Bara harus bernasib sial, dia terus diikuti oleh arwah cantik karena hanya Bara yang bisa melihat dan menyentuhnya. Tubuh Gadis itu sedang terbaring koma di rumah sakit.
Bara adalah seorang ahli waris Neo Grup, dia bisa mendapatkan warisan jika dia sudah menikah, sementara dia orangnya tertutup karena itu dia terpaksa menikahi gadis koma itu, Karin Juliana. Gadis cantik dan berasal dari keluarga kaya.
Karin akan memiliki kesempatan untuk bangun jika ada pria yang mencintainya dengan tulus.
Apakah Karin akan mengenalinya jika dia bangun atau dia akan tetap mencintai kekasihnya, Revan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Cinta Pertamamu?
Bara memegang kedua bahu Karin, dia memandangi Karin dengan tatapan yang begitu lembut "Apa warna kesukaanmu, berapa nomor sandalmu, makanan favoritmu, pokoknya apa saja yang kamu sukai, dan apa juga yang kamu tidak suka. Aku ingin bisa mengenal lebih jauh tentang kamu. Aku sangat bersyukur jika kamu memberitahu aku satu rahasia yang orang lain tidak tau, hanya kamu yang mengetahuinya. "
Baru kali ini Bara menatap Karin dengan lembut, membuat Karin terpana memandangi wajah Bara yang tampan itu, malah dia terlihat lebih tampan jika sikap menyebalkannya tidak keluar.
"Tapi untuk apa?" Karin tidak mengerti mengapa Bara menanyakan hal itu.
"Karena mulai besok kau istriku, aku harus tau semua tentangmu."
Karin berfikir sejenak, "Hmm... apa ya... kalau aku ceritakan semuanya panjang sekali."
"Tidak apa-apa, aku akan mendengarkannya."
Tumben sekali dia bersikap lembut seperti ini padaku.
"Nanti saja di rumah, aku akan menceritakannya."
Bara menurut saja, dia hanya mengangguk. Membuat Karin heran karena Bara tidak bersikap seperti biasanya padanya.
Sesampainya di rumah, Karin menjawab semua pertanyaan yang Bara ajukan sampai Bara mencatat itu semua.
"Apa warna kesukaanmu?" tanya Bara dengan bersemangat.
"putih,"
Bara segera menulis jawaban dari Karin. "Lalu apa hobby kamu?"
"Trek motor, tapi sayangnya papa menentang hobby ku. "
"Itu karena om Tian sangat menyayangimu, dia tidak ingin kamu mengalami kecelakaan seperti sekarang. " Bara setuju dengan pendapat papanya Karin.
"Hmm... " hanya itu jawaban dari Karin.
Bara segera menulis lagi, "Lalu makanan favoritmu?"
"Chicken fried steak, hmm... apalagi di Caffe Star, disana chicken fried steaknya sangat enak sekali." Karin jadi merindukan rasa chicken fried steak itu.
"Apa bunga kesukaanmu? Oh edelweis ya!" Bara menjawab sendiri. Dia terlihat seperti guru yang sedang bertanya kepada muridnya.
Karin tersenyum-senyum saat mengingat kesalahanpahaman tentang bunga itu, dia fikir Bara akan memberikan bunga itu pada Jesika, tapi ternyata untuknya.
"Apa yang kamu sukai dari pria?"
Karin berfikir sejenak, "Hmm... yang pasti tidak seperti dirimu, yang tidak berperasaan, arogan, menyebalkan... " Karin tidak meneruskan perkataannya saat Bara menatap tajam padanya.
"Hehehe." Karin hanya terhehe.
Bara terus menyakan kembali apa saja tentang Karin dan menulisnya hingga selembar kertas itu penuh, sampai menanyakan ukuran bra juga.
"Ya ampun untuk apa bertanya itu?" Karin menutup dadanya dengan menyilangkan tangan. Dia berfikir Bara sudah mulai memiliki otak mesum.
