Bagaimana jika perawan tua dan seorang duda tampan dipertemukan dalam perjodohan?
Megan Berlian yang tajir melintir harus mengakhiri kebebasanya di usia 34 tahun dengan menikahi Morgan Erlangga, seorang dokter bedah tulang
yang sudah berusia 42 tahun dan memiliki dua anak remaja laki-laki.
Megan, gadis itu tidak membutuhkan sebuah pernikahan dikarenakan tidak ingin hamil dan melahirkan anak. Sama dengan itu, Morgan juga tidak mau menambah anak lagi.
Tidak hanya mereka, kedua anak Morgan yang tidak menyambut baik kehadiran ibu sambungnya juga melarang keras pasangan itu menghasilkan anak.
Megan yang serakah rupanya menginginkan kedua anak Morgan untuk menjadi penerusnya kelak. Tidak peduli jika keduanya tidak menganggapnya sama sekali.
Ikuti kisah mereka, semoga kalian suka ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayang?
Ngeri-ngeri sedap. Itulah yang dirasakan Megan saat berhasil menjahili David walau hanya sedikit.
Sepertinya anak itu tidak pernah diajak bercanda seumur hidupnya. Bawaannya serius, datar dan ketenangannya mudah terganggu.
Kembali ke kamar, Morgan yang posisi sebelumnya diatas sofa, kini sudah berpindah di atas tempat tidur. Masih membaca buku yang sama.
"Dok ..."
"Ya?" menjawab tanpa menoleh.
"Bukankah sebaiknya beristirahat?"
"Oke"
Megan melihat dengan jelas suaminya itu sedang menelan susah paya saat menoleh keadahnya dan melihat penampilannya yang begitu panas selepas menanggalkan piyama tidur.
Megan berjalan ke arah sakelar dan mematikan lampu.
"Nona Megan, bagaimana dengan anak-anak?" Morgan sibuk mencari bahan perbincangan untuk mengusir rasa gugupnya. Jelas sekali terlihat di wajahnya bahwa dia sedang berdebar karna ulah istrinya.
"Oh, Erick sudah tidur nyenyak. Sedangkan David masih berkeliaran dalam keadaan gelap. Jantungku hampir saja lepas dari tempatnya saat dia menyapaku tiba-tiba tadi."
Morgan meraih gelas yang berisi air mineral lalu meneguknya.
"Dok, apa Anda kepanasan?"
"Oh, ya... tiba - tiba saja."
Megan mendekat dan meraih ikatan piyama yang dikenakan suaminya.
Sialan. Wanita ini, dia berhasil menggodaku.
"Makanya ... ini dibuka saja, sepertiku."
Megan membukanya dengan nakal. Morgan segera menangkap pinggangnya dan membuat Megan terduduk diatas pangkuan.
"Kau pasti mau begini, kan?"
"Ya ... bukankah suami istri wajib melakukannya setiap malam?"
"Kau benar, Nona Megan ..."
"Dok, bukan Kau ... tapi aku yang akan membuatmu lupa akan rasa mantanmu." bisik Megan.
Morgan menahan senyumnya dengan memainkan lidah di dalam rongga mulut.
"Kau sedang mengembalikan kata-kataku, Nona Megan, hmm?"
"Tidak juga, tapi aku ingin, pikiranmu ... hatimu ... hanya mengingat aku saja, Megan Berlian, istrimu satu-satunya."
"Tunggu ... apa mungkin ... Nona Megan ... jatuh cinta padaku, sekarang?"
"Dok! ... seperti katamu, kata cinta tidak penting dalam pernikahan kita. Yang jelas ... aku ... hanya akan ... bercinta denganmu. Dan kau ... Dokter Morgan, jangan pernah berani menyimpan wanita lain dihatimu. Sama sepertimu, aku juga tidak menyukai penghianat. Apa kau mengerti, suamiku?" Megan membuang sembarang pakaian tipisnya yang sudah ia lepaskan. Kedua tangannya ia kalungkan ke leher suaminya, sungguh tingkah yang nakal.
"Bercinta tanpa cinta. Ayo lakukan setiap malam, sayang, aku sudah bilang, aku mampu memperlakukanmu seperti seorang istri. Termasuk seperti saat ini."
Terjadilah kegiatan bercocok tanam untuk kedua kalinya. Seperti kata pepatah : Pengalaman adalah guru terbaik. Morgan yang memiliki pengalaman bercinta tetap menjadi sang pemegang kendali.
Tidak seperti perkataan Megan tentang dirinya yang hendak memberi pelayanan terbaik agar mampu membuat Morgan melupakan rasa yang pernah ia terima dari sang Mantan, nyatanya itu hanya omong kosong belaka. Dirinyalah yang dimabukkan oleh Morgan dengan kehebatan permainan pria itu.
"Apa sudah puas, sayang?"
Morgan menjatuhkan tubuh berkeringatnya menimpa sang istri.
"Ya..." Megan mengangguk. Kedua tangannya mengelus punggung yang sedang berada di atas tubuhnya.
Dicintai dengan kata cinta tidak penting. Yang terpenting, bisa bercinta denganmu, Istriku. Aku, Morgan Erlangga, sekali pun tidak akan menghianatimu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya ...
Pagi-pagi Megan sudah mampir lagi ke kamar Erick.
"Pagi, Erick!"
Pemilik nama yang disapa masih terlihat murung.
"Pagi-pagi sudah murung? Ayolah! Move on donk, sayang!"
"Kak! Please jangan sok akrab bisa, kan?"
Bukannya membaik, wajah itu terlihat semakin manyun.
"Kamu bilang apa? Dimana kamu lihat ada ibu dan anak yang saling membiarkan?"
Nada tegas Megan berhasil membuat Erick menatapnya tajam.
Ibu macam apa ini?
"Rick, kamu masih marah soal mantan pacarmu? Hei! Bunda punya gadis pilihan yang jauh lebih baik daripada si Cindy sok cantik itu."
"Apa? Dari mana kakak tahu? Apa ayah menceritakannya? Hah! Semua orang memang sulit dipercaya."
"Ayah tidak salah. Bunda yang melihatnya sendiri di ponselmu."
"Hah! Sungguh lancang." Wajah manyun itu berubah kecewa.
"Lancang? Dengar ... bunda ini, menyayangimu. Kalau bukan karena sayang, bunda tidak akan mau mengurusmu sampai jauh-jauh ke sini. Kau tidak menerima bunda Megan menjadi ibumu, fine! Tidak masalah. Tapi Erick, bisakah dengarkan nasihat sedikit saja?"
"Aku tidak butuh kasih sayang seperti anak kecil! Ada ayah dan nenek yang akan menasihatiku. Kakak tidak usah peduli."
"Ada apa ini? Pagi-bagi sudah berdebat." Morgan datang membawa sarapan ditangannya.
"Sayang, ini sarapanmu,"
Megan yang dipanggil 'sayang' merasa sangat malu bercampur bahagia. Sedangkan Erick, membisu dengan mulut setengah terbuka.
"Sayang? Apa ayah sedang kurang sehat? Bukankah ayah biasa memanggilnya nona Megan?"
Malas berdebat, Morgan menjawabnya dengan bilang : "Jangan banyak protes. Kau akan mengerti jika sudah dewasa nanti."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like donk....🥰