Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Merawat Empat Bayi
Malam hari, Widuri terbangun karena lapar. Saat itu ia berada di kamar Kailash. Perutnya masih terasa nyeri, tapi tidak terlalu menyakitinya lagi.
"Kamu sudah bangun?" tanya Kailash. Dia membawa nampan berisi makanan yang ia ambil dari dunia manusia.
Widuri membangunkan diri. Sejak meminum ramuan dari Aji Ratuna, energinya perlahan pulih kembali.
"Anak-anak kita dimana?"
"Mereka di kamarnya, disana ada Ina dan Ibu menjaga, jangan khawatir. Lebih baik kamu makan dulu, lalu kamu aku ajak lihat mereka."
Kailash menyuapi Widuri. Sesekali mata mereka saling beradu pandang. Ada kalimat yang terjebak di dalam benak keduanya, tapi sulit diutarakan.
"Bagaimana keadaan ku di dunia manusia? aku kemarin di tusuk oleh Titi," tanya Widuri. Ia merasa aneh karena bisa selama ini di alam jin.
"Kamu itu koma di alam mu. Kamu kritis, itu bukan kendali kami. Daripada jiwamu kamu melanglang buana entah kemana, mending kamu berada disini."
Widuri berhenti menguyah. Ia yakin keluarganya sangat khawatir dengan kondisinya. Termasuk, nenek dan Ibunya.
"Apa Ibuku datang?" tanyanya lagi.
Kailash baru saja dari alam manusia memantau di rumah sakit. Ia hanya melihat sekilas dari luar ruangan ICU. Kailash hanya melihat sebagian keluarga, dan mengetahui jika di dalam ruangan ICU ada Arum. Ibu kandung Widuri yang masih berstatus tuannya secara jin nasab.
"Ibu Arum ada disana, dia sudah ada sejak dua hari yang lalu."
Widuri tersenyum. Dia merasa jika dirinya sangat disayangi oleh Ibunya. Kehadiran Arum di rumah sakit menjadi penyemangat sendiri bagi Widuri yang ingin sembuh.
"Kamu memikirkan apa?" tanya Kailash. Padahal ia bisa menerawang isi pikiran Widuri.
"Aku sedang memikirkan, andai saja mereka tahu, betapa bahagianya Ibuku, nenekku, dan keluargaku kalau mereka tahu aku melahirkan bayi kembar empat, pasti mereka tidak akan memaksaku lagi menikah," tuturnya.
Kailash tertegun. Wajar saja jika Widuri berandai-andai demikian, setiap makhluk hidup ingin berbagi kebahagiaan dan memamerkan pencapaiannya. Terlebih lagi Widuri sudah menjadi Ibu.
"Suatu saat mereka akan tahu Widuri, tapi mereka akan tahu sendiri, bukan dari mulut kamu," ucap Kailash mengejutkan Widuri.
"Benarkah? dari mana kau tahu? bagaimana reaksi mereka kalau tahu?"
Kailash tak mau menjawab. Ia pikir ini rahasia takdir, jika memberitahu Widuri terlebih dulu, tentu istrinya akan jadi kepikiran, mempengaruhi kesehatannya di alam manusia.
"Kenapa diam? apa reaksi mereka tidak akan menerima? Kailash, aku yakin kau tahu sesuatu," desak Widuri.
Kailash mengusap lembut kepala Widuri. Wajah tampan itu tersenyum tulus.
"Sayang, menjelaskan itu sama dengan mendahului takdir. Kami hanya bisa membisikkan ke insting manusia, tapi tidak boleh menjelaskan secara gamblang. Karena takdir bisa berubah," jelas Kailash.
Widuri tetap sulit tenang. Pikirannya terusik oleh pernyataan Kailash. Selera makannya hilang.
"Ya sudah, kita jalani saja apa yang ada di depan kita. Ada empat anak yang harus kita jaga Widuri," ujar Kailash.
Kailash menyiapkan kursi dorong. Dia menaikkan Widuri di kursi itu lalu mendorongnya ke kamar bayi. Mereka berpapasan dengan Kaluna yang baru saja keluar dari kamar bayi.
"Widuri sudah bangun, bagaimana keadaan mu, Nak?"
"Saya sudah merasa baikan, Bu. Anak-anak saya bagaimana? mereka belum ASI."
Kaluna tersenyum lalu disusul tawa sambil melirik ke Kailash.
