Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
Selepas kepergian Stevi, Marvin kembali mengambil ponselnya dan memperhatikan satu persatu foto yang ia curi saat Elisa masih tidur kemarin.
Lelaki itu tersenyum-senyum sendiri mengamati berbagi foto yang ia ambil dari berbagai sudut. Ia jadi teringat kembali akan permainannya dengan gadis itu. Andai bisa diulang, pikirnya.
Ah rasanya ingin sekali mengulangi perbuatan terlarang itu. Tapi tentunya dalam suasana yang berbeda.
Ya, mungkin dalam ikatan pernikahan yang resmi?
Angan-angan Marvin terbang dengan bebas dan membuatnya lupa sekarang ia berada dimana. Hingga hampir tiba waktunya makan siang, Marvin masih sibuk menggeser-geser slide foto-foto itu terus menerus.
"Tuan muda, sebentar lagi saatnya makan siang. Kita ada meeting pertama dengan Dewan Direksi setelah makan siang ini," ujar Ken mengingatkan dan memecahkan balon-balon bayangan gadis yang sejak tadi menyita pikirannya.
Marvin berdecak kesal dan melirik tajam kearah sekertarisnya, "Apa tidak bisa, kau tidak menggangguku sebentar saja?" gerutunya.
"Saya hanya mengingatkan saja, Tuan," wajah polos tak berdosa yang ditunjukkan oleh Ken terlihat menyebalkan dimata Marvin.
Marvin lalu berdiri dan mengambil jasnya yang ia letakkan di sandaran kursi kekuasaannya.
"Anda mau kemana, Tuan?" tanya Ken polos juga. Membuat orang yang ditanyainya menghentikan langkahnya dan berbalik menatapnya.
"Kenapa kau membuatku kesal sekali? Kau bilang sebentar lagi akan ada pertemuan. Aku mau mencari makan sekarang," jawab Marvin dengan kesal.
"Mau saya antar, Tuan,"
Sudah kesal, semakin ditambah kesal dengan pertanyaan dari sekertarisnya. Hingga lelaki itupun berjalan menghampiri Ken dan meninju udara dihadapannya. Sebenarnya ingin sekali ia sesekali benar-benar meninju sekertarisnya itu.
"Kau sengaja membuatku kehilangan kesabaran, hah? Cepat bereskan pekerjaanmu dan antarkan aku ke restoran Horison.
Tanpa bertanya lagi, Ken membereskan meja kerjanya dan mengikuti langkah kaki tuan mudanya. Memasuki lift dan menunggunya sampai lift itu membawa mereka ke lantai dasar bangunan.
Sesampainya di loby Ken langsung menyuruh seseorang untuk membawakan mobil tuan mudanya ke depan gedung utama.
Tak lama kemudian salah seorang suruhan itu pun sudah berada disana dan membukakan pintu untuk Marvin serta sekertarisnya.
Ken melajukan mobilnya meninggalkan gedung tersebut dan turun ke jalan raya.
Siang ini matahari nampaknya cukup terik sehingga membuat beberapa orang yang tengah berjalan di trotoar menggunakan payung sebagai pelindung.
Sementara mobil yang dikemudikan oleh Ken melaju dengan kecepatan sedang, Marvin menyapukan pandangannya ke tepian jalan. Ia melihat hiruk pikuk aktifitas orang-orang yang ada disana. Terlihat sosok yang seperti ia kenal berada di seberang jalan sedang sibuk dengan aktifitasnya.
"Elisa!" serunya dari dalam mobil. Marvin lalu menepuk bahu seseorang yang berada di belakang kemudi, "Ken, cepat putar balik!" perintahnya tak sabar.
"Baik, Tuan," jawab Ken seraya menepikan mobilnya ke kanan dan bersiap-siap putar balik.
Akhirnya aku bisa menemukanmu lagi.
Marvin sudah tak sabar dan memantau apa yang terlihat oleh matanya tadi.
"Berhenti, Ken!" perintahnya lagi setelah mobil itu berada di depan sebuah gerobak bertuliskan ANEKA KUE.
Marvin turun dengan tergesa-gesa dan segera menghampiri sosok yang ada di balik gerobak itu dengan wajah tak sabar.
"Silahkan, kuenya Mas," ujar penjual kue bernama Arumi.
"Dia, kemana dia?" tanya Marvin seraya mengedarkan pandangannya.
"Maaf siapa yang Mas maksud?"
"Tadi aku melihat seorang gadis bersamamu, dia rambutnya lurus, dan tingginya hampir sama sepertimu. Dia memakai baju warna coklat muda,"
"Oh, Elisa? Dia baru saja pergi kesana, nah itu dia," ujar Arumi seraya menunjuk kearah gadis yang berjalan diantara pejalan kaki yang lain.
"Terimakasih, Ken berikan sesuatu untuknya!"
Marvin pun bergegas berlari menghampiri sosok yang sejak kemarin menghantuinya, menerornya di alam mimpi, dan namanya menggema di dalam otaknya.
"Elisa!" panggilnya setelah berjarak beberapa langkah.
Yang dipanggil pun menoleh seraya mengernyitkan dahinya karena panas matahari yang menyinarinya dengan sangat terik.
"Elisa, akhirnya aku bisa menemukanmu kembali,"
Marvin? batin Elisa.
Tanpa sungkan Marvin langsung meraih kedua tangan Elisa seperti sepasang kekasih yang baru saja bertemu setelah berpisah sekian purnama.
Menjadi kesan manis bagi siapa saja yang melihatnya. Hingga beberapa orang yang ada disana tersenyum sambil berbisik-bisik.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lisa seraya menarik tangannya kembali.
"Oh ... maafkan aku, aku tidak bermaksud kurang ajar padamu. Aku hanya senang bisa bertemu kembali denganmu,"
Perasaan Marvin sungguh membuncah saat ini. Jika boleh sedikit nakal, ia ingin sekali memeluk seorang perempuan yang ada didepan matanya.
"Oh ... iya, tidak masalah. Apa kau juga berjalan kaki disini?" tanya Lisa polos.
"Jalan kaki? Oh ... iya, aku bekerja di salah satu gedung yang berderet itu, kau dari mana? Kenapa panas-panas begini ini kau berjalan kaki seperti ini, kulitmu bisa terbakar,"
"Aku hanya menemani temanku berjualan kue disana, jika kau sempat mampirlah kesana, kuenya sangat enak,"
"Tentu, apalagi jika kau ada disana setiap hari. Aku akan selalu mampir. Kau mau pakai ini?" tanya Marvin seraya melepaskan jas yang dipakainya.
Jas? Astaga, jas punyanya masih kubawa.
"Tidak usah, aku masih berhutang itu padamu," jawab Lisa kemudian menggigiti bibir bawahnya karena menahan malu mengingat kejadian yang telah merenggut kegadisannya.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??