Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apey pergi.
Apey di dalam kamar sudah beres beres memasukan pakaiannya ke dalam tas, pakaian pemberian dari Pak Wiguna tidak berani Apey bawa, sudah Apey lipat dan sudah di susun di letakan di atas tempat tidur.
Apey menatap buku daily Randika yang tidak berani Apey buka tergeletak di meja samping TV, Apey senyum kecil melangkah mengambil buku daily Randika lalu memasukannya ke dalam tas untuk di jadikan kenangannya.
"Selamat tinggal ponselku yang baru, sekarang kamu bukan milik tanganku lagi, selamat tinggal kamar idaman!" ucap Apey melihat seisi kamar lalu meletakan ponsel pemberian Pak Wiguna di samping lipatan pakaian.
Apey langsung melangkah keluar kamar sambil membawa tas menuju tangga ke lantai dua, setelah depan kamar Azalea tangan Apey langsung mengetuknya dua kali, perlahan membukanya melihat Azalea yang membaringkan tubuhnya kembali.
Apey yang mau sekalian pamit langsung melangkah masuk berdiri di sisi tempat tidur, menatap punggung Azalea yang berbaring membelakanginya, Apey menghela nafasnya perlahan bagaimanapun Apey seorang laki-laki tidak tega melihat ke adaan Azalea seperti itu.
"Non, nanti setelah menjemput Randika, saya akan langsung pergi, tolong sampaikan permintaan maaf saya terhadap orang tua Non jika sudah pulang, dan tolong jangan membentak Randika sekalipun, saya minta maaf jika sudah berbuat kasar, saya permisi!" Apey langsung melangkah pergi.
Terdengar pintu di tutup Azalea langsung membalikan tubuhnya menatap pintu, perlahan Azalea bangun lalu duduk di atas tempat tidur, entah kenapa perkataan Apey seketika menempel dalam hatinya, membuat Azalea langsung menundukan kepalanya tidak tahu dengan perasaannya sendiri.
Apey langsung meluncur menuju sekolah Randika, meskipun Apey tidak tega meninggalkan Randika, namun demi Azalea agar tidak pergi lagi dari rumah, Apey harus bisa memutuskan untuk mengikuti apa kemauan Azalea yang menginginkan dirinya pergi dari rumahnya.
Siang itu meskipun Randika belum waktunya jam pulang, Apey meminta ijin terhadap Pak Sumardi wali kelas Randika, untuk membawa Randika pulang lebih awal karena ada keperluan keluarga mendadak, Pak Sumardi pun mengerti memberikan ijin Randika untuk pulang kerumah lebih awal.
''Ada apa Kak pulang sekarang?'' tanya Randika di depan kelas.
''Kakak punya kado buat Randika,'' jawab Apey senyum.
''Kado Kak? Kakak serius?'' tanya kembali Randika sumringah.
''Iya Kakak serius, Randika pasti senang dengan kadonya,'' jawab Apey kembali senyum.
''Asyik, makasih ya Kak,'' Randika kembali sumringah senang mendengarnya.
''Iya sama sama, kita pulang sekarang ya?'' ajak Apey terpaksa tidak memberitahukan kalau dirinya akan pergi hari itu.
''Iya Kak,'' Randika mengangguk.
Apey langsung mendorong kursi roda Randika menuju parkiran, dan baru saja mau mengangkat badan Randika ke dalam mobil dering ponselnya berbunyi.
''Sebentar ya, takut Papa Randika yang telpon,'' bujuk Apey.
''Iya Kak,'' Randika langsung mengangguk.
Apey langsung merogok ponsel di saku celananya, ternyata benar Pak Wiguna yang menelponnya, Apey pun langsung mengangkatnya.
''Iya Pak Boss?'' sapa Apey di telpon.
''Apey, saya di telpon Bi Minah katanya Azalea ada pulang ke rumah, saya sama Mama nya Randika sudah di rumah, sekarang posisi kamu dimana?'' tanya Pak Wiguna yang tidak mengetahui Apey sedang menjemput Randika.
''Maaf Pak Boss, saya sedang jemput Randika ke sekolah, saya sudah minta ijin sama wali kelasnya, ijin Randika pulang lebih awal ada keperluan keluarga,'' jawab Apey apa adanya.
''Iya Apey tidak apa apa, hati hati ya di jalannya,'' ucap Pak Wiguna.
''Iya Pak Boss siap!'' Apey langsung memasukan ponsel ke saku celananya.
Pak Wiguna di ruangan tengah rumahnya terdiam merasa heran kenapa Apey menjemput Randika belum jam pulang sekolah Randika, Bu Maharani sedang membujuk Azalea di dalam kamar yang sudah pulang kerumahnya.
''Lea, sekarang kamu sudah dewasa, harusnya kamu yang bisa melindungi Randika bukan malah sebaliknya, apa kamu tidak kasihan sama Papa dan Mama yang sudah menjaga dan membesarkan kamu sampai kamu sudah dewasa sekarang ini?'' tanya Bu Maharani dengan lembut.