"Kami sudah memeras ASI saat kau tidur, anak-anakmu anteng, hanya saja yang bungsu suka rewel, tapi dia tidur lagi. Kalau begitu masuklah, Ibu mau mandi dulu."
"Terima kasih, Bu." Ucap Widuri dan Kailash serentak.
Kailash mendorong kursi Widuri masuk ke kamar bayi. Disana ada Ina yang sedang menjaga. Ina menghampiri Widuri dengan perasaan lega. Ia pikir Widuri berakhir di alam jin mengingat energinya hampir habis beberapa hari yang lalu.
"Widuri, aku sangat bahagia kamu sudah sehat. Lihatlah anak-anakmu, mereka cantik dan tampan," ucap Ina.
Widuri memandangi keempat anaknya. Tanpa sadar, air mata kebahagiaan menetes di kedua pipinya.
"Mereka akan menjaga mu sepanjang hidupmu, Widuri. Keturunan kita akan menjaga mu, keluargamu," ucap Kailash.
Widuri mengangguk. Walaupun dia belum mengerti makan ucapan suaminya. Widuri memangku anak pertamanya. Kailash sudah memberikan nama-nama yang telah ia persiapkan sebelum putra-putrinya lahir.
"Nama anak pertama kita, Sanjana. Kedua, Nadaya, anak ketiga, Serana. Dan jagoan ini, aku beri nama Andromeda, karena dia lahir ketika Andromeda mengeluarkan sinarnya."
Widuri tidak mau ambil pusing perihal nama. Ia pikir, Kailash lebih berhak memberi nama karena anak mereka lahir di alam jin.
"Serasa ingin bersama mereka terus," gumamnya.
Kailash tak menanggapi. Dia malah iseng membangunkan Andromeda.
"Hei jagoan, bangunlah. Buat kakak-kakakmu terusik, ayah dan ibu sudah ada disini," kata Kailash. Dia menggendong Andromeda sambil mencium terus pipinya.
***
Seminggu berlalu bila di alam manusia..
Arum tetap setia menunggu putrinya di ruangan ICU. Sedang keluarga yang lain bergantian menemainya. Satia diminta untuk pulang ke rumah, karena mengingat kondisinya yang sudah renta.
"Aku masih tidak percaya jika putriku berhubungan dengan bangsa jin, siapa bangsa jin ini?" gumam Arum.
Sebagai pewaris ajian putih, tentu di usianya uang sekarang, Arum paham dengan aroma jin yang menguar dari tubuh putrinya. Aroma Widuri sudah berbaur dengan aroma bangsa jin. Baunya seperti aroma kulit bawang di bakar di atas kemenyan.
"Ini di luar dugaanku, ternyata hal yang ku hindari berhubungan dengan bangsa jin malah menjebak putriku sendiri. Apakah jin nasab Ambo' tahu perihal ini? sepuluh tahun ini, kenapa dia tidak pernah muncul lagi? aku harus menanyakan langsung."
Arum tahu, jika putrinya sedang berada di alam jin. Widuri yang kritis bukan semata karena lukanya, tetapi ada yang menahan jiwanya untuk menetap disana.
"Widuri, Ibu tahu kamu sudah mencintai jin itu. Tapi ingat, Nak. Kita itu berbeda dengan mereka, tidak seharusnya kamu berada disana, tidak seharusnya kamu memilih menjadi pasangannya," ucap Arum kepada raga Widuri yang terbaring layaknya mayat hidup.
Saat ini Arum masih memberi kesempatan pada sosok jin yang menahan jiwa Widuri. Namun, jika dalam dia hari ini, Widuri belum kembali juga, maka Arum akan memaksa putrinya untuk pulang.
"Tapi sebelum ini, aku harus memanggil nasab Ambo', Kailash pasti tahu siapa yang sudah menikahi putriku," kata Arum.
Dia keluar dari ruangan ICU. Arum menghampiri Rabiah yang duduk menunggu dengan saudaranya yang lain.
"Ada apa, Arum? kenapa wajahmu tegang?" tanya Rabiah.
"Jaga Widuri sebentar. Saya akan pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu."
Setelah mengatakan itu, Arum gegas keluar dari rumah sakit. Dia ingin kembali ke rumah Satia, mengambil beberapa daun dan melakukan ritual memanggil Kailash.
'Kailash harus aku paksa. Aku tahu, dia sedikit membenciku karena ulahku, tapi sebagai jin nasab yang bertugas, dia harus membantu keturunan ku,' ucap Arum dakan hati.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?