Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Selama menjemput Rani perjalanan selama 15 menit dan banyak drama, Bambang dan Rani sampai di depan Showroom.
Bambang keluar dari mobil di susul Rani. Bambang melihat ada salah satu cleaning service melintas. Bambang memberi isyarat agar membantu Rani.
Bambang melihat bu Widi dari kejauhan hendak mendekati Rani sambil tersenyum.
Bambang menyelinap dari mobil satu ke mobil yang lainnya yang di parkir di depan Showroom. Ia mengendap endap pandangannya tidak lepas dari Rani dan Ibu Widi tampak sedang berbicara.
Kesempatan itu tidak di sia-sia kan oleh Bambang. Ia berjalan mundur setelah aman kira-kira tidak terlihat oleh Rani dan Ibunya. Bambang berlari menuju pintu darurat yang hanya biasa di lalui oleh orang dalam. Bahkan semua karyawan tidak ada yang tau jika ada pintu rahasia, kecuali Om Wisnu.
Sampai di depan ruangannya, Bambang terburu-buru hingga menabrak seseorang.
Bruk
"Kakaak!!" dia adalah Dira karena sama-sama terburu-buru mereka jatuh tersungkur di lantai berdua.
"Kakak! kenapa sih, jalan nggak pakai mata?!" Bentak Dira seraya bangun dan merapikan pakaiannya.
"Haiis...Jangan teriak-teriak apa Dir! ini di kantor tau." Kata Bambang pelan.
"Kakak lagian nyebelin! sudah pagi-pagi ke salon malah percuma deh!" Dira menatap Bambang kesal.
Bambang tidak menggubris cerocosan adiknya kemudian masuk kedalam ruangan.
Merasa di abaikan Dira semakin kesal. Belum lagi Bambang meninggalkan showroom bahkan tidak bicara padanya. Hingga Dira menghandle pekerjaan kakaknya. Tetapi mau bagaimana lagi, marah sama kakaknya tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Dira akhirnya kembali masuk keruangan dan menyiapkan dokumen yang akan di dipresentasikan hari ini.
Sementara Bambang diruangan segera mengganti baju formalnya, dengan kemeja dan jas. Bambang membuka maf di atas meja kerjanya dan membaca laporan. Bambang lega acara hari ini persiapan sudah ter akomodasi.
Sementara Rani di luar menurunkan makanan di bantu 3 cleaning service.
"Mbak Rani tadi di jemput siapa?" Tanya Ibu Widi. Sebab Ibu Widi tidak memerintahkan siapapun antuk menjemput Rani. Tetapi kok yang buat mengangkut makanan ini Mobil Showroom. Pikir bu Widi.
"Oh tadi naik taksi bu." Jawab Rani. tanganya terus mengangkat kardus-kardus yang akan di bawa ke dalam oleh cleaning service.
"Oh maksudnya sopir?" kata Ibu Widi, mungkin pihak koordinator makanan yang memerintah sopir untuk menjemput makanan, pikir Ibu Widi.
"Iya bu, semua sudah selesai saya izin pulang" Rani menyalami tangan Ibu Widi dan mencium punggungnya.
"Ibu, jika ada komplain dengan masakan, segera hubungi saya, dan untuk waktu yang berikutnya, saya akan memperbaiki." Tutur Rani sopan.
"Kritik dari para pelanggan, akan saya jadikan perbaikan" Kata Rani.
"Mbak Rani, saya mohon untuk hadir di ini, turut memeriahkan acara ini" "Saya yang mengundang Mbak Rani secara pribadi.." Tutur Ibu Widi memohon.
"Terimakasih bu, saya membantu berdoa saja, semoga acaranya lancar."
"Baik Mbak saya terimakasih, Mbak sudah turut membantu acara saya mudah mudahan kita akan selalu bekerja sama." Tutur Ibu Widi kemudian pergi masuk kedalam. Benar-benar wanita super women. Monolog Ibu Widi.
Sementara Rani mencari Bambang mengitari parkiran. Tetapi tidak ada sosok Bambang. Rani mencoba berkali-kali mengubungi Bambang tapi nomernya tidak aktif.
Rani akhirnya memesan Ojeg online. Rani tentu tidak bisa buang waktu lama.
Nena di Restoran pasti sudah kerepotan.
