Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Hati Amira bagaikan tersayat dengan sembilu yang tajam, selama enam belas tahun dia mengasingkan diri untuk tidak menemui dua orang tersebut, tapi hari ini Tuhan seakan tengah bercanda dengannya.
"Ini tidak lucu Ya Allah, tolong jangan kasih lihat lagi manusia seperti Meraka dihadapan ku lagi, hati ini sudah terlalu sakit mengingat perbuatan mereka terhadap hamba," ungkap Amira di dalam hatinya.
Amira tidak pernah tahu, kalau Arya dan Nadine berkunjung di rumah makannya, memang rumah makan Amira terkenal akan citra rasanya yang khas, maka dari itu banyak pengunjung dari kalangan manapun yang datang ke rumah makannya itu.
Di dalam rumah makan ini, terlihat sepasang kekasih tengah memesan menu favorit mereka yaitu nasi rawon dan iga bakar kesukaan Arya, tidak tahu kenapa Arya begitu jatuh cinta dengan masakan yang ada di rumah makan ini.
"Sayang, akhir-akhir ini kau sering makan di sini, sampai-sampai masakan rumah jarang kau makan," protes Nadine.
"Aku gak tahu kenapa, bahkan kau merasakan sendiri kan kalau masakan ini begitu nikmat," sahut Arya sambil memasukkan nasi ke mulutnya.
"Iya, tapi jangan sering-sering ya karena ini kolesterol semua," pesan istrinya itu.
"Iya Sayang, paling satu Minggu dua kali aku datangnya," jelas Arya.
******
Bel sudah berbunyi para siswa berhamburan keluar dari kelasnya begitu juga dengan Afif, remaja cantik itu selalu pulang tepat waktu, bahkan dirinya tidak pernah menghabiskan waktunya untuk nongkrong seperti remaja pada umumnya.
Di saat Afif mulai melewati koridor sekolahan yang sepi karena sebagian anak sudah mulai pulang tiba-tiba saja Aluna dan geng nya menghampirinya.
"Hey cupu berhenti," panggil Aluna dengan nada sinisnya.
Sedangkan Afif tidak menghiraukan dia tidak berhenti sampai sekali karena dia merasa adik kelasnya itu tidak memanggil namanya.
"Hay cupu! Orang tuh kalau di panggil ya berhenti atau gak jawablah, gak ada sopan santun banget si cupu ini," ketus Aluna sambil menarik tangan Afif.
Afif mulai membalikkan tubuhnya, dengan tatapan yang santai.
"Siapa yang kau panggil cupu, memangnya namaku cupu, ya pantaslah aku tidak menoleh, orang yang kau panggil saja salah," balas Afif sambil melepas tangannya dengan keras dari cengkraman Aluna.
"Aaaau, lama-lama kurang ajar juga ya di cupu ini!" pekik Aluna.
"Kau ngatain aku cupu atas dasar apa! Kamu pikir aku mau tunduk dengan cewek modelan kaya kamu ini, ingat ya! Sekali lagi kau panggil aku cupu akan ku beri pelajaran!" ancam Afif sambil menunjuk wajah Aluna.
Aluna semakin tersulut atas perlawanan yang di lontarkan oleh Afif, dia tidak pernah menyangka kalau gadis yang di kenal pendiam dan kuper itu akan berani melawannya.
"Kau mengancam ku, berani sekali belum tahu ya, kalau orang tuaku donatur terbesar di sekolah ini, andai saja kau berani menyentuhku seujung kuku pun aku pastikan besok kau angkat kaki dari sekolah ini," balas Aluna.
"Kau pikir kamu siapa, bisa seenaknya mengeluarkan siswa di sekolah ini, bokap kamu hanya donatur bukan pemilik sekolahan ini kan? Jadi kenapa harus takut," ucap Afifah yang tidak gentar sedikitpun.
"Kamu nantangin aku ya si cupu!" desis Aluna sambil menarik rambut Afifah.
Afifah hanya meringis kesakitan ketika tangan Aluna mulai menarik rambutnya dengan kuat, entah dapat dorongan dari mana tiba-tiba saja Afifah mulai menendang kaki Aluna dengan kuat hingga remaja itu jatuh terduduk di lantai.
"Aaaau ...!" pekik Aluna yang merasa kesakitan.
"Kurang ajar kau si cupu!" bentak Aluna.
