BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia
Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Mengkudu
"Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahiim, Cafe Dapoer Ibu resmi dibuka." Ucap Aul di hadapan tamu undangan khusus, usai acara do'a yang dipimpin Uwa nya. Bersama Ibu Sekar dan didampingi Puput serta Ami, gunting pita pun dilakukan.
Tepuk tangan meriah dari seluruh karyawan serta para tamu terdengar kompak. Apalagi saat Panji maju dan memberikan buket bunga kepada Aul, tepuk tangan makin heboh diiringi suitan teman-temannya Aul.
"Selamat dan sukses ya, Yang." Panji tersenyum manis sambil mengulurkan buket bunga yang cantik.
"Terima kasih." Aul tersenyum dan tersipu malu karena tidak menyangka akan mendapat buket bunga dari Panji. Padahal calon suaminya itu sudah mengirimkan karangan bunga ucapan selamat atas nama Butik Sundari. Berjajar diantara karangan bunga lainnya.
Usai gunting pita, pintu masuk pun dibuka. Mempersilakan para tamu masuk dan menikmati hidangan gratis di meja prasmanan.
"Guys, jangan lupa datang ke Cafe Dapoer Ibu ya. Kamu akan merasakan suasana homy sekaligus cozy disini. Cekidot!" Ami mengedipkan mata ke arah kamera vlog yang dipegang tim dokumentasi. Ia sedang melakukan syuting untuk diposting di akun media sosial Cafe. Berjalan berkeliling ke setiap sudut sambil sesekali memberi penjelasan.
Satu jam kemudian, tamu undangan khusus sebagian besar sudah pulang. Berganti mulai berdatangan pengunjung yang mungkin penasaran dan ingin mencoba menu dengan harga diskon 30%. Salah seorang pengunjung yang masuk menarik perhatian Ami. Ia segera mendekati meja Puput yang sedang berbincang dengan Via dan Adi.
"Teh, surprise ada Pak Happy. Padahal kata Ibu Pak Happy tinggal di Jerman." Ami berbisik tapi tetap terdengar oleh Via yang duduk di samping Puput. Hingga semua mata terpusat menatap Pak Bagja yang sedang mencari meja kosong bersama anaknya.
"Oh iya. Lama sekali gak dengar kabarnya. Kasih tau Ibu, Mi. Ibu ada di taman belakang." Ucap Puput yang beranjak berdiri. Akan lebih dulu menyapa Pak Bagja.
"Ibu yang ngundang Pak Bagja. Mumpung lagi ada di Ciamis soalnya nanti beres liburan Gina, mau berangkat lagi ke Jerman." Ibu Sekar menjawab pertanyaan heran Ami yang menghampirinya ke taman. Ia meninggalkan Rasya dan anaknya Via yang bermain ayunan ditemani pengasuh.
Ami menemani ibunya ke meja Pak Bagja. Dimana ada Puput lebih dulu duduk disana sedang berbincang. Ia melihat sang purnawirawan menatap ke arahnya.
"Apa kabar, Pak?" Ami mengulurkan tangan. Menyalami Pak Bagja lebih dulu. Kemudian kepada Gina.
"Ini Ami ya?! Ma sha Allah, udah besar dan makin cantik. Kelas berapa, Ami?" Pak Bagja menatap Ami karena merasa pangling.
"Kelas sebelas, Pak." Ami tersenyum dengan tangan menggelayut di lengan Ibu.
Pak Bagja manggut-manggut. Beralih menatap Bu Sekar dengan tatapan hangat. "Bu Sekar, maaf aku telat datang. Ada tamu dulu soalnya."
"Gak apa-apa, Pak. Terima kasih udah datang. " Bu Sekar tersenyum dan mengangguk. Beralih menatap Gina dan menanyakan tentang kuliahnya.
"Aku baru semester empat, Bu. Dan selama empat semester ini aku dikawal Papa terus. Papa gak ada teman di rumah, katanya. Jadi milih jadi bodyguard aja." Sahut Gina yang menciptakan tawa bersama.
Bu Sekar hanya mengulum senyum. "Sama dengan Zaky berarti. Zaky juga semester empat."
"Emang harusnya aku udah semester enam, Bu. Awalnya kan kuliah di Jakarta. Pas semester dua coba daftar online di Universitas Humboldt karena aku pengen banget kuliah di kampus tertua di Berlin itu. Alhamdulillah keterima. Ngulang lagi deh semester satu." Jelas Gina diiringi kekehan.
Ami permisi dari meja Pak Bagja karena Padma melambaikan tangan padanya. Ia pun menghampiri bestienya di ambang pintu. "Ada apa, say?"
"Ada kurir pengen ketemu langsung sama orang yang bernama Rahmi Ramadhania. Katanya gak bisa diwakilin." Padma menarik tangan Ami mengajak keluar menuju seorang kurir yang berdiri di sisi pilar. "Ini Mang, yang namanya Rahmi," sambungnya.
"Oh ya, ini Neng ada buket untuk Neng Rahmi. Saya harus ketemu orangnya langsung kata boss. Sebentar!" Mang kurir menuju motornya. Membuka tas paket yang ada di boncengan.
Ami masih dengan raut bingung dan heran, menerima uluran buket boneka kucing yang imut dan lucu. "Mang, ini dari siapa ya?"
"Ada kartunya, Neng. Diliat aja. Punten tanda tangan dulu, Neng." Mang kurir mengulurkan faktur tanda terima untuk ditandatangani.
