Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuil Emas di Tengah Lembah.
Saat hujan reda, malam telah larut, dan bulan purnama tua sudah tinggi, terbit di temani bintang yang bertaburan.
Xiao Yuen kembali merebahkan tubuh nya di dekat api unggun, meringkuk untuk mengurangi dingin udara malam dan tiupan angin laut.
Lambat laun, matanya pun tertutup dan tertidur lelap.
Xiao Yuen membuka matanya, menatap kesekeliling tempat dia tidur itu.
Pagi ini, setelah mata hari memancarkan cahaya nya, barulah dia bisa melihat dengan jelas sekeliling tempat itu.
Ruangan yang semula disangka nya goa itu, ternyata sebuah ruangan kuil yang besar.
Ada empat patung besar terbuat dari batu Giok biru saling berhadapan.
Patung Dewa laut timur di sisi timur menghadap patung Dewa laut Barat, dan Dewa laut Utara di sisi Utara berhadapan dengan patung Dewa Laut selatan di dekat pintu.
Di tengah berdiri diatas altar batu Giok, terlihat patung Dewi laut yang sangat cantik jelita, berdiri menghadap ke arah selatan.
Xiao Yuen berkeliling ruangan kuil itu, melihat lihat guratan guratan gambar yang di pahat di dinding kuil, mulai dari kanan pintu, hingga berakhir di kiri pintu.
"Ah ini mirip petunjuk orang berkultivasi seperti yang pernah di ajar kan oleh paman panglima dahulu, tetapi dengan gerakan gerakan yang berbeda" pikir Xiao Yuen meneliti gambar gambar itu lalu mempraktekan nya berulang ulang hingga dia bisa menghapal semua gerakan nya.
Tetapi karena dia tidak memiliki Dantian yang normal, sehingga semua yang dilakukan nya, hanyalah sebuah kesia sia an belaka, jangan kan dua ratus titik meridian nya terbuka, satu pun tidak ada yang terbuka sama sekali, betapapun keras nya dia mencoba dan berusaha.
Setelah sekian lama nya mencoba, akhirnya dengan rasa putus asa, Xiao Yuen keluar dari ruangan kuil itu dan duduk di atas batu tempat nya duduk kemarin.
Xiao Yuen menengok kearah pohon Siong tua, di atas masih banyak buah akar yang kemarin dia makan.
Rupa nya hari ini monyet monyet kecil itu tidak datang, entah pergi kemana mereka.
Perlahan Xiao Yuen memanjat akar yang menjalar naik keatas pohon Siong itu dengan hati hati.
Tidak sulit bagi nya untuk memanjat akar itu, karena batang akar itu ber puntir puntir hingga mencapai atas pohon Siong tua itu.
Satu persatu buah akar itu dia jatuhkan ke telaga, agar tidak pecah jatuh ke tanah.
Setelah merasa cukup, Xiao Yuen segera turun, lalu duduk diatas batu, menikmati buah akar itu satu persatu.
"Kalau aku mengandalkan buah ini, besok atau lusa juga akan habis, apa lagi yang harus ku makan nanti nya?, di pulau yang lama, aku makan enak, namun akhirnya mati dimakan oleh para mahluk Lagoh itu, eh sekarang, di pulau ini, aku bukan nya mati dimakan, tetapi mati kelaparan" pikir Xiao Yuen sambil menelan buah akar itu, mata nya kesana kemari, mencari apa yang bisa dimakan.
Berburu, tentu saja dia tidak bisa, karena tidak punya cukup kemampuan, dia bukan seorang kultivator, hanya seorang anak laki laki yang memiliki Dantian yang cacat.
Xiao Yuen heran, hari ini para monyet kecil itu tidak kelihatan se ekor pun, "kemana mereka pergi!" pikir nya.
Xiao Yuen mencoba mendaki bukit yang ada di belakang kuil, atau sebelah Utara telaga, karena, tampak cuma bukit itu saja yang terlihat paling tinggi.
Setelah bersusah payah, akhirnya dia tiba di puncak bukit itu.
Dari atas puncak bukit itu, dia tahu jika bukit ini bukan lah satu satu nya puncak yang tertinggi di pulau ini, jauh di Utara dia melihat ada gugusan pegunungan tinggi laksana benteng alam yang membentang dari timur ke barat sepanjang puluhan lie.
Lamat lamat dia seperti melihat asap yang mengepul dari balik pegunungan itu.
Jiwa anak anak nya yang mudah penasaran, membuat nya pergi kearah gugusan pegunungan itu dengan harapan menemukan manusia, atau setidak nya melihat kawanan kata monyet kecil kemarin itu.
Dengan berbekal beberapa biji, buah akar itu, serta dua buah batu api, dia melangkah ke Utara pulau, menuju kearah gugusan pegunungan di kejauhan itu.