Azalea terdiam benar benar hanya berbaring di tempat tidur, nasi di atas meja pun tidak di sentuhnya sama sekali, Bu Maharani duduk di sisi tempat tidur menatap punggung Azalea yang tidak bicara sepatah katapun.
Apey yang meluncur menjemput Randika setiba di pintu gerbang rumah, tepat dengan Ronald yang datang main kerumah Azalea, Apey di dalam mobil melihat Ronald yang mengenakan jas sedang bicara dengan satpam.
"Apakah itu Ronald laki-laki yang Ririn katakan tadi!" gumam Apey dalam hatinya.
Satpam melihat mobil Randika datang langsung membuka gerbang, Ronald yang berdiri sisi gerbang melihat mobil yang Apey bawa masuk ke dalam, Ronald langsung menghampiri satpam.
"Saya boleh masuk sekarang Pak?" tanya Ronald.
"Iya silahkan," jawab satpam yang sudah mendata diri Ronald.
"Terima kasih!" Ronald langsung melangkah menuju mobilnya.
Apey yang sudah menurunkan Randika dari dalam mobi ke kursi roda, langsung mendorongnya masuk ke dalam rumah, Pak Wiguna di ruangan tengah melihat Apey dan Randika datang langsung berdiri menghampiri.
"Papa udah pulang?" tanya Randika.
"Iya, bagaimana belajarnya?" tanya Pak Wiguna senyum.
"Hari ini tidak ada PR Pah," jawab Randika.
Apey melangkah kedepan lalu setengah jongkok menatap Randika sambil senyum.
"Randika, hari ini ada kado special buat Randika dari Kak Apey, dan kadonya ada di Papa Randika, nanti Papa Randika yang akan memberitahunya, sekarang Kak Apey mau keluar rumah dulu karena ada perlu di suruh Bi Minah," ucap Apey sambil senyum memegang tangan Randika.
"Asyik, iya Kak," Randika mengangguk senyum sumringah.
"Kamu di suruh beli apa sama Bi Minah?" tanya Pak Wiguna heran.
"Hanya obat saja Pak Boss, maaf saya harus buru buru belinya, saya keluar dulu!" jawab Apey senyum lalu mengusap rambut Randika dan langsung melangkah pergi.
Pak Wiguna menatap heran langkah Apey yang berjalan menuju pintu, Ronald yang sudah berdiri di depan pintu menatap Apey dengan tanda tanya.
"Non Azalea ada di kamar!" ucap Apey menyempatkan bicara dan menoleh ke Ronald lalu melangkah menuju mobil.
Sesampai di mobil Apey langsung mengambil tasnya yang di simpan di belakang mobil, Apey menyempatkan melihat depan rumah lalu ke Ronald yang menekan bel tamu, Apey buru buru melangkah pergi menuju gerbang depan sebelum Bi Minah atau Pak Wiguna yang keluar menghampiri Ronald di depan pintu.
Ronald langsung menekan bel tamu dua kali, selang beberapa menit menunggu Bi Minah yang membuka pintu, menatap Ronald yang mengenakan jas berdiri di depan pintu, yang baru pertama kalinya Bi Minah lihat.
"Mau cari siapa?" tanya Bi Minah.
"Azalea nya ada?" tanya balik Ronald.
"Oh Non Azalea, ada di kamarnya, ayo silahkan masuk," jawab Bi Minah mempersilahkan.
"Terima kasih," Ronald langsung masuk.
Bi Minah menutup pintu langsung membawa Ronald ke ruangan tengah menemui Pak Wiguna yang sedang bersama Randika.
"Permisi tuan, ini katanya mau bertemu Non Azalea," ucap Bi Minah.
"Permisi om, perkenalkan saya Ronald teman Azalea," sapa Ronald menyodorkan tangannya.
"Saya Papa nya Azalea, apa kamu sudah berjanjian datang kesini?" tanya Pak Wiguna setelah bersalaman.
"Tidak om, saya ingin main saja," jawab Ronald.
"Ya sudah, silahkan duduk," titah Pak Wiguna.
"Terima kasih om," Ronald langsung duduk lalu menatap Randika yang duduk di sofa lalu melihat ke kursi roda.
Bi Minah langsung melangkah ke belakang hendak mengambil air minum untuk Ronald, Pak Wiguna langsung duduk berhadapan dengan Ronald.
"Pah, mana kado dari Kak Apey?" tanya Randika sudah tidak sabar.
Pak Wiguna kembali berpikir apakah memang benar kado yang di maksudkan Apey adalah kepulangan Azalea ke rumah, tapi kalau benar kenapa Apey tidak memberitahukannya sendiri terhadap Randika, dan kenapa Apey malah pergi membeli obat tidak mengutamakan Randika terlebih dahulu.
"Pah mana kadonya?" pinta kembali Randika semakin tidak sabar.
"Iya sayang iya, sebentar ya, Papa bawa dulu kadonya," bujuk Pak Wiguna dengan perasaan bingung lalu berdiri melangkah menuju tangga.
Randika menatap Ronald yang mengenakan jas keren dengan rambut klimis rapih di sisir.
"Om teman Kak Azalea?" tanya Randika.
Ronald langsung terperanjat di panggil om oleh Randika, Ronald langsung memegang wajahnya takut terlihat tua.
"Kenapa panggil om?" tanya Ronald dengan wajah kaget.
"Umur om berapa?" tanya balik Randika.
"Saya masih muda, baru juga dua puluh enam tahun," jawab Ronald.
"Tapi kok om terlihat udah tua, aku panggil om saja ya," celetuk Randika.
"Aduh mati gua kalau di panggil om, siapa anak ini!" gumam Ronald dalam hatinya membuang muka enggan menanggapi Randika.
"Om kerjanya di mana?" tanya kembali Randika.
"Saya tidak kerja, saya punya perusahaan sendiri," jawab Ronald dengan perasaan menolak di panggil om.
"Wah, om hebat punya perusahaan, om banyak uangnya yah?" tanya kembali Randika.
Ronald langsung menelan ludah kering kembali membuang muka melihat Randika rewel banyak bertanya, tidak lama Bi Minah datang membawa air minum segar meletakannya di atas meja.
"Silahkan di minum," tawar Bi Minah.
"Iya terima kasih," Ronald sedikit mengangguk langsung meminumnya menghilangkan perasaan menolaknya di panggil om.
Pak Wiguna yang tidak biasa masuk ke kamar Azalea, saat itu mau tidak mau terpaksa harus masuk, menatap Azalea yang terus terbaring dan Bu Maharani duduk di sisi tempat tidur.
"Azalea, tadi Apey bilang sama Papa, kata Apey mau memberikan kado untuk Randika, tapi Apey tidak memberikan apapun terhadap Papa,"
"Papa merasa bingung tidak tahu apa maksud Apey bilang seperti itu, apa mungkin kepulangan kamu kerumah yang dimaksudkan Apey untuk kado kejutan buat Randika?" tanya Pak Wiguna berdiri di sisi tempat tidur.
"Aku mengusir orang itu pergi dari rumah ini!" jawab Azalea tanpa membalikan badan.
"Apa? apa yang kamu katakan barusan?" Pak Wiguna merasakan kaget.
"Aku sudah janji tidak akan pergi lagi dari rumah, asal orang itu pergi dari rumah ini!" jawab Azalea.
"Keterlaluan kamu Azalea, bukannya berterima kasih malah mengusirnya!" tegur Pak Wiguna langsung keluar dari kamar buru buru menuju tangga.
Setelah turun dari tangga langsung menghampiri Ronald yang masih duduk di sofa.
"Tadi siapa nama kamu?" tanya Pak Wiguna.
"Ronald om," jawab Ronald.
"Saya minta maaf, sekarang ini keluarga saya sedang ada urusan penting, kamu bisa datang main lagi kapan kapan, dan maaf bukan maksud saya mengusir," terang Pak Wiguna.
"Oh gitu ya om, ok om kalau begitu lain kali saja saya kesininya, saya permisi om!" Ronald langsung berdiri dengan perasaan kecewa dan langsung melangkah pergi.
Setelah Ronald pergi Pak Wiguna mendekati Randika.
"Randika, kadonya di tunda dulu ya sebentar, Papa ada perlu dan sekarang Papa harus buru buru telpon dulu, tidak apa apakan?" tanya Pak Wiguna.
"Iya Pah tidak apa apa," Randika mengangguk.
Pak Wiguna mengusap rambut Randika langsung buru buru pergi ke depan, mengambil ponsel di saku celananya dan langsung menelpon Bagas.
Bagas yang sudah membereskan akibat keributan yang di lakukan oleh Azalea di hotel, dan baru saja mendata semua laporan pekerjaannya di dalam ruangan, mendapat telpon dari Pak Wiguna menghela nafasnya, jangan jangan masalah Azalea kembali Bagas pun langsung mengangkatnya.
"Iya tuan Boss halo?" sapa Bagas di telpon.
"Bagas, Azalea mengusir Apey dari rumah, tolong bawa sepuluh orang untuk mencari Apey di daerah sekitaran wilayah rumah saya, saya yakin Apey belum pergi jauh," titah Pak Wiguna di telpon.
"Baik tuan Boss, saya akan segera mengumpulkan sepuluh pekerja untuk mencari Apey," balas Bagas memegang jidat tebakannya ternyata benar.
"Jika menemukannya, tahan sebisa mungkin jangan sampai Apey pergi sampai saya datang," titah kembali Pak Wiguna.
"Baik tuan Boss baik, nanti saya akan menahannya sekuat tenaga," balas Bagas.
"Ya sudah, berikan saya kabar secepatnya," titah kembali Pak Wiguna.
"Baik tuan Boss!" Bagas langsung menarik nafasnya dalam dalam, lagi lagi Azalea membuat keributan yang berujung dirinya harus terlibat.
Bagas langsung menelpon beberapa pekerja bawahannya, berikut menelpon Anton memberitahukan untuk berkumpul di belakang hotel, karena ada perintah dari Pak Wiguna sebagai pemilik hotel.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman