Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pemenang perlombaan telah diumumkan, kelompok Nero praktis memenangkan perburuan, jauh mengungguli kelompok-kelompok lain.
Seperti diduga, pembatalan hasil SMK Armada sangat berpengaruh kepada perolehan bendera kelompok Nero.
Namun tidak satu pun yang mendapatkan bendera emas, itu sepertinya disembunyikan sangat dalam, meski begitu, Nero sangat puas dengan hasil yang mereka dapatkan.
Nadia dan Susan naik ke panggung mewakili penerimaan hadiah, secara langsung juga menaikan nama SMK Bipan. Selama ini sekolah mereka dicap sebagai siswa 'rumah kaca' dan penuh dengan anak-anak manja.
Beberapa media yang kurang kerjaan juga meliput berita ini, foto mereka sambil memegang banner pemenang utama tersebar di web dan media lokal.
"Sepertinya Nadia sangat beruntung bersama dengan anak itu," Rosa mendekap tangannya sambil menonton acara di panggung.
"Aku rasa hanya keberuntungan," balas Remy disebelahnya.
Rosa tersenyum.
"Aku harap anak itu belum menganggap ini selesai, baik-baik saja sekarang ia dilindungi Nadia dan guru-guru pemandu, tunggu saja saatnya tiba" Edward mengatupkan rahangnya dengan mata penuh dendam.
Rosa mendesah kesal, "Lebih baik lanjutkan hidupmu, Edward," nasihatnya.
Edward mendengus, namun ia tidak berkata apa-apa lagi, semua pikiran disimpannya dalam hati.
Guru-guru pemandu juga ikut memberikan selamat dan apresiasi kepada Nadia, Nero dan Susan, Nero yang hanya manggut-manggut di belakang membiarkan Nadia dan Susan menerima semua kehormatan, ia sendiri? Hanya butuh hadiahnya.
Awalnya Nadia dan Susan akan memberikan semua bagian miliknya kepada Nero, namun Nero menolak dan merasa tidak enak, akhirnya disepakati Nero mendapatkan sepuluh juta, sisanya dibagi dua antara Nadia dan Susan.
Susan tersenyum malu menerima hadiahnya, karena ia tahu sebenarnya siapa yang telah bekerja sangat keras untuk membuat mereka mendapatkan hadiah itu, namun ia termotivasi dengan Nero. Jika ia punya idola, maka Nero akan masuk salah satu daftarnya.
Acara selanjutnya adalah penampilan bakat secara bebas dari beberapa anak siswa yang ingin menunjukan keterampilannya, ada yang bernyanyi, membacakan puisi, dan beberapa anak laki-laki memamerkan jurus beladiri yang mereka kuasai.
...
Ketika sedang asik berbicara dengan Nadia, terdengar suara yang menarik perhatiannya dari panggung, "Aku persembahkan lagu ini untuk seseorang yang telah dengan begitu baik hati menyelamatkanku di hari kemaren, untuk hatimu yang begitu baik, A Thousand Years."
Para penonton bertepuk tangan. Nero menoleh, itu Vika, meski tidak menyebutkan namanya, Vika jelas menatapnya sambil tersenyum, muka Nero memerah, dengan gerakan kaku ia sedikit melambaikan tangannya.
"Nampaknya pahlawan kita telah membuat beberapa gadis terpesona," ketus Nadia di sebelahnya. Dengan marah ia menarik tangan Nero pergi, ia bahkan tidak mengijinkan Nero melihat Vika bernyanyi.
"Aihh...," gumam Nero.
...
Cahaya kuning senja menimpa atap atap bis yang beriringan keluar dari lokasi perkemahan, kegiatan perlombaan telah berakhir, namun itu akan menjadi awal bagi beberapa orang.
Malam belum larut ketika Nero sampai di rumahnya, ia memberikan dua batang anggrek bulan kepada mamanya, dan mamanya menerima dengan sangat gembira.
Sama seperti Nadia, mamanya juga sangat menyukai bunga, ia suka menanam bunga sebagai pengisi waktu luang.
Nero bergegas naik ke kamar loteng, mengeluarkan cube dan mengarahkannya ke dinding, segera portal rahasia terbuka dan ia melompat ke dalamnya.
Eona terlihat sedang asik mengerjakan sesuatu, bahkan ia mengabaikan kedatangan Nero. Nero mendekatinya.
Eona duduk di atas sebuah platform batu berbentuk lingkaran, tangannya terarah ke satu benda kecil yang melayang di depannya, dari telapak tangannya ada sinar perak halus menembak ke benda kecil tersebut.
