Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
"Tidak perlu terlalu memaksakan diri datang ke sini, Daddy bisa mengerti dengan kesibukan nak Ardian di kantor." Tutur ayah mertua yang menyambut hangat kunjungan dari menantu kebanggaannya itu. Ya, Ardian memang spek menantu yang pantas dibanggakan. Bukan hanya profesi serta kekayaan yang dimilikinya, tetapi juga karena perhatiannya sebagai seorang menantu yang patut diacungi jempol, sangat bertanggung jawab. Meskipun mertuanya berasal dari keluarga berada tetap saja Ardian memenuhi semua kebutuhan sang mertua, salah satunya membiayai sepenuhnya pengobatan ayah mertua selama hampir lima tahun belakangan ini.
Sama seperti Ardian yang sudah menganggap ayah mertua seperti Daddy kandungnya sendiri, begitu pula sebaliknya, ayah mertua pun sudah menganggap Ardian seperti anak kandungnya sendiri, apalagi pria itu tidak memiliki anak laki-laki, hanya Irin seorang anak kandungnya.
Ardian meresponnya dengan seulas senyum tipis. Jujur, melihat kondisi kesehatan ayah mertua, Ardian sedikit tak tega hendak menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangannya kali ini.
"Bagaimana perkembangan kondisi kesehatan Daddy?." Ardian memilih mengobrol ringan terlebih dahulu untuk memastikan ke depannya akan baik-baik saja setelah ia menyampaikan tujuan utamanya.
"Alhamdulillah..... ini semua mukjizat, Daddy bisa melewati semuanya. Mungkin karena besarnya keinginan Daddy melihat wajah cicit Daddy dari Irhan dan Citra nantinya, makanya sangat bersemangat untuk sembuh." Daddy melebarkan senyum di wajah renta nya. Menyaksikan sorot mata lembut ayah mertua semakin membuat Ardian tak tega, akan tetapi ia pun tak sanggup bila terus merahasiakan perbuatan Irin dari kedua orang tuanya, terutama dari Daddy yang sikapnya sangat jauh lebih bijaksana ketimbang ibu mertua.
"Ardian senang mendengarnya, Dad."
"Bagaimana dengan pekerjaan kamu, nak." tanya Daddy sekedarnya.
"Alhamdulillah...semua berjalan dengan baik Dad. Dan Untuk perusahaan cabang yang baru diresmikan, Ardian mempercayakan pada cucu Daddy yang akan memimpinnya."
Senang sekali hati Daddy mendengar cucunya sudah mampu mengemban tanggung jawab yang cukup besar di usianya masih dua puluh tahun.
"Kau berhasil mendidik anakmu dengan baik Ardian." puji Daddy.
"Bukan Ardian yang berhasil Dad, melainkan Irhan yang pekerja keras sama dengan Opanya." bukannya ingin balik memuji, tetapi kenyataannya memang seperti itu. sebelum menderita penyakit jantung, Daddy merupakan pebisnis yang hebat dan juga disegani, namun selama sakit perusahaan terpaksa ditangani orang kepercayaannya, sebelum nantinya akan diwariskan kepada Irin dan anak-anaknya, sebagai pewaris.
Mommy yang baru saja kembali dari dapur dan ikut bergabung di ruang keluarga menatap Irin dengan tatapan penuh tanya, sementara yang ditanya hanya tersenyum penuh percaya diri, sure everything will be fine.
"Oh iya, Dad.... Ardian....kebetulan mommy sudah memasak. Sebaiknya kita makan siang dulu baru lanjut lagi ngobrolnya." ajak Mommy.
"Baiklah, Mom." sahut Daddy yang kini masih menggunakan kursi roda untuk membantunya bergerak.
Sebenarnya Ardian sungkan untuk menerima jamuan mertuanya mengingat tujuan dari kedatangannya berbeda dari biasanya.
Setibanya di meja makan, Seperti biasa ketika makan bersama kedua orang tuanya, Irin akan melayani Ardian dengan penuh perhatian. Seperti ingin menunjukkan kepada kedua orang tuanya jika dirinya adalah istri yang baik untuk suaminya, terutama dihadapan sang ayah.
"Mas Lagi diet ya?." tanya Irin ketika Ardian hanya mengambil buah. Menolak Irin yang hendak mengisi piringnya dengan nasi dan lauk.
"Bukan begitu, mas hanya belum lapar saja." jawab Ardian.
Tiga puluh menit kemudian makan siang selesai.
"Bisa Ardian bicara sebentar???." Pinta Ardian dengan wajah yang terlihat berbeda dari biasanya sehingga membuat Mommy kembali menatap pada putrinya.
Daddy mengeryit, namun begitu tetap mengiyakannya. "Tentu saja. sebaiknya kita bicara di ruang tengah biar lebih nyaman." jawab Daddy.
Di ruang tengah.
Suasana nampak hening. Daddy, Mommy dan tentunya Irin, tak sabar menunggu Ardian memulai pembicaraan.
"Sebelumnya Ardian ingin meminta maaf jika apa yang ingin Ardian sampaikan nanti mengecewakan Daddy dan Mommy." akhirnya Ardian pun mulai bersuara dan hal itu sekaligus memicu detak jantung Irin berdegup lebih cepat. Wanita itu mulai awas.
"Bicaralah nak, jangan merasa sungkan hanya karena kondisi kesehatan Daddy saat ini!." Daddy yakin ada hal penting yang ingin disampaikan oleh menantunya itu. Pasalnya raut wajah Ardian terlihat sangat berbeda dari biasanya.
"Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan, mas?." timpal Irin yang amat penasaran sekaligus was-was.
"Dua puluh satu tahun silam Ardian datang melamar Irin dengan cara baik-baik kepada Daddy dan Mommy untuk menjadi istri Ardian, dan hari ini dengan cara yang sama Ardian ingin mengembalikan putri kesayangan Daddy dan Mommy."
"Apa maksud kamu, Ardian?." bukannya tak paham dengan maksud menantunya itu, namun yang Daddy pertanyakan mengapa Ardian ingin mengembalikan putrinya. pria paruh baya tersebut butuh penjelasan logis, tanpa mau berpersepsi bahwa memiliki istri lain yang menjadi alasan Ardian menceraikan putrinya, mengingat Irin sendiri yang memaksa Ardian menikahi istri keduanya itu setahun yang lalu.
"Kamu tidak boleh bersikap seperti ini kepada Irin, Ardian! Jangan bilang karena istri muda kamu itu sehingga kamu memutuskan menceraikan Irin." berbeda dengan sang suami, Mommy justru menuding Kafisha menjadi penyebabnya.
"Cukup Mom! Berikan kesempatan pada menantu kita untuk menjelaskan!." tegas Daddy.
Dengan perasaan geram Mommy terpaksa menurut pada sang suami.
"Kafisha sama sekali tidak ada hubungannya dengan permasalahan rumah tangga saya dan Irin, Mom. Terlebih Mommy sendiri tahu jika pernikahan saya dan Kafisha terjadi karena permintaan Irin sendiri." bukannya ingin berpihak ke salah satunya, namun Ardian hanya mengutarakan Fakta.
"Lalu?." Daddy tak sabar menunggu penjelasan dari Ardian.
Dengan perlahan Ardian mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, kemudian menunjukkan semua bukti-bukti tentang perbuatan Irin, termasuk perselingkuhan Irin dahulu dan juga Kebenaran tentang Irhan yang ternyata bukanlah anak kandungnya.
Ya, untuk kehamilan Irin saat menikah dengan Ardian hanya mommy saja yang tahu, Daddy sama sekali tidak mengetahuinya. Ibu dan anak tersebut sengaja merahasiakannya dari siapapun termasuk dari Daddy.
Tubuh Irin semakin menegang tatkala ponsel milik Ardian berpindah tangan pada Daddy-nya. Jantungnya pun seperti ingin meledak.
Duar.....
Daddy melayangkan tatapan nyalang pada putrinya. "Daddy tidak menyangka kamu bisa melakukan hal serendah ini, Irin." kalau saja saat ini Daddy bisa berdiri, mungkin pria itu sudah menampar bahkan menghajar putrinya untuk melampiaskan kemarahannya. pria itu hampir tidak punya muka dihadapan sang menantu karena perbuatan putrinya. Bukan hanya perselingkuhan putrinya yang membuat Daddy sangat syok sekaligus malu dihadapan menantunya itu, tetapi Fakta bahwa Irhan bukanlah anak biologis Ardian tak kalah memalukan bagi Daddy.
