NovelToon NovelToon
Cinta VS Gengsi

Cinta VS Gengsi

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: my pinkys

Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.

Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?

Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mak lampir

Malam ini, setelah mandi dan berganti pakaian bersih, Alana duduk di tepi tempat tidur di kamarnya yang baru, Darel bilang ia bisa tinggal di apartemen Darel sampai kapan pun yang ia inginkan tapi ia sedikit takut jika Ayahnya mencari nya dan membawa kembali dirinya ke rumah yang banyak luka di sana. Tangannya mencengkeram lengan sweaternya, menyembunyikan luka yang masih terasa perih akibat perlakuan ayahnya.

Tok

Tok

Tok

Darel mengetuk pintu sebelum masuk dengan membawa kotak P3K. Dia duduk di kursi di depan Alana, menatapnya dengan serius.

“Lepas sweater kamu Alana,” perintahnya pelan.

Alana menggeleng. “Gue bisa sendiri.”

Darel menghela napas. “Lana, aku cuma mau membantu.”

Alana menunduk, hatinya masih ragu. Namun, melihat ketulusan di mata Darel, akhirnya dia perlahan menarik lengan sweaternya. Luka bakar itu masih terlihat merah, beberapa bagian mulai mengelupas.

Alana jadi bingung, dengan panggilan Darel padanya maksud nya apa?

Darel mengumpat pelan. “Ayahmu benar-benar….”

Dia tidak melanjutkan kata-katanya, tetapi wajahnya menunjukkan kemarahan yang dia tahan. Dengan hati-hati, Darel mengambil kapas dan mulai mengoleskan salep ke luka itu. Darel mengobati Alana dengan penuh kehati-hatian, jauh berbeda dari siksaan yang biasa Alana terima.

“Kenapa kamu diam saja selama ini?” tanya Darel tiba-tiba.

Alana menghela napas panjang. “Karna gue nggak punya pilihan.”

Darel menatapnya dalam-dalam. “Sekarang kamu punya.”

Alana terdiam.

"Kenapa lo, jadi aku kamu sih" tanya Alana.

"Kenapa? kamu ngak suka? " tanya balik Darel.

"Alana...gue mau–" Darel menjeda perkataan nya.

"Kamu jadi pacar aku mulai sekarang! " lanjut Darel tanpa keraguan.

"Hah? pacar? Lo gue" ujar Alana menunjuk dirinya berganti Darel.

"Iya,Alana...kalau kamu tau sebenarnya aku lakuin semua ini biar bisa lebih deket sama kamu di sekolah, maaf juga buat peringkat kamu yang turun...kamu jadi nanggung ini semua" ucap Darel, Sementara Alana menangis mengingat peringkatnya yang turun dan berakhir ia mendapat hukuman.

Alana menghela nafas pelan.

"Gue...mau jadi pacar lo.Tapi, gue perlu waktu buat kasih hati aku buat kamu Darel" ucap Alana.

"Ngak papa, aku bakal nunggu hati kamu sepenuhnya buat aku" balas Darel mengusap pucuk kepala Alana.

"Darel... " Alana mendongakkan kepala nya karna Darel tengah berdiri, lalu Alana berucap"Terima kasih...Darel"

"Anything for you Alana" balas Darel menatap lembut Alana.

"Mulai sekarang ganti panggilan kita ya"ucap Darel.

Alana tersenyum geli" Ih sumpah Darel, gue geli tau".

"Kenapa? "

"Dulu kita kan saingan kok sekarang jadi pacaran, aneh aja gitu.. "

"Kamu bisa manggil aku kamu kalo di rumah tapi di sekolah seperti biasa aja, kalo kamu belum siap publish hubungan kita" kata Darel.

"Iya Darel, makasih udah ngertiin aku" balas Alana.

---

Keesokan paginya, Alana bangun lebih awal dari biasanya. Saat dia keluar dari kamarnya, aroma makanan yang lezat langsung menyambutnya.

Di ruang makan, Mommy Liliana dan Shasa sudah duduk di meja, sementara Darel baru saja turun dari lantai atas.

Ah, Ibu Darel menginap di apartemen Darel sementara ayah Darel pergi pagi-pagi buta karna ada meeting di kantor nya, dan Shasa temannya ini pagi-pagi sudah datang saja ke apartemen Darel karna ingin bertemu Alana.

“Oh, Alana! Duduk, sayang,” kata Mommy Liliana sambil tersenyum hangat.

Alana ragu sejenak sebelum akhirnya duduk di samping Shasa. Piringnya sudah diisi dengan nasi, telur, dan beberapa lauk lainnya, ia suka.

“Biasanya kamu sarapan apa di rumah?” tanya

Mommy Liliana.

Alana terdiam sejenak. “Alana jarang sarapan Mom,kalo di rumah.”

Mommy Liliana  tampak kaget. “Kenapa?”

Alana menunduk, tidak ingin membahas tentang kehidupannya yang penuh penderitaan nya saat ini .

Darel menyahut sebelum Alana bisa menjawab. “Mulai sekarang, Alana akan sarapan setiap hari, ya kan, Lana?”

Alana mengangguk kecil dan tersenyum kecil.