Beberapa saat kemudian terdengar bunyi klik, dan Eona membuka matanya. Sinar perak perlahan memudar, meninggalkan benda seperti sebuah cincin melayang di udara, Eona meraihnya, mengamatinya sejenak kemudian melemparkannya kepada Nero.
Wajah Eona terlihat pucat dan kelelahan, sepertinya ia telah menghabiskan banyak energi.
"Apa ini?" tanya Nero. Ia mengamatinya, memang itu adalah cincin, dengan mata hiasan hitam berkilat persegi empat, permukaannya begitu halus dan rata.
"Storage Ring," jawab Eona.
"Cincin penyimpanan?" ulang Nero, ia tidak mengerti.
"Itu bisa digunakan untuk menyimpan barang-barang milikmu, dengan tanda auramu yang telah ku segel ke dalamnya, hanya kamu yang dapat menggunakannya," jelas Eona.
"Bagaimana caranya?" Nero takjub, ia mencoba mengenakan cincin itu dijari tengah kirinya, ukurannya pas sekali, seperti cincin itu memang dibuat khusus untuk dirinya.
"Kamu hanya perlu memikirkan, dan mendekatkan cincin itu ke sesuatu yang ingin disimpan, sebaliknya jika ingin mengeluarkan barang barang di dalamnya, kamu hanya perlu membayangkan barang tersebut, dan melambaikan tanganmu, barang tersebut otomatis akan keluar. Kamu mungkin perlu sedikit latihan," jelas Eona lagi.
Ia memperlihatkan dua cincin serupa di jari tengah dan telunjuknya, melambaikan tangannya sedikit kemudian beberapa buah batu seperti kristal bermacam warna tergeletak di lantai paltform.
Mata Nero berbinar.
"Wow, ini hebat sekali,"
"Cobalah," kata Eona.
Nero mendekatkan cincinnya ke batu sebesar ujung kelingking tersebut, lalu ia membayangkan batu-batu itu masuk ke dalam cincin, tiba-tiba muncul kerlipan perak di permukaan hitam yang rata, dan batu-batu itupun menghilang.
"Hahaha, aku bisa!" teriak Nero kegirangan.
Sekali lagi ia membayangkan batu-batu tadi dan melambaikan tangannya, kerlipan itu muncul lagi, dan batu kristal tergeletak di lantai.
"Ini untukku?" tanya Nero tidak yakin, cincin ini haruslah barang yang sangat berharga.
Eona mengangguk, seolah mengerti apa yang dipikirkan Nero ia berkata.
"Barang itu sama banyaknya dengan ponsel di tempat asalku, membuatnya juga tidak sulit jika telah mencapai level energi tertentu, tapi kamu tidak bisa memasukan barang seperti makhluk hidup kedalamnya, dan juga karena itu level rendah, kamu hanya bisa menyimpan barang paling besar seukuran meja."
Nero sangat takjub, ia berulang kali mencoba memasukan dan mengeluarkan batu-batu dilantai.
Eona berdiri, lalu melangkah menuju menara bundar.
"Ini barang-barangmu?" Nero
mengingatkannya bahwa ia meninggalkan batu kristal miliknya.
"Ambil saja," ujar Eona ringan.
Nero hanya mengangguk, ia melihat banyak batu berkilau seperti itu didalam ruangan dimensi, tersebar di tanah dan lebih banyak lagi berada di dekat sungai.
Tidak ada penunjuk waktu di dalam tempat itu, cahaya oranye akan selalu sama tanpa ada siang atau malam.
Nero mengikuti Eona ke menara bundar, namun ia melihatnya telah tertidur lagi.
Nero memandang cincinnya, dan kembali memandang Eona, pastilah Eona berusaha sangat keras membuatkan cincin itu untuknya hingga ia kelelahan, pikir Nero.
...
Didalam kamarnya Nero mengulangi latihannya berkali-kali, ia bahkan memasukan lemari ke dalam cincinnya itu, namun ia terkejut ketika selesai melakukannya matanya jadi berkunang-kunang, ia merasa lelah luar biasa, wajahnya pucat.
Dengan gugup ia melihat cincinnya, menggunakan barang ini bukannya tanpa harga, ada sesuatu yang tersedot dari dalam dirinya ketika memasukan barang yang besar ke dalam cincin itu.
Tapi kegembiraannya tidak berkurang, di dunia ini, selain Eona, seharusnya hanya dia yang memilikinya.
Nero duduk di meja belajarnya, sementara dia bermain dengan cincinnya, ponselnya berdering.
"Nadia?"
"Aku tidak bisa tidur..., " sebuah suara lembut menjawabnya.
...