"Sebentar, Mang. Takut salah kirim." Ami menarik kartu bertuliskan toko gift and flower yang tersemat di antara bunga. Melihat bagian belakangnya.
...Hi Cutie,...
...Congratulation for soft opening Cafe Dapoer Ibu. Success of the Cafe from this day forward. Semoga berkah....
...MU from KL...
...A P B...
Ami menggigit bibir, menahan senyum agar tidak terlalu lebar. Namun wajah yang memerah tak bisa disembunyikan. A P B, pastinya ia tahu itu. Inisial dari nama Akbar Pahlevi Bachtiar. Berhasil membuat raganya terasa melayang terbang ke awan. Spontan mendekap buket boneka lucu itu di dadanya.
"Neng, tanda tangan dulu!" Ucapan Mang kurir membuat angan Ami kembali berpijak di bumi.
Ami bergegas membutuhkan tanda tangan. Tasnya disimpan di ruang kantor. Merogoh saku, ada ponsel dan uang sepuluh ribu. Ia berikan sebagai uang tip. "Nuhun ya, Mang."
"Sama-sama, Neng. Oh, sama itu karangan bunga dari hotel Seruni, tadi disimpan sebelah sana." Mamang kurir menunjuk ke jajaran karangan bunga di parkiran sebelah kanan.
Ami melongo dengan mata melebar. Kemarin Akbar tidak bilang apapun saat chatingan reminder makan siang. Tidak bertanya juga tentang soft opening hari ini. Benar-benar surprise. Ia mengajak Padma ke deretan karangan bunga. Tanpa memberi tahu akan mencari nama hotel Seruni diantara deretan karangan bunga itu. Yes, ketemu. Matanya berbinar ceria.
"Padma, tolong fotoin yang kece ya!" Ami menyerahkan ponselnya kepada Padma.
"Ami itu buket dari siapa dulu?" Padma ingin mencomot kartu yang terselip di tengah bunga. Namun tangannya lebih dulu ditahan Ami.
"Iya nanti aku kasih tau. Fotoin dulu keburu wajahku hinyay kepanasan." Keukeuh Ami yang sudah bergaya di sisi kiri karangan bunga sambil memegang buket.
"Apa itu hinyay?" Padma yang sudah membuka kamera, mendongak menatap Ami yang sudah memasang senyum pasta gigi.
"Hadeuh, nanya mulu, Munaroh. Hinyay itu berminyak. Cepet ah, panas nih." Keluh Ami yang mulai berkeringat.
Padma terkikik mendengar protes Ami. Segera memberi aba-aba dan mulai memotret sampai lima kali. Usai tugasnya, ia pun menagih jawaban.
"Tapi jaga rahasia ya, Padma." Ami memperlihatkan kartu yang akan disimpannya di saku. Bersama-sama duduk di area outdoor yang teduh.
"Cutie?! Wow panggilannya so cute. Bonekanya juga cute. Siapa lagi ini A P B? Fans baru?" Padma mengamati tulisan hasil print itu. Siapa tahu ada petunjuk nama asli pengirim. Sampai membolak-balik kartu.
"APB itu Panda, Padma." Sahut Ami dengan berbisik. Padahal bicara normal juga tidak akan ada orang yang tahu.
"Hah. Jadi Panda itu orang mana sih?Di Jakarta ketemu. Di Ciamis ada. Padma kepo akut, Marimar. Bocorin sekarang dong!" Pinta Padma penuh harap.
"Belum waktunya, Munaroh. Nanti aku kasih tau kalo udah waktunya. Kamu kan bestie aku. Orang yang pertama tau rahasia aku." Ami menaik turunkan alisnya lalu merangkum bahu Padma.
Begitu adzan Duhur terdengar berkumandang, Ami teringat akan tugasnya mengingatkan Akbar untuk makan siang.
[Kak....It's time to lunch]
[Makasih surprise nya ya, Kak. I'm so happy]
[Bonekanya so cute. Aku suka 🙃]
Sebuah foto hasil jepretan Padma pun dilampirkan.
"Mi, mau minum gak? Padma ke dalam dulu, haus." Padma berdiri dan menatap Ami yang sedang fokus menatap ponsel.
"Kalau es krim masih ada, aku mau yang rasa coklat ya!" Ami tetap menunduk menatap layar karena Panda sedang mengetik balasan.
"Asiap, berangkat." Padma pergi dengan langkah riang.
[Alhamdulillah kalo Cutie suka]
[But, itu gadis yang difoto siapa sih? so beautiful. I like her]
[Bilangin sama yg difoto, tomorrow aku pulang ke Jakarta]
[Urusan akuisisi udah selesai]
[Aku lunch dulu, lanjut meeting]
[Missing You, Cutie]
Ami menggebrak-gebrak meja dengan pelan merefleksikan rasa senang dan tersanjungnya membaca deretan pesan balasan Akbar. Tapi jadi bingung mau membalas apa.
[Udah aku bilangin sama yg difoto]
[Katanya mengkudu, Kak]
Akbar: [Artinya pls, Cutie!]
Ami : [Mengingatmu Aku Rindu 🤪🤪]
Akbar : [Ingin VC. Ah, harus sabar nunggu besok pulang ke Jakarta 😔]
[Hihi. Udah ah. Kapan Panda mulai makannya]
[Bye. Aku sholat dulu ]
Ami memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Meraba dada kiri. Mendengar besok bakal mulai lagi video call, tapi jantung sudah dag dig dug dari sekarang.