Irin tertunduk, hanya Isak tangisnya yang terdengar.
"Maafkan Daddy, Ardian...! Daddy yang salah karena tidak bisa mendidik putri Daddy dengan baik." Daddy tak kuat menahan air mata akibat perbuatan memalukan Irin.
"Daddy tidak perlu minta maaf, ini bukan kesalahan Daddy!! dalam peristiwa ini mungkin Ardian yang salah, karena belum bisa menjadi suami yang seperti diinginkan Irin. Mungkin selama ini Ardian masih banyak kurangnya sehingga Irin melakukan semua itu."
Daddy sontak saja menggelengkan kepalanya, seakan menyangkal pernyataan Ardian tentang kekurangannya. Ardian laki-laki yang baik, bertanggung jawab, penyayang serta setia dan juga mapan dalam segi finansial, hanya putrinya saja yang tidak bersyukur memiliki suami seperti menantunya itu. Ya, kalau bersyukur tidak mungkin Irin berselingkuh, bukan begitu?
Setelah berpikir dengan matang, Daddy pun kembali bersuara. "Setelah melihat semua bukti-bukti ini, Daddy tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan Ardian." Tutur Daddy berusaha untuk tetap bijak. sekalipun Irin adalah putrinya, ia tidak boleh memberikan pembelaan terlebih kesalahan Irin sangat Fatal.
Ardian lega ayah mertuanya itu mengerti dengan posisi serta sakit hati yang dirasakannya akibat perbuatan sang putri.
"Tidak bisa begitu Dad...!" Irin keberatan dengan pernyataan sang ayah.
"Aku mohon, maafkan aku, mas...!" Irin mengiba dihadapan Ardian.
"Jauh sebelum kamu memintanya, aku sudah memaafkan mu Irin. Tetapi, untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga ini aku tidak sanggup lagi."
Ardian ikut berkaca-kaca, mengingat hubungannya dengan Irin bukan terjalin satu dua tahun melainkan dua puluh satu tahun. begitu banyak kenangan didalamnya, walau pada akhirnya harus ternodai oleh pengkhianatan Irin itu sendiri.
"Aku mohon mas, jangan ceraikan aku!!. Aku mencintaimu, mas Ardian." Irin semakin mengiba dihadapan Ardian.
Ardian tersenyum miris. "Kau tidak mencintaiku, Irin. Jika kau mencintaiku, tidak mungkin kau tega mengkhianati ketulusan cintaku padamu. Sekali lagi maafkan aku yang tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan kita, Irin!. Terima kasih untuk dua puluh satu tahun kita, dan terima kasih banyak untuk perjuanganmu melahirkan anak-anakku. Semoga nantinya kau dapat pengganti yang jauh lebih segalanya dariku." sejenak Ardian menjedah ucapannya, menghela napas panjang seolah saat ini paru-parunya membutuhkan pasokan oksigen lebih banyak. "Dengan disaksikan kedua orang tuamu, saya Ardian Baskoro Putra Alexander menjatuhkan talak kepadamu Irin Trisnawati binti Bapak Mario. Aku bebaskan dirimu dari ikatan suci pernikahan bersamaku. Terhitung mulai detik ini, secara hukum agama kau bukan istriku lagi, Irin." suara Ardian terdengar bergetar, terlebih ketika ia menjatuhkan talak kepada wanita yang pernah menjadi prioritas dalam hidupnya tersebut.
Jujur, bab ini membuat aku ikut merasakan sakitnya Ardian....😢😢. Bagaimana dengan kalian reader????
ini juga Ardian rumah kok gak dijaga,
bisa bisa nya Irin masuk tanpa ada pengawasan...
aku dibelikan gorengan aja sepulang pak kerja udah seneng banget
😆😆😆😆
akhirnya...
kalimat sakral itu terucap kan juga ya Ardian💖💗💓
dapat kejutan nih up 3 bab 💖
jujur lebih baik Kafisha
sama sama tidak dicintai oleh suaminya...
akhirnya anak yang menderita
😭
ᥴrᥲzᥡ ᥙ⍴ 𝗍һ᥆r ძᥲᥒ sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍𝗍𝗍