Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 8
Dalam amarah dan rasa frustrasi, Arhan menghantam kaca wastafel hingga pecah. Darah mengalir dari tangannya. Galang yang mendengar suara kaca pecah segera masuk dan terkejut melihat keadaan sahabatnya.
“Arhan! Apa yang lo lakuin?!”
“Dia pergi, Galang… Dia pergi,” bisik Arhan dengan suara serak.
Galang menahan napas. “Sabar, Han. Mungkin ini yang terbaik.”
“Tapi aku sudah nyakitin dia, Bahkan aku… aku sudah merampasnya…”
Galang terkejut. “Apa maksud lo?”
Arhan menunduk, air mata jatuh tanpa suara. “Waktu aku mabuk, aku… aku sudah melakukannya. Tapi aku terpaksa melepaskannya karena aku nggak bisa menolak Mama.”
“Gila lo, Han..”
“Aku mohon cari dia. Aku nggak mau dia kenapa-kenapa. Aku mencintainya.”
Di sebuah jembatan, Amora berdiri dengan tatapan kosong. Air matanya mengalir deras. Perlahan, ia menaikkan kakinya, bersiap untuk melompat.
Namun sebuah mobil berhenti mendadak. Galang keluar dan langsung menarik Amora.
“Nona! Apa yang Anda lakukan?!” seru Galang.
“Lepas! Biarkan aku mati! Lepaskan aku!” jerit Amora sebelum tubuhnya melemah dan ia pingsan.
Galang menggendong Amora ke mobil dan segera menghubungi Arhan.
📲 “Halo, Han.”
“Apa kau sudah menemukan Amora?”
“Baru saja. Sekarang dia sedang pingsan.”
“Pingsan? Kenapa? Apa yang terjadi?”
“Dia mencoba melompat dari jembatan, Han. Sepertinya dia benar-benar hancur.”
“Bunuh diri? Bawa dia ke rumah sakit, Galang. Aku akan segera ke sana!”
“Baik.”
Di rumah utama, Kinanti mencoba menghentikan Arhan yang bersiap pergi.
“Mas, mau ke mana? Ini malam pertama kita!”
Arhan menatapnya dingin. “Aku ada kerjaan.”
“Tapi, Mas—”
“Jangan coba-coba mengaturku, Kinan,” potong Arhan tegas sebelum pergi.
Rara menenangkan menantunya. “Sabar, Sayang. Arhan memang gila kerja.”
Kinanti tersenyum kecil. “Iya, Ma. Yang penting sekarang aku sudah jadi istrinya.”
Namun di balik senyum itu, ia merasa sesuatu yang besar tengah ia hadapi.
Setelah beberapa waktu, Amora telah mendapat penanganan medis, sementara Galang menunggu di luar ruang perawatan.
Arhan tampak gelisah, memasuki rumah sakit dengan ekspresi cemas. “Di mana Amora?”
Galang menatapnya dengan ragu. “Ada di dalam.”
“Gimana ceritanya? Kenapa dia mau bunuh diri?” tanya Arhan dengan nada panik.
Zeline yang mendengar, langsung mendekat. “Galang !”
Galang menoleh.
"Galang, bagaimana keadaan Amora?”
“Masih ditangani dokter,” jawab Galang pelan.
Seorang dokter keluar dari ruang perawatan, dan Arhan langsung menyapanya. “Dok, bagaimana keadaan calon istri saya?”
Zeline mendengus, tak setuju dengan sebutan itu. “Calon istri?”
Dokter menatap mereka dengan serius. “Maaf, Tuan. Kondisi Nona Amora saat ini menunjukkan tanda-tanda depresi. Ada kemungkinan faktor tertentu yang menyebabkan ini.”
Zeline tampak terkejut. “Depresi?”
“Iya, Nona. Kita akan melihat apakah kondisi ini membahayakan. Jika ya, kemungkinan besar dia perlu dirawat di rumah sakit jiwa,” jawab dokter, mencoba menjelaskan situasinya.
“Jangan sebut dia gila, Dok!” seru Zeline, tak bisa menahan emosi.
Arhan menatap dokter, cemas. “Apa separah itu, Dok?”
Dokter mengangguk. “Iya, Tuan. Jika Anda ingin merawatnya di rumah, saya akan memberikan obat penenang untuk membantu.”
Arhan tanpa ragu menjawab, “Berikan yang terbaik, Dok.”
Zeline menatap Arhan dengan penuh kebencian. “Ini semua gara-gara lo! Dasar laki-laki brengsek! Kalau lo nggak pernah ada dalam hidup Amora, dia nggak akan kayak gini!”
Galang segera menahan Zeline. “Zel, jaga sikap kamu.”
Zeline membentak, tak bisa menahan amarahnya. “Apa dia nggak brengsek ? Dia udah buat Amora menderita seperti ini!”
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