NovelToon NovelToon
Aku Bukan Anak Kecil

Aku Bukan Anak Kecil

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Erlangz

Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!

NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Tangisan yang Menyayat Hati

Aaron membawa Raya kerumahnya, ia sedang menangis sesenggukan di pelukannya, tangisan tak kunjung berhenti dari semenjak perjalanan menuju rumahnya dan hingga saat ini gadis itu duduk pangkuannya.

Aaron bingung tidak tahu bagaimana cara menenangkan Raya, ia merasa tak tega mendengar napas Raya mulai terasa tersengal-sengal.

"Sudah berhenti menangis," bisik nya di telinga Raya. Lengannya tak berhenti mengelus kepala Raya. Hanya itu yang ia bisa untuk menenangkannya.

Selama hidupnya, baru kali ini Aaron merasa kesusahan menenangkan seseorang yang sedang menangis. Menenangkan anaknya, jauh lebih mudah, karena mereka masih kecil sehingga gampang dibujuk, sedangkan Raya ini sudah remaja, sudah susah dibujuk lagi.

"Hey sudah berhenti!" kata Aaron sekarang lebih tegas.

Sebenarnya, Aaron bukanlah tipe orang yang memiliki banyak kesabaran. Ia sedikit tidak bisa menahan emosi kepada orang-orang yang menggangu.

Raya jelas tak mengganggunya, Aaron hanya tak tega mendengar tangisan kesakitan Raya.

Raya merasa telah dibuang, ia merasa sakit hati ketika pikirannya berkata bahwa mungkin ayah dan ibunya sudah tak menyayanginya lagi.

Selama ini, Raya tak pernah berjauhan dari ayah dan ibunya. Ayahnya adalah seorang pemilik usaha toko bangunan terbesar di kota. Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang mengurus kebutuhan keluarganya.

Mereka bertiga hidup dengan harmonis dan bahagia. Karena Raya adalah anak tunggal, ia jadi terlalu dimanja dan disayangi ayah dan ibunya, inilah yang menyebabkan terbentuk kepribadiannya yang sekarang, Manja dan polos.

Raya semakin kencang menangis, tangisannya kembali pecah ketika mengingat saat ia selalu di suapi oleh ibunya, meski sudah berumur tujuh belas tahun, dan ketika dia teringat dulu dia sering masuk ke kamar orangtuanya dan tidur bersama mereka karena takut pada hantu.

Harusnya Raya tidak menangis seperti ini, ia harusnya malu menangis di hadapan orang lain, meski itu di hadapan Aaron yang sudah dianggap bukan orang lain untuknya. Ayah dan ibunya sudah bagaikan saudara dengan Aaron dan sangat akrab dengannya. Meski sebenarnya Raya tak begitu akrab dengan Aaron karena sifatnya yang pemalu dan polos.

"Raya! Kalau kamu nggak bisa berhenti nangis, ayah sama ibu kamu gak akan pulang lagi!" ucap Aaron dengan nada sedikit keras.

Raya sampai menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya agar berhenti menangis. Aaron yang melihat itu sedikit menyesal kenapa tidak dari tadi dia menggunakan ancaman itu.

"R- Raya U- dah g- gak n- nangis, A-yah sama I-ibu nan-ti pu-lang kan?" tanya Raya dengan terbata karena terlalu lama menangis.

"Enggak akan, kalau air mata kamu masih ada!" kata Aaron lagi.

Raya dengan buru-buru mengusap mata dan pipinya dengan kasar. Aaron tersenyum kecil melihatnya, ia mengambil segelas air dihadapannya dan diberikan ke Raya.

Raya tidak langsung meminum air itu dan malah memandanginya, airnya tidak dingin maupun hangat.

"Minumlah," kata Aaron.

"Raya nggak suka air biasa," kata Raya.

Aaron menghela napas, gadis itu berpikir di rumahnya ada air yang luar biasa? Aaron langsung menempelkan gelas itu ke mulut Raya dan memaksanya minum.

Setelah minum, Raya merasa sudah baikan dan tenang sekarang, hanya matanya yang sembab dan merah karena terlalu lama menangis.

"ehem, mau sampai kapan kamu duduk di paha paman?" kata Aaron menyadarkan Raya posisinya yang sekarang.

Mukanya yang merah karena habis menangis, menjadi semakin memerah sekarang. Dia benar-benar tidak sadar bahwa sedari tadi dia dipangku oleh Aaron, karena terlalu sibuk menangis.

"Maaf paman." ucapnya pelan, ia berusaha bangun tetapi tidak bisa karena terlalu kelelahan sehabis menangis.

"Aduh Raya nggak kuat bangun."ucapnya.

Tiba-tiba ada suara teriakan datang dari pintu masuk."AYAH NAYA BARU PUL-" suara anak perempuan itu langsung berhenti ketika melihat ada seseorang yang duduk di paha ayahnya.

Dengan cepat, bocah itu langsung berlari menghampiri Raya dan ayahnya dan menarik rambut Raya hingga membuat Raya baru saja berhenti menangis menjadi kesakitan menangis kembali.

Aaron yang kaget tidak sempat bereaksi dan baru sadar beberapa detik kemudian, ia berusaha memisahkan mereka berdua.

"Aduh Naya jangan begitu, lepasin rambutnya nak!" ucap Aaron panik melihat betapa kuatnya tarikan putrinya pada rambut Raya.

"Sakit..." Tangis Raya karena rambutnya yang di tarik dengan sangat kuat.

"Udah dong Naya, kasihan kakak ny-"ucap Aaron namun terhenti.

"Enggak mau, dia mau ngambil papa dari Naya!" potong gadis cilik itu dan semakin menarik dengan kencang rambut Raya.

Raya semakin menangis karena kulit kepala serasa mau copot ditarik seperti itu.

Aaron tak tahu lagi harus bagaimana, karena kalau soal dirinya putrinya itu akan sangat posesif dan cemburu buta pada siapa saja yang mendekati papanya. Ia juga merasa bersalah karena tidak mendengar suara apapun dari luar, Aaron seharusnya tahu bahwa di jam segini anak-anaknya sudah pulang sekolah di jemput neneknya.

Aaron mencari ke sekitar dan melihat di depan pintu ibunya sudah kembali bersama anaknya yang satu lagi. Dengan lirikan matanya Aaron meminta ibunya untuk membantunya memisahkan Naya.

Wanita berusia enam puluhan itu kaget dan dengan segera menghampiri Naya untuk memisahkannya.

"Naya jangan gitu, kasihan kakaknya, ayo sayang lepasin rambut kakaknya, kasihan kakaknya nangis kesakitan," ucap Rani pada Naya. "Kalo naya galak kaya begini nenek ga akan ajak Naya lagi sama nenek."

Mendengar kata-kata nenek gadis kecil itu melepaskan tarikan nya karena takut tidak diajak neneknya lagi. Ia pun memilih untuk menahan marahnya saja.

Aaron dan Rani merasa ngilu ketika melihat banyak rambut Raya yang tersangkut di jari Naya.

1
FreeFireeMaaaxx
Ditungguuuu💯💯💯💯💯
Riyan
Menarik
Duke North
Lanjut
Duke North
👍👍👍👍
Erlangga536
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!