"Kamu besok menjadi istriku, aku harus tau juga. Nanti siapa tau aku harus membeli itu untukmu, saat ditanya ukuran berapa ukuran bra istrimu? Masa aku jawab tidak tau." Maksud bara bukan untuk arwahnya tapi untuk raga Karin, tepatnya untuk Karin yang sudah tersadar nanti. Jadi dia harus tau semua tentang Karin sampai ke bagian terdalam.
Karin menjawab dengan malu-malu "emmm... 34C"
"Wow, lumayan besar." Bara tanpa sadar menekuk telapak tangannya membayangkan sebesar apa itu.
Karin langsung menepak tangan Bara.
Bara hanya terkekeh, dia menulis kembali. Fikirannya menjadi travelling saat menulis ukuran bra Karin sampai pulpen itu terjatuh ke lantai, Bara segera mengambilnya kembali dengan gugup.
Karin sangat malu sekali. Tapi memang sewajarnya calon suami menanyakan itu.
"Aku ingin tau siapa cinta pertamamu?" tanya Bara, "Tepatnya yang membuat jantungmu pertama kali berdetak."
Karin merasa keberatan dengan pertanyaan itu, "Apa harus juga menanyakan itu?"
"Tentu saja harus. Sudah ku bilang aku ingin mengetahui semua tentang kamu, calon istriku."
Tapi Karin tak ingin menjawabnya, saat ditanya soal cinta pertama, tepatnya pertama kali jantungnya berdetak.
Karin jadi teringat dengan kejadian saat 6 tahun yang lalu.
Flashback On...
Saat itu dia diajak berdansa oleh seseorang di pesta dansa bertopeng, semuanya memakai topeng, namun pandangannya teralihkan kepada seorang pria, padahal dia memakai topeng tapi terlihat sangat menarik sekali, membuatnya penasaran.
Karin meninggalkan pria yang akan berdansa dengannya begitu saja dan menghampiri pria yang telah berhasil mencuri perhatiannya. Dia mencolek punggung pria itu, sepertinya pria itu sedang mencari tempat duduk dan tidak berniat untuk berdansa.
"Sepertinya kamu tidak memiliki pasangan untuk berdansa, mau berdansa denganku?" tanya Karin yang usianya masih 17 tahun saat itu.
Sampai akhirnya mereka berdansa walaupun lawan dansanya sangat terlihat gugup sekali dan hanya bergerak ke kiri dan kekanan saja, tapi gaya berdansa mereka begitu mesra dengan Karin mengalungkan tangannya ke leher pria itu, dan pria itu melingkari pinggang Karin, membuat jantung Karin berdebar-debar tidak menentu, dia menjadi sangat penasaran tentang pria itu.
Namun sayangnya saat pria itu mengangkat telepon dari seseorang, Karin malah dipanggil oleh seorang karyawan disana untuk segera menemui papanya, padahal Karin belum mengetahui nama pria itu.
Sampai Karin menyesal tidak tau nama pria itu, siapa tau kalau tau namanya dia bisa tau pria itu berasal dari perusahaan mana, dia seseorang yang berani pasti berani untuk mendekatinya, karna dia tau sepertinya pria itu tidak pernah dekat dengan wanita karena itu dia banyak diam dan terlihat gugup sekali saat berdansa dengannya.
Flasback Off...
"Aku tidak tau namanya." jawab Karin.
"Loh kok bisa begitu?"
"Hmm ya sudah tidak perlu di bahas, itu sudah lama sekali."
Bara mengangguk saja, dia segera menanyakan pertanyaan-pertanyaan lainnya kepada Karin.
"Lalu apa rahasia, atau sesuatu yang kamu suka, atau juga sesuatu di diri kamu yang tidak diketahui orang lain? Pokoknya yang hanya kamu tau!"
"Hmm apa ya... " Karin berpikir sejenak, sepertinya Karin malu untuk mengatakannya, "Hmm nanti saja, aku malu mengatakannya."
"Memangnya apa?"
Karin dengan salah tingkah langsung masuk ke dalam kamar.
"Kenapa dengan arwah itu, malah salah tingkah begitu!" Bara tidak mengerti dengan sikap Karin.