Jatuh cinta pada pria yang tak dikenal, itulah yang dirasakan Khanza.
Hanya dengan melihatnya dari kejauhan.
Setelah lima tahun tak pernah melihat sosok Cinta pertamanya, mereka kembali di pertemukan.
Khanza tak menyangka jika mereka akan dipertemukan kembali sebagai atasannya.
"Maukah kau menikah denganku," kalimat yang keluar dari mulut pria yang menjadi cinta pertamanya itu seolah membuat Khanza melayang.
Apakah mereka akan bahagia bahagia? Tentu saja, apalagi mengetahui ada janin yang sedang berkembang di rahimnya, bulan kedua pernikahannya.
Bermaksud ingin memberi kejutan, justru dialah yang mendapat kejutan dari suaminya.
"Kau boleh meminta apa saja, tapi jangan memintaku meninggalkannya. Aku mencintai dirimu dan dirinya."
'HANCUR' saat suaminya mengatakan jika ia telah menikah sebelum menikahinya.
Istri Keduanya, itulah kedudukannya.
Mampukah Khanza berbagi cinta dengan wanita lain ...?
Akankah ia menerima atau justru harus pergi dari cinta pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalah.
Khanza berdiri didepan jendela kamarnya, menatap keluar kerlap-kerlip lampu dari kejauhan, terlihat samar ditutupi gelapnya malam, semilir angin menerpa wajahnya. Khanza mencoba merapikan anak rambutnya yang bergoyang menerpa wajahnya.
Khanza tersentak saat merasakan pelukan dari belakang dan kecupan di lehernya, meninggalkan warnah merah kentara di leher putihnya.
"Apa kau tak kedinginan?" tanya Abizar yang bisa merasakan dinginnya angin malam menerpa kulitnya. Mereka berdiri di depan jendela kamar Khanza yang terbuka lebar. Khanza sengaja membukanya membiarkan angin mengisi kamarnya.
"Kak, aku serius dengan ucapanku," ucap Khanza memandang lurus kedepan.
"Aku akan menganggap tak pernah mendengar apa yang kau katakan siang tadi," ucap Abizar masih bermain di leher Khanza.
"Aku benar serius, aku ingin berpisah denganmu," kata Khanza tegas walau terdengar getir.
"Jangan pernah katakan itu lagi," balas Abizar semakin menenggelamkan wajahnya di leher Khanza, meninggalkan beberapa bekas kecupan di sana, mengelus lembut bayi mereka yang sesekali menendang, memberi tanda jika ia juga hadir di antara mereka.
"Aku tak akan kembali, aku akan tinggal di sini. Kakak tidak bisa memaksaku untuk pulang," ucap Khanza mecoba menghentikan apa yang di lakukan Abizar.
"Aku takkan pernah memaksamu. Kalau kau ingin tinggal di sini, silahkan saja," ucap Abizar.
Khanza yang tadinya hanya memandang lurus ke depan mengganti pandangannya, mendongak melihat wajah Abizar yang kini bergantian menatap lurus kelap-kelip lampu yang ada di depannya dengan tangan yang masih mendekapnya.
"Apakah kakak setuju berpisah denganku, begitukah maksud, Kakak?" tanya Khanza mengerjapkan matanya, ada rasa perih di hatinya.x
"Aku takan melepaskanmu sampai mati pun, hanya ajal yang akan memisahkan kita," ucap tegas Abizar.
Khanza mengernyitkan keningnya, mencoba mencari tahu apa maksud dari kata-kata Abizar.
Abizar menatap Khanza yang masih terhenyak dengan kata-kata nya, Abizar mengangkat istrinya itu agar duduk di pembatas jendela, membuat wajah mereka menjadi setara.
"Cup." Kecupan singkat mendarat di bibir Khanza, Abizar merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya itu.
"Aku tak akan memaksamu pulang, jika kau tak ingin pulang. Jika kamu masih ingin tetap disini tak masalah. Aku tak akan melarangmu, selagi itu bisa membuat kamu dan bayi kita bisa bahagia. Aku lihat nenek dan kakek juga sangat menyayangimu," ucapnya.
Khanza terus memandang wajah tampan suaminya dan terus mencerna apa yang dimaksud dari setiap perkataannya. Otak kecil Khanza sungguh tak mengerti apa maksud perkataan suaminya itu.
Abizar kembali menarik tengkuk khanza, memainkan sejenak bibirnya di bibir istrinya, melepas kemudian menatap mata indah Khanza hanya diam masih mencoba menerka nerka maksud dari Abizar.
Abizar tergelak melihat ekspresi wajah bingung Khanza.
"Aku sudah menyerahkan semua pekerjaanku kepada asisten ku, jadi aku bisa tenang tinggal di sini, kita bisa tinggal bersama kakek dan nenek," ucap Abizar yang membuatkan Khanza membulatkan matanya mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Abizar.
"Apakah ia memilihku, benarkah ini. Ia benar akan tinggal disini dan meninggalkan kehidupannya di kota untukku," batin Khanza menjerit bahagia.