Ternyata tidak mudah, dan benar benar tidak mudah, apa lagi perjalanan ini dilakukan oleh anak usia enam tahun dan tanpa ke bisa an apapun juga. Sore hari dia naik ke atas pohon, mengikat diri nya dengan akar agar tidak terjatuh. Saat pagi hari nya, itulah dia turun ke tanah melanjutkan perjalanan nya nya.
Namun kesulitan itu pula yang mendidik nya agar berpikir kreatif dan bertindak cepat serta berjiwa pantang menyerah menghadapi situasi tersulit bagai manapun juga.
Satu hal yang dia tanamkan di jiwa nya, ayah nya adalah Ksatria hebat, sehingga dia tidak boleh cengeng menghadapi segala rintangan hidup ini.
Tidak terbilang lagi luka goresan duri dan ranting yang menyayat tubuh nya, air mata nya berlinang, namun jiwa nya pantang menyerah.
"Aku sudah mengalami hal tersulit, sendirian ditengah lautan, sekarang masih ada para monyet yang bisa menemani ku" gumam Xiao Yuen sendirian sambil terus melangkah kan jaki nya.
Xiao Yuen harus menghemat buah yang dia bawa, hanya dua biji buah akar itu yang dia makan dalam satu hari, siang sebiji dan sore sebiji.
Hari ke empat, buah yang dia bawa sudah habis semua, masih untung banyak daun daun yang jatuh ditanah tergenang air hujan, sehingga bisa untuk dia minum sekedar menambah sedikit kekuatan.
Untung dihari ke empat ini, dia tiba di kaki pegunungan yang dia lihat dari kejauhan itu.
Ternyata diantara kaki pegunungan itu, ada terdapat celah berupa anak sungai kecil berair dangkal berbatu batu yang menuju ke balik pegunungan itu.
Karena hari sudah senja, Xiao Yuen terpaksa mencari tempat bermalam, malam ini.
Kali ini nasip nya mujur, di lereng pegunungan itu, ada ceruk batu berbentuk goa dangkal yang bisa dijadikan tempat menginap malam ini.
Setelah mencari kayu bakar, Xiao Yuen segera masuk kedalam ceruk batu yang tidak terlalu besar itu.
Satu malam penuh, Xiao Yuen menahan perut lapar, karena kehabisan buah yang dia makan.
Pagi pagi sekali, Xiao Yuen segera membersihkan tubuh nya di kali kecil berair sebatas lutut nya itu.
Setelah mandi, barulah dia kembali melangkah, kali ni menyusuri anak sungai kecil itu arah ke hulu, tempat dia beberapa hari yang lalu melihat kepulan asap putih membumbung ke angkasa.
Setelah terus berjalan menyusuri anak sungai kecil itu beberapa waktu menembus celah dua pegunungan, akhirnya dia tiba juga di balik jejeran pegunungan itu.
Ujung dari anak sungai kecil itu rupanya sebuah telaga yang besar berada di tengah tengah lembah yang di kelilingi oleh pegunungan tinggi.
Di sisi Utara telaga itu, ada tebing batu yang cukup tinggi berdiri tegak, yang merupakan kaki pegunungan yang berada di sisi utara lembah.
Di sekeliling telaga itu banyak ditumbuhi pohon Tao dan pohon Liu serta ada beberapa pohon Siong tua.
Ada pula beberapa batang pohon pir yang berdahan rimbun, namun tak berbuah sebutir pun juga.
Ada pula beberapa batang pohon liung, namun sama seperti pohon pir, tak ada buah nya meski sebutir pun juga. Seperti nya, apapun yang tumbuh di lembah ini, tak menghasilkan buah sebiji pun.
Bahkan yang aneh nya, ada banyak tumbuh pohon Ying (Sakura), namun tidak menghasilkan bunga meskipun setangkai.
Di sisi barat telaga, menghadap ke timur, nampak berdiri megah sebuah kuil besar yang terbuat dari emas. Sebuah patung seorang Dewi nan Cantik jelita berdiri diatas batu giok biru, diukir bergelombang mirip air laut, terdapat di depan kuil emas itu, inilah patung Tung Hai Sian Li (Dewi Lautan Timur).
Tinggi batu Giok itu sekitar satu depa dari tanah, dengan guratan guratan aneh di sekeliling batu Giok tempat patung Tung Hai Sian Li berdiri.
Sebagai putra mahkota yang sedari awal diajari ilmu baca tulis, tentu saja Xiao Yuen bisa membaca tulisan aneh itu.
Di Jaman para Dewa menguasai Bumi, Tung Hai Sian (Dewa Laut Timur) memiliki seorang putri nan cantik jelita yang di beri gelar Tung Hai Sian Li.
Kecantikan Tung Hai Sian Li terkenal ke seluruh semesta, sebagai seorang dara tercantik di jagat raya.
...****************...