Mommy Liliana tersenyum lega. “Bagus itu. Kamu itu masih sekolah,harus sarapan sebelum sekolah biar fokus belajar nya nanti,.”

Saat mereka makan, Alana mulai merasakan sesuatu yang baru. Kehangatan. Perhatian. Sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan di rumahnya sendiri.Ia mendapat kan itu semua di keluarga orang lain istilahnya ia menumpang kehangatan keluarga dari orang lain, tapi ia senang bisa merasakan itu semua saat ini.

Mungkin, tinggal di sini bukan lah ide buruk.

Mungkin, dia akhirnya menemukan tempat di mana dia bisa merasa aman tanpa bayang-bayang ayah nya.

Setelah merka selesai makan, Darel dan Shasa berangkat ke sekolah tanpa Alana, karna Alana yang ternyata demam makanya setelah makan selesai tadi Alana langsung di bawa Mommy Liliana untuk istirahat, jadi Darel dan Shasa berangkat sekolah tanpa Alana. Berangkat nya pake kendaraan masing-masing kok.

___

Setelah hampir satu minggu tidak masuk sekolah karna demam dan pemulihan luka Alana, hari ini Alana akhirnya kembali. Saat berdiri di depan gerbang sekolah, dia menarik napas dalam. Rasanya aneh. Selama ini, dia selalu pulang ke rumah yang dingin dan penuh siksaan. Tapi kini, dia tinggal di rumah Darel, tempat yang memberinya kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

“Kamu gugup ya?” tanya Darel yang berdiri di sampingnya.

Alana menoleh dan mendapati cowok itu tersenyum kecil.

“Nggak kok,” jawabnya pelan, meski sebenarnya jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.

“Bagus,” Darel meraih tangan Alana dan menggenggamnya sebentar sebelum melepaskannya. “Ayo masuk.”

Mereka berjalan melewati gerbang, dan seperti yang sudah diduga, bisikan dan tatapan penasaran mulai bermunculan.

“Bukannya Alana nggak masuk sekolah?”

“Kok dia sama Darel?”

“Jangan-jangan mereka pacaran?”

Alana menghela napas pelan. Dia sudah tahu ini akan terjadi. Tapi dia tidak peduli. Yang penting, dia bisa kembali belajar seperti biasa.Tapi bagaimana bisa ada yang berpikir jika ia dan Darel pacaran, tapi memang iya sih dan Darel sudah sepakat tak memberitahu hubungan mereka sampai mereka lulus sekolah.

Shasa sudah menunggu di depan kelas dengan tangan terlipat di dada. Begitu melihat Alana, dia langsung menghampiri dan memeluknya erat.

“Kamu nggak apa-apa, kan?” bisiknya.

Alana tersenyum kecil. “Aku baik-baik aja.”

Shasa melirik ke arah Darel. "Lo ngak macem-macem kan sama Lana?”

Darel mengangkat alis. “Nggak.”

Shasa mendecak. “Bagus.Awas aja lo!Kalau sampai dia kenapa-napa, gue bakal cari lo.”

Darel hanya terkekeh sebelum berjalan menuju kelasnya sendiri.

--

Saat masuk kelas, suasana sempat hening. Semua orang menatap Alana dengan berbagai ekspresi—penasaran, terkejut, bahkan ada yang sinis.

Alana tidak peduli. Dia berjalan menuju bangkunya dan duduk seperti biasa.

Tak lama, Larissa—cewek kegatelan yang selalu ingin dekat dengan Darel—mendekatinya dengan tatapan menilai.

“Kemana aja lo selama ini?” tanyanya dengan nada tajam.

Alana menatapnya dan menunjuk dirinya. “Lo ngomong sama gue?”

"Siapa lagi kalo bukan lo! " kesal Larissa.

Larissa tersenyum miring. “Gue cuma penasaran. Soalnya lo tiba-tiba hilang, terus pagi tadi lo berangkat bareng Darel. Itu aneh.”

"Jangan-jangan lo maksa Darel ya"

Shasa berdiri dari kursinya. “Alana nggak perlu menjelaskan apa pun ke lo, Mak lampir”

"Lo bilang apa" Larissa melotot kan mata nya kepada Shasa.

"Kenapa? tu mata pengin gue colok pake ini hah" balas Shasa dengan menggenggam pensil tajam nya.

"Pergi sana! dasar mak lampir" cibir Shasa.

Larissa mendengus, lalu melirik Alana sekali lagi sebelum kembali ke tempat duduknya.

Alana menghela napas pelan. “Aku lupa betapa menyebalkannya dia.”

Shasa terkekeh. “Nggak usah dipikirin. Ayo fokus belajar hari ini.”

Alana mengangguk. Hari ini, dia akan menjalani semuanya seperti biasa. Meski banyak hal yang berubah, dia akan tetap bertahan.

Karena sekarang, dia tidak sendirian lagi.

To be continued…

1
Supriatun Khoirunnisa
Luar biasa
Jhylara_Anfi
semangat up ny kk😊 kalu berkenan boleh mampir juga di cerita aku😁🙏
Jhylara_Anfi
butterfly era nya mulai berasa😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!