Queen Of Casino

Malam itu, seorang pria yang pesonanya ditolak oleh sang gadis pujaan siang tadi tengah berdiam diri di apartemen mewahnya sambil sesekali melihat ke arah lain. 

"Ke mana perginya gadis itu?" gumamnya lirih ketika melihat tempat tinggal Je masih gelap gulita dari balkon kamarnya.

Sejenak dia merogoh ponselnya guna melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Saat di mana Je dan teman-temannya biasanya sudah berkumpul di rooftop bangunan tiga lantai itu, untuk sekedar berpesta ria, latihan beladiri, atau segera beranjak pergi menuju kasino maupun club malam dan William selalu menyaksikan hal tersebut selama beberapa bulan ini dari tempat tinggalnya.

"Apa terjadi sesuatu padanya?" Sejenak pria tersebut kembali meletakkan teropong di depan matanya. "Tidak mungkin terjadi hal buruk. Bisa-bisa mereka yang bernasib buruk jika mengganggunya. Tapi ke mana gadis kecilku pergi." 

Tak ingin membuang waktu, Liam segera kembali masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia hendak pergi ke kasino favorit Je terlebih dahulu. Biasanya gadis itu akan berada di sana bersama teman-temannya. 

Akan tetapi, setibanya di tempat tersebut dia tidak mendapati orang yang dicari. Liam pun segera mencari asistennya. "Apa kau tahu di mana gadis kecilku?" tanyanya setelah bertemu dengan sang asisten tanpa basa-basi. 

"Tidak, King. Tapi, teman-temannya ada di lantai club," jawab Kare. 

Tanpa membuang waktu, Liam pun bergegas menuju lantai utama tempat di mana bagian club berada. Sejenak pria tersebut mengedarkan pandangan dengan sang asisten yang mengikuti di sampingnya. Sorot matanya berhenti di saat melihat ketiga teman sang gadis tengah asyik menikmati iringan musik DJ yang terdengar memekakkan telinga.

 "Kenapa gadisku juga tidak ada di sini?" gumam Liam heran.

"Haruskah saya mencari tahu, King?" 

"Tak perlu!" Kerasnya iringan musik bersamaan dengan kerlip lampu warna warni dan juga banyaknya wanita seksi yang melenggak lenggokkan tubuh tak membuat Liam tertarik akan hal itu. 

Dia pun melangkah menyusuri setiap sudut club mana tahu gadisnya sedang duduk seperti yang biasa dilakukan ketika teman-temannya tengah asyik di lantai dansa. Namun, semua itu hanya angan-angan saja dan malah membuatnya mendengus sebal karena malam ini tak melihat sang pujaan hati. 

"Berikan aku old fashioned satu!" ujar Liam pada seorang bartender di sana. 

Liam kembali mengedarkan pandangan ke segala arah, hingga sesaat kemudian, terlihat beberapa lapis kerutan di dahi pria tersebut. "Siapa dia?" tanyanya kepada sang asisten dengan tatapan terhenti di sosok pria dan wanita yang tengah asyik bermesraan di sofa ujung club tersebut. 

Kare pun sontak mengikuti arah pandang tuannya. "Oh, itu Mon Yong salah satu pelanggan baru di kasino. Dia seperti mata-mata kasino sebelah yang berniat menyaingi tempat ini. Tapi, kita tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pelanggan."

"Kenapa harus ditolak. Biarkan saja dia berbuat sesuka hati! Aku ingin lihat, apa yang akan pria tua itu lakukan setelah menyuruh anak buahnya ke mari." 

Tak lama kemudian, segelas cocktail racikan pesanannya pun tersedia di atas meja. Liam segera menyesap bibir gelas itu perlahan dengan tatapan yang tak beralih dari pasangan pria paruh baya dan wanitanya. Mereka bercumbu seakan tak ingat jika usia keduanya sudah mencapai tanah, mungkin hanya tinggal menunggu antrean selanjutnya. 

Namun, tiba-tiba saja seorang wanita terhuyung ke pangkuan Liam dan mengganggu pengamatannya. "Aw, maaf. Sepertinya aku terlalu mabuk," ujar wanita tersebut dengan menggoda.

To Be Continue..