"Sudah aku bilang berhenti memanggilku cupu!" sarkas Afifah, yang tidak terima dirinya di katakan cupu oleh adik kelasnya itu.
"Hei memangnya aku takut denganmu," sahut Aluna sambil mencoba untuk berdiri dengan bantuan kedua temannya itu.
Aluna semakin menatap nyalang ke arah Afifah, bahkan remaja itu seolah ingin memberikan pelajaran terhadap kakak kelasnya itu agar tahu saat ini dirinya sedang berhadapan dengan siapa.
"Kau ... Benar-benar ya!" desis Aluna sambil mencekik kuat leher Afifah sehingga gadis itu kesulitan untuk berbicara.
"Le- pas kan aku," pinta Afifah dengan suara yang tercekat.
Aluna semakin menjadi bahkan gadis remaja itu seperti tidak ada takutnya sama sekali dengan tindakan yang hampir membahayakan nyawa seseorang.
Afifah merasa terancam dengan posisi ini karena ingin menyelamatkan nyawanya sendiri dari perbuatan adik kelasnya itu terpaksa tangan Afifa mencakar dengan kuat wajah Aluna hingga berdarah.
"Masih kuat ya kamu melawanku," ucap Aluna sambil mencekik leher Afifah.
"A-aku akan melawan mu sam-pai kau melepas tanganmu dari leherku," sahut Afifah dengan nada yang tercekat.
Karena tidak ada tanda-tanda Aluna melepaskan tangannya hingga akhirnya Afifah menendang perut Aluna hingga gadis itu menjerit kesakitan.
"Bugh ....!" Sebuah tendangan melayang di perut Aluna hingga gadis tubuh gadis itu terpental begitu saja ke lantai.
Mengetahui musuhnya terpental, segera Afifah menyelamatkan diri dengan cara berlari dari tempat itu.
"Aaah jangan kabur kau pecundang!" teriak Aluna yang tidak di hiraukan oleh Afifah.
******
Sesampainya di rumah Afifah langsung mencari-cari keberadaan ibunya, memang selama ini Afifah selalu menganggap ibunya sebagai tempat yang tepat untuk bercerita maka dari itu ada masalah sekecil apapun Afifah selalu bercerita dengan ibunya.
"Ibu ...," panggil Afifah sedang Amira lagi duduk santai di ruang keluarga.
"Sayang, kenapa?" tanya Amira, sambil mempersilahkan anaknya duduk di sampingnya.
Sejenak Afifah terdiam, hingga pada akhirnya dia mencoba untuk memberanikan diri bercerita pada ibunya.
"Bu, aku habis berantem dengan adik kelas Afif," akui jujur anak gadisnya itu.
"Apa! Kenapa kau bisa berantem Sayang?" tanya Amira kaget pasalnya selama dua tahun ini anaknya tidak memiliki musuh sama siapapun.
"Aku juga tidak tahu Bu, tiba-tiba saja anak itu menyerang ku, jujur saja aku melawan karena untuk melindungi diriku sendiri yang sudah di cekik oleh anak itu," adu Afifah.
"Apa di cekik! Baiklah kalau begitu kau ikut ibu ke Rumah Sakit untuk melakukan visum," ajak Amira.
******
Sedangkan di kediaman Arya saat ini Nadine begitu tidak terima dengan cerita sepihak dari anaknya itu, bahkan Nadine langsung menelpon suaminya sehingga Arya datang, dengan cepat.
"Sayang, pokoknya Mama tidak terima besok anak kurang ajar itu harus mendapatkan hukumannya dari pihak sekolah," ucap Nadine, yang tidak terima.
"Bener banget Ma aku ingin besok pagi papa datang ke sekolah," pinta Aluna.
Ada apa Ma?" tanya Arya yang baru saja datang dari kantor.
"Lihat nih Pa, wajah anak kita," tunjuk Nadine ke wajah Aluna yang penuh dengan cakaran temannya itu.
"Astaga! Sayang siapa pelakunya?" tanya Arya yang juga tidak terima melihat banyaknya bekas cakaran di wajah anaknya.
"Aku di serang oleh kakak kelasku Pa," sahut Aluna.
"Pokonya papa harus menghubungi pihak kepala sekolah," ucap Arya dengan nada yang menggebu-gebu.
Bersambung ...
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng