Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Yang Kita Tanam Pasti Akan Kita Tuai
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kedua nya kini tiba di ruko tempat usaha bakery Shinta. Angga segera turun dari mobil, yang langsung diikuti oleh Diandra.
Mereka berdua berjalan beriringan, menuju ke sebuah ruko tiga lantai yang cukup luas. Lantai dasar bagian depan dijadikan sebagai toko dimana cake, kue dan roti bikinan Shinta dan karyawan nya di pajang dengan cantik di dalam etalase kaca. Dan bagian belakang dia jadikan sebagai tempat untuk produksi.
Sedangkan lantai dua dan tiga, Shinta jadikan sebagai tempat hunian sementara.. hingga rumah yang sedang di bangun nya telah siap untuk di tempati. Sementara rumah pemberian sang mama, sengaja dia kontrakkan, karena banyak sekali kenangan pahit yang menimpa adik nya dan juga sang mama.
Angga terus masuk ke ruko tanpa memperdulikan sapaan dari karyawan sang kakak, dan langsung menaiki anak tangga. Angga mengambil tangan sang istri dan menggenggam nya. Diandra awal nya kaget dan bingung, namun sesaat kemudian dia paham.. bahwa mereka akan bertemu sang mama, dan karena itu sandiwara segera dimulai.
"Ma,,," sapa Angga pada sang mama yang sedang duduk santai di ruang keluarga sambil nonton televisi seorang diri.
Angga menghampiri sang mama dan mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan nya itu, dan kemudian memeluk nya.
"Hai,, kalian sudah datang?" Tanya sang mama menyambut pelukan putra nya.
"Iya ma," balas Angga sambil melerai pelukan nya.
Diandra pun kemudian melakukan hal yang sama, mencium punggung tangan sang mama mertua dan kemudian mencium pipi kanan dan kiri. "Apa kabar nak Didi," Tanya bu Dewi sambil menuntun sang mantu untuk duduk di sofa.
"Alhamdulillah Didi baik ma,, mama sehat?" Tanya Diandra balik pada mama mertua nya.
"Iya, mama Sehat," balas bu Dewi menatap sang mantu dengan senyum hangat.
"Kak Shinta kemana ma?" Tanya Angga mengedarkan pandangan mencari sosok sang kakak.
"Tadi pamit keluar sama mama, mau belanja kata nya," balas sang mama.
Ketiganya terdiam, hening menyapa ruang keluarga di lantai dua ruko milik Shinta.
"Ga,,, mama mau bicara sama kamu," ucap sang mama memecah keheningan.
Angga menarik nafas dalam, dan menghembus nya perlahan. Pria dewasa itu seolah dapat menebak kemana arah pembicaraan sang mama. "Ada apa ma?" Tanya Angga.
"Apa kamu masih belum bisa menerima perjodohan kalian?" Tanya sang mama menyelidik.
Angga menatap mama nya dengan sendu, "maaf kan Angga ma," balas nya lirih.
"Itu bukan sebuah jawaban Ga,," ucap sang mama, sambil melirik Diandra.
Diandra hanya diam, mendengarkan obrolan mama mertua dan suami nya.
"Angga butuh waktu ma,," balas Angga lagi, sambil mendesah kasar. Dia ingin bisa membuang semua kenangan buruk nya di masa lalu, namun sampai saat ini dia masih belum bisa terima.
"Sampai kapan Ga? Sampai istri mu bosan dan kemudian pergi meninggalkan mu?!" Bu Dewi meninggikan suara nya.
"Kalau itu terjadi, itu artinya... dia sama saja dengan wanita ****** itu," balas Angga dingin.
"Jadi,, kakak menyamakan Didi dengan wanita di masa lalu kakak?" Tanya Diandra yang nampak sedih.
Angga sekilas melirik dan kemudian kembali membuang pandangan nya.
"Ga,, apa menurut kamu mama juga wanita seperti itu?" Tanya sang mama menatap dalam netra hazel putra bungsu nya.
"Tidak ma, mama wanita yang sangat baik.. wanita yang penuh kasih," jawab Angga jujur.
"Apa menurut kamu, kak Shinta juga wanita yang tidak baik?" Kembali sang mama bertanya.
Angga menggeleng,,
Bu Dewi menepuk lembut punggung putra nya, "semua wanita itu tidak sama nak, begitu pun dengan pria,, apa kamu mau jika di sama kan dengan Raka?" Tanya sang mama hati-hati.
Tiba-tiba wajah Angga memerah,, terlihat dari sorot mata nya bahwa saat ini dia sedang dikuasai oleh amarah. "Jangan sama kan Angga dengan laki-laki bejat itu ma!" Ucap nya dengan suara bergetar, menahan amarah.
Bu Dewi terus mengusap-usap punggung putra bungsu nya itu dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan. Setelah dirasa putra nya sedikit lebih tenang, kembali bu Dewi membuka suara nya. "Jika kamu tidak mau disamakan dengan orang lain, maka kamu juga tidak boleh menyamakan istri mu dengan wanita lain."
"Jika kamu ingin diperlakukan dengan baik, maka kamu juga harus memperlakukan orang lain dengan baik. Jika kamu ingin diberi kesempatan, maka kamu juga harus berlapang dada untuk memberi orang lain kesempatan. Intinya,, perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan oleh orang tersebut," ucap bu Dewi menasehati putra nya.
Angga diam, mencerna setiap kalimat sang mama.
"Tapi ma,, dulu Angga bersikap baik pada wanita ****** itu, tapi nyata nya di belakang Angga dia tega mengkhianati Angga ma," ucap nya sendu.
Bu Dewi membuang nafas kasar, "ya nak,, memang tak semua kebaikan yang kita lakukan akan di balas baik oleh orang tersebut. Tapi percayalah, kebaikan yang kita tanam pasti akan kita tuai buah nya di kemudian hari dan entah melalui cara apa hanya Allah lah yang tahu." balas bu Dewi mengingat kan sang putra.
Kembali Angga merenung,,
"Mama serahkan semua keputusan pada mu nak,, lakukan apapun yang kamu mau, kamu sudah dewasa dan bisa memilah serta memilih langkah apa yang harus kamu ambil. Sudah cukup mama membimbing kamu selama ini, apapun yang akan terjadi dalam kehidupan kamu yang akan datang.. kamu sendiri yang akan menanggung nya, dan jangan pernah salah kan mama lagi." Ucap sang mama dengan lembut tapi penuh penekanan.
"Kalian pulang lah, mama mau istirahat. Nanti sore, mama langsung pulang ke Bali," lanjut bu Dewi seraya beranjak menuju kamar nya tanpa menoleh kearah putra nya ataupun menantu nya, sengaja menyembunyikan bulir bening yang telah memenuhi pelupuk mata nya.
"Ya Allah, bimbing langkah putra ku.. agar tidak salah dalam melangkah," do'a bu Dewi tulus, sambil merebahkan tubuh lelah nya di atas pembaringan.
Sementara di ruang keluarga, Angga dan Diandra sama-sama terdiam.
"Ayo kita pulang," ajak Angga sambil berdiri.
"Apa kita enggak pamit dulu sama mama kak? Atau, nunggu kak Shinta pulang?" Tanya Diandra yang masih terpaku di tempat nya.
Angga menggeleng dan langsung berlalu untuk turun.
Dengan bergegas, Diandra pun ikut turun menyusul langkah lebar sang suami.
Kedua nya segera memasuki mobil, dan Angga langsung melajukan kuda besi nya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota.
Dua anak manusia yang telah terikat dalam ikatan tali pernikahan itu, sama-sama diam.. tak ada yang membuka suara dan masing-masing sibuk dengan pikiran nya sendiri.
Setengah jam kemudian, mobil Angga memasuki kawasan apartemen hunian nya.
Angga memarkir mobil nya di basemen, setelah terparkir dengan sempurna Angga segera turun diikuti oleh sang istri.
Tak seperti biasa nya, kali ini Angga menunggu sang istri untuk berjalan beriringan menuju unit hunian nya.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..