~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~
Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.
Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.
Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.
"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.
Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melemparmu Ke Jalan
"Mas, ini masih sore." Pikiran Lea kemana-mana. Ia tak tenang karena biasanya mereka menghabiskan waktu di homestay, hotel dekat Selera, atau bungalow di pinggir kota dekat dengan Mocca. Jarang sekali mereka melakukannya di sini kecuali sudah malam.
Ferdi yang sedang menguasai Lea dengan gagahnya, menjawab meski agak kesal. "Aku lihat motor kamu di cucian depan, jadi aku sekalian cuci mobil di sana."
"Tapi, Mas ... gimana kalau ada yang datang? Pintunya udah dikunci belum?" Lea benar-benar panik, sehingga dia terlihat kurang menyambut Ferdi. Tak ada raut sendu yang biasa Ferdi lihat ketika mereka bersama.
Ferdi tidak lagi melanjutkan gerakannya, membuang napas keras-keras. Dia terganggu, dia tidak suka jika Lea terus meracau begini. "Sejak kapan kamu mikirin ketahuan dan orang lain? Kita sudah seperti ini dua tahun lamanya! Dan semua baik-baik saja. Kamu yang mau kita kaya gini, kan? Kenapa juga sekarang kamu rewel!"
Ferdi sudah enggan, sudah tidak lagi berselera. Ia bergegas menarik tubuhnya dari atas Lea. Namun, Lea yang sadar kesalahannya, segera menahan lengan Ferdi hingga kembali terantuk padanya.
"Aku hanya mau kita aman sampai melihat Mayang jatuh dan melarat, Mas ... kita harus main cantik dan rapi. Meski aku sudah ketahuan dan ditindas, tapi aku akan bertahan, aku akan tetap kuat sampai hari itu tiba."
Lea menjatuhkan tubuh Ferdi, lalu bergaya seperti penggoda di atas tubuh indah Ferdi. Benar, Lea tergila-gila pada pria satu ini. Tampan dan perkasa. Bahkan Lea yang memancing Ferdi untuk menjamahnya, saat mereka baru pacaran satu bulan. Pesona Ferdi sungguh membuat Lea kepayang. Lea malah marah waktu Ferdi memutuskannya untuk menikahi Mayang, menurutnya, tidak apa-apa jadi yang kedua atau selingkuhan, asal dia tetap dinomersatukan. Ferdi tetap mencintai dia meski sudah punya Mayang.
Ini bagian kesukaan Lea. Ketika menguasai Ferdi, Lea merasa dirinya menang dan puas. Meski Mayang tak melihat, tapi ia kerap berseru dalam hati, mencibir Mayang, mengumpati, dan menggemakan suara kemenangan.
Ferdi kembali menyala, tak ada pria yang tak tergoda jika dibuai sedemikian rupa. Lea punya segalanya, yang menyenangkannya. Tubuh indah, paras cantik, kulit bersih, dan selalu wangi. Meski sudah dua tahun menjalani, rasanya Ferdi tak pernah bosan.
"Mas, bakal tetap sayang aku sampai mati, kan?" Lea bertanya, ketika dia sudah sampai. Dalam posisi favoritnya, Lea pasti akan kalah dengan mudah.
"Hm ...." Ferdi menggumam, dia sangat sibuk.
Lea tersenyum puas, lalu menekan dirinya dalam-dalam. "Aku cinta sama kamu, Mas!" desis Lea seraya menjatuhkan dirinya. Ini keputusan yang terburu-buru. Akan tetapi, Lea rasanya sudah tidak tahan lagi. Persetan dengan semua orang! Dikatai pelakor, orang ketiga, selingkuah, murahan, penggoda, ataupun sudah gila. Dia tidak peduli.
"Le ...." Ferdi sedikit khawatir dengan Lea hari ini. Meski dia berusaha, tapi jelas Lea sedang tertekan. Dia tahu itu.
"Aku ingin begini sebentar saja, Mas!"
Ferdi diam, membalas pelukan Lea yang erat di badannya. Mungkin keadaan belakangan membuat kekasihnya ini stres. Sebagai pria tercintanya, Ferdi hanya mendukung dan menuruti saja. Ah, apa sih yang tidak kalau sudah cinta.
Mayang melihat semua itu, mata kepalanya sendiri melihat dan mendengar percakapan dan derap percintaan dua manusia hina itu.
Memang ia menangis, wajar kalau dia sakit hati. Tapi, entah sebagai siapa. Seorang istri yang diselingkuhi? Atau saudara yang dikhiananti? Hatinya mendadak kebas. Beku dan mulai dingin. Sudah cukup mereka menyakiti.
Mayang mundur seraya mengusap air mata, langkahnya bulat menuju rumah Lestari. Lea akan ia buang ke tepi jalan. Dimana dia seharusnya berada. Persetan dengan saudara.
Lestari senang saat melihat kedatangan Mayang, sampai-sampai ia melemparkan selang penyiram tanamannya begitu saja. Namun, belum sempat Lestari menyambut, Mayang sudah lebih dulu berkata.
"Saya tidak lagi menyewa kamar 8 mulai hari ini!" Kamar 8 adalah kamar Lea.
"Tapi, masih sisa semingguan, Bu ... masa saya harus balikin uang Bu Mayang?" Lestari keberatan pastinya. Lagian berapa, sih? Masa diminta juga? Sedekah lah buat yang tak sekaya dia.
"Tidak perlu dikembalikan, Bu ... saya hanya mau Ibu mengosongkan tempat itu besok sore." Mayang mengeluarkan kunci dan menyerahkannya ke Lestari. "Saya permisi, Bu ... maaf, jika banyak merepotkan Bu Tari selama ini."
Meski terheran-heran, Lestari hanya bisa mengangguk. Pasti ada apa-apa antara Lea dan Mayang. "Ah, tidak pedulilah, yang bayar aku kan, Bu Mayang. Jadi aku nurut dia saja. Kecuali Lea mau bayar sendiri, ya ndak masalah."
Mayang kembali ke kos Lea, tanpa basa basi, Mayang masuk.
"Kok balik lagi, Mas?" Lea bersuara dari kamar mandi, tidak tahu kalau Mayang yang datang. Mungkin dengar pintu terbuka, jadinya dia bertanya. Karena tidak ada jawaban, Lea keluar dari sana.
"Mas—"
*
*
*
*
*
Maaf, aku gak bisa bikin yang begitu banget😄