Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.
Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.
Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Sangkar Emas
Dua Minggu Kemudian
SRET!
Darah panas memuncrat ke dedaunan kering. Seekor Serigala Angin setinggi pinggang orang dewasa terhempas ke tanah, lehernya robek mengerikan. Bukan oleh pedang, melainkan oleh lima lubang yang ditinggalkan jari manusia.
Xiao Chen berdiri di atas bangkai binatang buas itu. Napasnya teratur, matanya tenang namun waspada. Penampilannya telah berubah drastis dalam dua minggu ini. Pakaiannya compang-camping, penuh noda darah kering dan lumpur. Tubuhnya yang dulu kurus kini lebih berisi, otot-ototnya padat dan kencang seperti kawat baja yang ditarik tegang.
Dia membungkuk, merobek dada serigala itu dengan tangan kosong, dan mengambil sebuah kristal kecil berwarna hijau pudar—Inti Monster Tingkat Rendah.
"Inti ke tiga puluh," gumam Xiao Chen. Dia memasukkannya ke dalam kantong kulit yang sudah menggembung.
"Gerakanmu makin tajam," suara Yao Huang terdengar menyetujui. "Kau sudah mencapai puncak Tingkat 5 Pengumpulan Qi hanya dengan memakan daging monster dan menyerap inti mereka secara kasar. Metode ini barbar, tapi efektif untuk naga."
Xiao Chen menyeka keringat di dahinya. "Ini belum cukup. Turnamen Klan Xiao sebentar lagi. Xiao Long pasti sudah pulih dan mungkin berlatih gila-gilaan karena dendam padaku. Dan para tetua... mereka pasti akan mencoba mencurangiku."
"Kekuatan absolut tidak takut pada kecurangan, Bocah," dengus Yao Huang. "Sekarang, kembali ke gua. Kita akan menggunakan semua inti ini untuk satu terobosan besar sebelum pulang."
Xiao Chen mengangguk, matanya menatap ke arah kota yang jauh di balik pepohonan.
"Tunggu aku, Qingyue. Aku semakin kuat."
Kediaman Keluarga Su Paviliun Terlarang
Kontras dengan kebuasan hutan, Paviliun Terlarang Keluarga Su sunyi, harum, dan mewah. Namun, bagi Su Qingyue, tempat ini tidak lebih dari penjara berlapis emas.
Dia berlutut di lantai marmer dingin. Di hadapannya, Tetua Agung Su Ming sedang memberi makan ikan di kolam kecil dengan santai, seolah-olah cucunya tidak sedang berlutut di sana selama dua jam. Ayahnya, Su Yang, berdiri di samping dengan wajah serba salah.
"Sudah dua jam, Qingyue," suara Su Ming akhirnya memecah keheningan. "Apakah kau sudah memikirkan tawaran kakekmu ini?"
Qingyue mengangkat wajahnya. Matanya sembab, tapi sorotnya tajam. "Aku sudah bilang, Kakek. Aku percaya pada janji satu tahun Xiao Chen. Dia akan membuktikan dirinya. Mengapa kalian begitu ingin menghancurkannya?"
Su Ming meletakkan pakan ikan, lalu berbalik. Wajahnya dingin tanpa emosi.
"Janji satu tahun? Itu lelucon anak kecil. Keluarga Su tidak punya waktu untuk menunggu sampah itu bermain pahlawan. Dengar, Qingyue... Sekte Pedang Giok baru saja mengirim kabar. Salah satu Tetua Inti di sana tertarik menjadikanmu murid langsung. Tapi syaratnya mutlak: Kau harus memutus semua ikatan duniawi, terutama romansa."
"Aku bisa menjadi murid hebat tanpa memutuskan ikatanku!" bantah Qingyue.
"Naif!" bentak Su Ming. Aura Pembentukan Fondasi-nya menekan ruangan itu, membuat Qingyue sesak napas. "Kau pikir ini tentang perasaanmu? Ini tentang kelangsungan hidup Keluarga Su! Jika kau menjadi murid Tetua Inti, Keluarga Su akan naik tingkat menjadi keluarga bangsawan kota provinsi!"
"Aku tidak peduli!" teriak Qingyue.
Su Ming menyipitkan matanya. Dia memberi isyarat pada seorang pelayan bayangan yang muncul dari sudut gelap.
"Laporkan," perintah Su Ming.
Pelayan itu membungkuk. "Lapor Tetua Agung. Tim pembunuh bayaran 'Bayangan Merah' sudah ditempatkan di pinggiran Hutan Kabut Hitam. Target Xiao Chen sudah terlihat beberapa kali. Kami hanya menunggu perintah eksekusi."
Wajah Qingyue memucat seketika, darah seakan lenyap dari wajah cantiknya.
