NovelToon NovelToon
Talak Aku!

Talak Aku!

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:662.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Arion Alfattah

Ig : @ai.sah562

Bismillahirrahmanirrahim

Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.

Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.

"TALAK AKU!"

Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gangguan Mental

Tubuh Prisil mematung menyaksikan sendiri bagaimana Diandra tertabrak mobil hingga terpental jauh beberapa meter dari sana.

Tangannya gemetar, tubuhnya pun terasa berat. Hanya sekedar menggerakkan saja tidak bisa. Prisil menatap tangannya tidak percaya atas apa yang telah ia lakukan.

Niat hati hanya ingin menggertak saja, namun kejadiannya di luar dugaan pemikiran dirinya. Dia telah mendorong Diandra dan menyebabkan gadis itu tertabrak mobil.

Prisil tidak bisa menerimanya, dia menggelengkan kepala. "Tidak aku tidak mungkin membunuh Diandra. Tidak, ini bukan aku. Aku tidak membunuh Diandra."

Prisil mundur mendekati mobilnya, secara tergesa nan tubuh gemetar, dia masuk ke dalam mobil. Kemudian meninggalkan tempat itu sebelum para warga menyaksikan dirinya berada di sana.

Sedangkan mobil yang menabrak tubuh Diandra pun menabrak pohon besar dan menyebabkan sopirnya pingsan.

Sejak kejadian itu, prisil selalu dihantui rasa bersalah karena sudah membunuh seseorang. Bayangan Diandra selalu muncul di mana-mana hingga membuatnya mengalami sedikit gangguan mental.

Prisil berubah menjadi murung, tidak lagi berulah. Tapi, dia selalu merasa jika dirinya diikuti terus oleh bayangan Diandra, Diandra dan Diandra.

Hingga suatu hari, Prisil mengamuk di sekolah karena ia melihat bayangan Diandra tengah berusaha membunuhnya.

Pada saat itu, Prisil sedang duduk seorang diri di bangku paling pojok mengerjakan tugasnya.

"Kau pembunuh."

Prisil sontak langsung mendongak. dia terbelalak terkejut tak ada sosok Diandra di hadapannya.

"Di-Diandra ... ka-kau su-sudah mati, ja-jangan ganggu aku!" Prisil memundurkan tubuhnya kebelakang. Ia ketakutan.

"Kau pembunuh, Prisil. kau harus ikut denganku. Kau pembunuh." Bayangan Diandra berdiri mendekatinya.

Prisil menepis bayangan itu dan tangannya tidak bisa mendorong bayangan Diandra. Prisil semakin panik.

"Pergi! Pergi hantu ... jangan ganggu aku!" teriak Prisil mengundang banyak pasang mata yang menatap tidak percaya jika perisai terlihat seperti orang gila.

"Hei, kau kenapa? Siapa yang kau usir di sana, tidak ada siapa-siapa?" seru salah satu murid yang ada di sana.

Prisil menoleh, dia melotot orang yang ia lihat adalah Diandra. "Diandra ... kau Diandra ...."

"Kau sudah mati Diandra, kenapa kau menggangguku? Pergi dari sini!" Prisil mengamuk melemparkan apa saja yang ia gapai untuk mengusir sesosok bayangan yang menyerupai Diandra.

"Aw ..." ringis orang yang terkena lemparan bolpoin sebab tepat mengenai matanya.

"Hei, orang gila. Mending kau keluar dari sekolah ini. Kau sudah gila prisil disini tidak ada Diandra, dia sudah meninggal."

"Diandra meninggal, hahahaha Diandra meninggal." Prisil tertawa sesekali menangis. "Diandra meninggal Hiks Hiks Hiks ... aku lah yang sudah mendorongnya. Aku sudah mendorongnya."

"Kau pembunuh," bisik bayangan Diandra di samping kirinya. Prisil kaget, ia langsung lari dari kelas sambil berteriak.

"Hantu ... dia sudah mati. Jangan ganggu aku hantu! Pergi!" teriaknya histeris seperti orang gila.

"Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi, kita harus mengeluarkan dia secara tidak terhormat. kalau dibiarkan terus dia bisa membahayakan mahasiswa lain, Pak." Seru salah satu guru menatap iba melihat Prisil terlihat seperti orang gila.

"Bapak benar. Saya sebagai kepala sekolah harus tegas tidak peduli anak siapa dia."

Dari sanalah, Prisil di keluarkan dari sekolah secara tidak terhormat. Orangtuanya Prisil kaget kenapa putri yang ia kenal baik, ramah, tidak membuat ulah dikeluarkan dari sekolah secara tiba-tiba.

"Beri alasan kenapa putri saya dikeluarkan dari sekolah? Setahu saya dia tidak pernah mengecewakan kami sebagai orang tuanya," tanya Mama Karin.

"Maaf, kami tidak bisa menerima lagi putri Anda yang sudah gila bersekolah di sini. Ini membahayakan murid yang lainnya."

"Saya tidak gila, mereka yang gila, mereka mengatai saya gila, saya tidak gila," jawab Prisil merasa dirinya baik-baik saja namun jiwanya terguncang setelah kecelakaan itu.

"Bapak bisa dengarkan? Anak saya ini tidak gila."

"Maaf, Bu. Sekolah sudah memutuskan mengeluarkan Putri Anda. Maaf, kami tidak bisa menerimanya lagi sekolah di sini, silahkan Anda pergi!"

Mama Karin terlihat emosi, "Ok, karena kalian sudah mengeluarkan anak saya tanpa alasan yang kuat. Maka kami akan mencabut donaturnya."

