
"Apakah Guru habis terbentur sesuatu? Kami ini bukan anak-anak berusia tiga tahun!!" Seru Eura kesal.
"Hoho~ Maafkan guru tampanmu ini, murid-murid ku tercinta~" Ucap Carl sambil memasang wajah konyol yang seketika membuat keempat remaja itu merinding. Bahkan Kei dan Kaze yang berada dalam wujud hewannya saja ikut merinding.
"Aku baru saja bertemu dengan klien kita. Dan ini dia, Jeng! Jeng!" Tunjuk Carl pada seorang pemuda tampan bersurai cokelat gelap yang kini tiba di sebelahnya bersama beberapa prajurit yang mengikuti di belakang, sontak mereka menatap pemuda itu dengan kaget lalu melirik Leona yang kini menatap pemuda itu dingin.
"Klien kita adalah Emillio Ethan Castallio!" Seru Carl yang hanya dibalas dengan tatapan bosan dari anak didiknya.