"Kakak beneran akan tinggal disini bersamaku, selamanya?" tanya Khanza berbinar senang.
Abizar hanya mengganggu, membuat senyuman Khanza perlahan terbit menghiasi wajahnya, bahagia dan langsung memeluk suaminya itu.
Sangat bahagia, benar-benar bahagia, kebahagiaan itu tiba-tiba kembali terhenti saat mengingat Farah.
Khanza melepas pelukannya dan menatap kembali pada Abizar.
"Mbak Farah," tanyanya.
"Kau belum mengenal Farah, jika kau mengenalnya aku yakin tak akan ada masalah berbagi dengannya," ucap Abizar mendekatkan wajahnya pada wajah Khanza, hidung mereka bahkan bersentuhan.
"Apa dia tak keberatan kakak tinggal di sini?" tanyanya ragu.
"Kita akan tinggal disini selama yang kau mau," ucap Abizar kembali mengucap singkat bibir Khanza.
Khanza kembali tersenyum dan memeluk Abizar.
****
Abizar menelpon Farah, menceritakan apa yang baru saja terjadi di dalam kamar siang tadi, dimana Khanza benar-benar mengatakan jika ia ingin tinggal di kampung itu dan tak ingin lagi kembali bersamanya, Abizar menceritakan semuanya, bagaimana Khanza menangis dalam pelukannya dan meminta agar ia kembali tanpa dirinya.
Farah yang memang selalu bersikap dewasa memberi saran kepada Abizar agar mengikuti keinginan istrinya, masalah kantor ia akan menyerahkan kepada asistennya dan mencoba untuk membantunya. Walau Farah seorang ibu rumah tangga, ia juga sangat ahli dalam ilmu bisnis. Baik bisnisnya maupun menghandle bisnis Abizar.
"Farah kamu yakin kamu tak apa-apa mengurus pekerjaanku sementara aku tinggal disini bersama Khanza?" tanya Abizar ragu.
"Iya, Mas. Kamu pikirkan saja cara agar khanza memaafkan kita dan mau kembali kesini. Aku nggak apa-apa, kamu nikmati saja hari-harimu dengan Khanza disana, aku akan selalu berdoa agar kalian bahagia dan kita bisa cepat berkumpul kembali, dengan Khanza yang sudah memaafkan kita dan menerima pernikahan kita," ucap Farah.
Mendengar itu semua membuat Abizar semakin kagum pada Farah, ia setuju dengan usul Farah dan bertekad untuk membuat Khanza mau kembali dan menerima poligami yang ia lakukan.
*****
Pagi hari Khanza bangun dengan hati yang bahagia, pernyataan Abizar semalam sungguh membuat Khanza bahagia.
Khanza menatap Wajah Abizar yang masih terlelap, dan melihat kipas angin yang semalam menemani tidur mereka.
"Selamat pagi, Kak," ucap Khanza menyambut Abizar yang baru membuka matanya.
"Selamat pagi, sayang," jawab Abizar menarik Khanza ke pelukannya.
Pagi yang indah untuk mereka, Abizar kembali mendapatkan Khanza istrinya kecilnya yang dulu. Khanza yang selalu bermanja-manja dengan nya, Khanza yang menyambut paginya dengan senyuman.
Setelah sarapan, Khanza mengajak Abizar berjalan-jalan di sekitar kampung nya, mereka berencana ingin menaiki motor tua kakek.
"Apa ada motor lain?" tanya Abizar tak yakin dengan motor yang Khanza perlihatkan.
" Emang kenapa, Kak?" tanya balik Khanza.
Abizar menatap motor tua kakek.
"Apa motor ini masih bisa dipakai?" Kembali bertanya.
"Bisa?"
"Yakin?"
"Iya!"
"Kuncinya mana?" tanya Abizar.
"Ga pakai kunci, Kak. Langsung aja," jawab Khanza.
"Ha ...!" Samakin meragukan motor yang ada di hadapannya.
Abizar mencobanya, ternyata memang benar, motornya menyala tanpa harus menggunakan kunci.
"Ayo kita jalan-jalan," seru Khanza.
"Kita beli motor baru aja, ya! takut motor ini ga kuat untuk kita bertiga."
"Bertiga?"
"Iya, 'kan bertiga dengan yang di dalam perut."
"Iya, ya!" ucap Khanza mengusap perutnya.
"Kita jalan aja ya," ajak Abizar.
Mereka akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki mengitari kampung, menyapa beberapa warga yang kebetulan lewat dan bertemu dengan mereka.
Abizar sangat miris melihat keadaan kampung Khanza, ada beberapa rumah yang sudah tak layak untuk ditempati. Namun, sepertinya mereka masih menempatinya.
Abizar bisa merasakan keramahan warga di sana, hampir semua orang yang mereka temui mengenal dan menegurnya dengan ramah.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
Mohon dukungannya dengan memberikan like, vote, dan komennya.❤️
Salam dariku Author m anha ❤️❤️
love you all 💕💕💕💕
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
agak gemesh sma visual karakternya. realitanya gk ada yg 100 mw d madu wlau mlut brkata iya n brkata akn adil