*****
Tiga bulan sudah Daniel di penjara potong masa tahanan selama penyelidikan. Daniel di dakwa atas penganiayaan ringan. Dan hari ini Daniel di bebaskan. Deni dan Papa Nano menjemput nya.
"Bagaimana usaha kita selama gue tidak ada Den?" Tanya Daniel karena selama di penjara Deni tidak menjenguk Daniel. Karena Daniel sendiri yang meminta agar Deni fokus untuk usahanya. Mengingat banyaknya karyawan yang bergantung pada usahanya.
"Semua lancar bang, jangan khawatir" "Kantor berjalan normal kembali, walaupun waktu itu modal sempat abang ambil 25 persen, saat ini stok gudang sudah normal dan semua produk sudah lengkap." Tutur Deni memuaskan Daniel.
Daniel memang jago dalam mengatur strategi bisnis usaha dagang sekala besar. Sebagai distribusi dengan modal besar. Daniel memiliki jaringan dan lingkaran usaha yang lebih luas. Dengan kapasitas penyimpanan barang produk yang memadai. Tetapi manusia memang tidak ada yang sempurna, kenyataannya Daniel selalu gagal dalam membina rumah tangganya.
"Lalu untuk Mall bagaimana Den?" Papa Nano menimpali.
"Mall juga tidak ada kendala kok Pa, besok jika abang sudah istirahat, bisa mengontrol sendiri" Tutur Deni.
"Lalu apakah tidak ada kabar mengenai Rani Pa." Tanya Daniel saat ini ia benar-benar rindu dengan Istrinya.
"Itu dia Dan! setiap menggerakan orang-orang Papa untuk melacak keberadaannya pasti uujung-ujungnya gagal." Papa Nano tampak menyerah.
"Tapi selama ini, tidak ada surat dari pengadilan panggilan gugatan perceraian kan Pa?" Tanya Daniel harap-harap cemas.
"Selama 4 bulan kepergian Rani tidak ada kabar tentang perceraian kalian." Tutur Papa Nano.
"Sukurlah Pah, Dani tidak akan sanggup jika harus kehilangan Rani." Kata Daniel, setidaknya agak merasa lega jika Rani tidak menggugat cerai dirinya.
"Malah Papa sebulan yang lalu bertandang ke Yogyakarta" "Silaturahmi ke besan, sekalian menyelidiki" "Tetapi mertua kamu tidak tau apa yang terjadi dengan kalian, berarti Rani tidak menceritakan masalahnya dengan Bapaknya." Tutur Papa Nano.
"Lalu Papa cerita dengan Bapak masalah rumah tangga ku Pa? Tanya Daniel khawatir.
"Tentu tidak" Jawab Papa.
Sementara di Rumah Mama Nadyn. Diwaktu yang sama.
Mama Nadyn di bantu bi Inah dan bi Sari sedang memasak kesukaan putranya. Mama Nadyn senang putranya kali ini sudah bebas.
"Uti, Papa kok lama?" Tanya Icha sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan papanya.
"Mungkin jalanan sedang macet, sabar ya." Kata Mama menghibur Cucunya.
"Papa wajahnya seperti apa ya, sekarang?" Tanya Icha ingin segera melihat wajah Papanya.
"Ya? masih seperti yang dulu, baru tiga bulan, belum merubah wajah seseorang, kecuali tambah kurus atau tambah gemuk." Terang Mama Nadyn.
"Ikan gurame bakarnya sudah matang bi?" Tanya Icha mendekati bibi yang sedang membakar ikan di atas bara. Di pintu belakang samping dapur. Sebab aromanya membuat cacing di perut Icha minta asupan gizi.
"Sedikit lagi matang Non, Non Icha sudah lapar?" Tanya bi Inah dengan lihai membolak balikkan ikan.
"Iya hehehe...Icha terkekeh.
"Bi" Panggil Icha.
"Iya Non."
"Kalau ada menu Ikan bakar, Icha selalu ingat Umi bi" Wajah Icha seketika murung ingat Uminya.
"Sabar Non, doakan saja semoga Umi sehat"
"Lagian Papa kan mau pulang, jadi Non Icha yang senang dong! biar Papa nanti senang." Nasehat bibi.
"Sudah matang Non Ikanya, kita bawa yuk" Ajak bibi sambil menyiram panggangan Ikan dengan air.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