Kepala sekolah itu pasrah. "Silahkan, Bu. Itu jauh lebih baik daripada murid yang lainnya mengalami bahaya oleh anak Anda."

Mama Karin berdiri dengan hati yang terbakar amarah.

"Ayo, Prisil. Kota pulang dari sini. Mereka semua sudah tidak adil padamu."

Karin tidak tahu saja hal apa saja yang sudah Prisil lakukan terhadap orang-orang. Kesibukannya dalam bekerja sampai melalaikan tugasnya sebagai orang tua untuk terus memantau perkembangan putra putrinya.

*******

"Kenapa kamu bisa dikeluarkan secara tidak terhormat seperti ini? Apa yang kamu lakukan sampai kepala sekolah saja kekeh mengeluarkan kamu?" setidaknya di rumah, Karin menanyakan berbagai macam pertanyaan kepada putrinya.

Prisil merunduk tidak berani menjawab Dia tidak mau mengakui kesalahannya. Dia hanya menangis pura-pura tidak mengerti apa-apa.

"Jawab!"

"Prisil tidak tahu, Mah. Prisil sering dibully mereka. Dia bilang Prisil ini gila. Prisil tidak gila, Mah. Aku sehat."

Mama Karin menghelakan nafas. Hanya dia yang ada di rumah. Suaminya sedang ada tugas kerjaan keluar kota. Anak sulungnya tengah melakukan pendidikan di luar negeri.

"Mama pusing dengarnya. Apa yang akan Mama katakan kepada Papa kalau Papa tahu jika kamu dikeluarkan dari sekolah?"

"Jangan kasih tahu, Papa. Aku takut." Di saat Prisil mendongak, dia justru melihat bayangan Diandra di belakang Mamanya.

Dia kembali gemetar ketakutan tidak bisa lagi berkata selain pergi dari sana mengunci dirinya di kamar.

Karin rasa heran atas apa yang Prisil lakukan barusan.

"Anak itu benar-benar takut sama Papanya."

Di dalam kamar pun, Prisil berdiam diri di pojokan kamar. Dia berjongkok memeluk kedua lututnya tidak bisa lagi menghindari bayangan Diandra yang terus saja mengganggunya.

"Aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh." Hanya kata itu yang terus terucap dari bibirnya di saat rasa bersalah, takut dan menyesal kian menyerbu jiwanya.

Prisil mengambil ponselnya, dia membuka galery foto yang dimana ia pernah mengupload gambar Diandra. Air matanya mengalir deras membasahi wajah cantiknya.

"Maafkan aku Diandra, sungguh aku tidak sengaja mendorongmu. Aku hanya ingin menggertak mu saja. Aku tidak berniat membunuhmu. Mohon ampuni aku, jangan ganggu aku lagi."

"Kau harus mati sepertiku, Prisil." bisikan syetan itu terus terdengar di telinga Prisil.

Gadis itu melemparkan ponselnya lalu menutup kedua telinganya tidak ingin mendengar bisikan-bisikan yang membuat dia semakin terguncang ketakutan.

Akal sehatnya tidak bisa lagi berpikir. Jiwanya terguncang, amarahnya menerpa. Ia tidak bisa lagi menahan diri untuk terus menerus seperti ini. Hingga terbesit di pikirannya mengakhiri hidup agar bayangan Diandra tidak lagi mengikutinya.

Tangan gemetar itu tengah berusaha mencari sesuatu. Bayangan Diandra terus saja menghantuinya. Ia tidak kuat lagi menanggung beban seorang diri.

Prisil mengambil silet dan bersiap melukai nadinya.

"Kau pembunuh!!"

"Aku bukan pembunuh ...." teriak Prisil langsung menggoreskan silet nya hingga nadi nya berdarah.

Perlahan, mata prisil mulai terpejam, "Ma maaf."

FLASHBACK END

1
Norhayati Yusoff
sudah jadi bayi BKN titik lagi
Safa Almira
haha
Dyah Oktina
makanana kali d panaskan baik2 saja... 🤭✌️🤪
Dyah Oktina
kenapa ngak bayar orang u melindungi diana... duit banyak...hais...
Dyah Oktina
lah ...mau pergi..kan masih wajib lapor seminggu 1x... gemana tuh thor
Dyah Oktina
kla.sdh 5 bln ....sdh tdk berupa titik lagi thor.. tp sdh berupa bayi mungil yg lengkap walaupun masih sangat kecil
Dyah Oktina
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Dyah Oktina
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
boleh pula nikah paksa.. pertama kali tau.. mcm2😂😂😂
Dasiyah Arie
mereka kembar ya
Anthy Fahrul
awalnya ceritanya saya suka Tpi setelah sampai di bab ini saya jadi jengkel kenapa bisa langsung nikah paksa, langsung tutup dan pindah dijudul yg lain
Ani Maryani Naryani
dasar laki gak tau malu istri sendiri di tuduh selingkuh padahal tidur sama dia sendiri sabar diana bls lah suami kamu supaya menyesal sebera berat nya buang saja masih banyak yg menyukai mu pasti
Ani Maryani Naryani
diana kamu yg sabar mungkin ini cobaan masa depan akan menanti kebahagiaan buat diana dan ada yg lebih menyayanimu melebihi suamimu yg jahat lanjut thor
Ibu negara
Luar biasa
Rizma
visual pemeran memang tidak ada ya
Rizma
visual dari mereka mana
MakBarudakh
bagus ceritanya
MakBarudakh
laaahana orng suruhan rio?
MakBarudakh
mewek bacanya...
Heni Yuhaeni
aku g rela diana balikan sama danu, biarin si danu jdi gila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!