"Kakek... apa yang kau lakukan?" suaranya bergetar hebat.
Su Ming tersenyum tipis, senyum yang kejam. "Bocah itu bersumpah akan datang ke turnamen, bukan? Tapi hutan itu berbahaya. Siapa yang tahu jika dia 'tidak sengaja' dimakan monster atau dibunuh perampok sebelum sempat kembali?"
Dia berjalan mendekati Qingyue, menunduk untuk menatap mata cucunya itu.
"Pilihan ada di tanganmu, Qingyue. Kau setuju untuk menulis surat pernyataan putus hubungan secara publik dan pergi ke Sekte Pedang Giok besok pagi... atau kepala Xiao Chen akan diantar ke kamarmu malam ini dalam kotak."
Tubuh Qingyue gemetar hebat. Air mata frustrasi dan ketakutan mengalir deras. Dia tahu kakeknya tidak menggertak. Su Ming adalah orang yang menghalalkan segala cara demi ambisi klan.
Jika dia bertahan, Xiao Chen mati. Jika dia menyerah, Xiao Chen hidup, tapi dia akan kehilangan pria itu selamanya.
Hati Qingyue terasa seperti diiris sembilu. Dia teringat wajah Xiao Chen yang penuh tekad saat melindunginya, saat bersumpah di paviliun danau.
Xiao Chen... maafkan aku. Aku tidak bisa membiarkanmu mati.
"Baik..." bisik Qingyue, suaranya pecah. "Aku akan melakukannya."
"Bagus," Su Ming kembali tersenyum puas, seolah baru saja memenangkan permainan catur. "Tulis suratnya sekarang. Katakan bahwa kau menyadari perbedaan status kalian, dan kau tidak ingin diganggu lagi. Buat dia membencimu. Itu akan membuatnya lebih mudah menyerah."
Dengan tangan gemetar, Qingyue mengambil kuas tinta. Setiap goresan huruf terasa menyakitkan. Air matanya menetes di atas kertas, membuat tintanya sedikit luntur, tapi dia terus menulis.
Xiao Chen, lupakan aku... Hiduplah. Hiduplah dengan baik meskipun tanpaku.
Setelah selesai, dia meletakkan kuas itu. Tatapannya kosong, seperti boneka yang kehilangan jiwanya.
"Aku akan berangkat ke sekte besok pagi," kata Qingyue lirih. "Tarik mundur pembunuh bayaranmu. Jika sehelai rambut Xiao Chen terluka oleh orang suruhanmu... aku bersumpah, saat aku menjadi kuat nanti, aku akan menghancurkan Keluarga Su dengan tanganku sendiri."
Su Ming sedikit tersentak mendengar ancaman dingin itu, tapi dia mengangguk. "Selama kau patuh, dia aman. Lagipula, tanpa dukunganmu, dia hanya sampah yang akan mati dengan sendirinya di Turnamen Klan Xiao nanti."
Malam Hari
Xiao Chen sedang duduk bersila di dalam gua, dikelilingi oleh sisa-sisa inti monster yang telah memudar warnanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi di kediaman Keluarga Su. Dia tidak tahu pengorbanan yang baru saja dilakukan Qingyue untuk nyawanya.
Namun, entah kenapa, dadanya terasa sesak tiba-tiba. Manik hitam di lehernya berdenyut pelan, seolah merespons gejolak emosinya.
"Kenapa perasaanku tidak enak?" gumam Xiao Chen sambil memegang dadanya.
"Fokus, Xiao Chen!" tegur Yao Huang. "Energi inti monster sedang berkumpul di Dantian-mu. Jangan biarkan pikiranmu melayang atau kau akan meledak!"
Xiao Chen mengenyahkan rasa gelisah itu. Dia menutup mata, memandu energi liar itu untuk menghantam dinding penghalang di dalam tubuhnya.
BOOM!
Suara ledakan tumpul terdengar dari dalam tubuhnya. Aura merah kehitaman menyembur keluar, menghempaskan debu di dalam gua.
Dia membuka mata. Pupil vertikalnya bersinar terang dalam kegelapan.
Tingkat 6 Pengumpulan Qi! Dan tubuh fisiknya kini setara dengan monster tingkat rendah.
Xiao Chen mengepalkan tangannya, merasakan kekuatan yang meluap.
"Turnamen Klan Xiao," katanya, suaranya berat dan penuh antisipasi. "Keluarga Su, Xiao Long, Tetua Klan... bersiaplah."
Dia tidak tahu bahwa saat dia kembali nanti, dia tidak akan disambut oleh senyum tunangannya, melainkan oleh kabar yang akan mematahkan hatinya dan sekaligus membakar amarahnya menjadi api neraka.