Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Diandra
Erlan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia bingung mau membujuk istrinya dengan cara apa. Pikirannya tiba-tiba terlintas untuk mengajak Diandra jalan-jalan dan pergi belanja sesuka hatinya seperti saat Cherin sedang marah, Erlan selalu mengajaknya pergi belanja barang-barang mahal. Namun seperdetik kemudian, Erlan tahu jika Diandra bukanlah Cherin. Wanita yang sedang dia peluk itu berbeda dengan wanita manapun.
Merasa cukup lama berpelukan, Diandra mendorong tubuh Erlan perlahan agar Erlan mau melepaskan pelukannya. Diandra pun menatap Erlan tanpa ekspresi apa pun. Sedangkan Erlan malah salah tingkah di lihat oleh istrinya. "Apa kamu udah nggak marah, Sayang?" tanya Erlan berusaha memberikan senyuman manis berharap istrinya bisa luluh.
"Apa aku bisa mempercayai ucapan kamu, Mas?" Diandra balik bertanya. Kali ini raut wajahnya terlihat berbeda dari sebelumnya.
"Tentu! Kamu harus percaya semua perkataanku. Aku laki-laki yang berpegang teguh dengan ucapan. Jadi, katakanlah, Sayang. Apa yang ingin kamu inginkan, maka seketika aku akan menuruti semuanya," jawab Erlan dengan sombongnya.
"Kamu nggak akan marah kalau aku melakukan semauku?" tanya Diandra kembali memastikan.
"Nggak akan pernah! Aku nggak akan marah sama kamu apa pun yang kamu lakukan asal bukan pergi hidupku. Jadi kamu mau apa, Sayang? Hm? Gimana caranya biar aku bisa dapat maaf darimu?" Erlan sudah mulai tidak sabar.
"Kalau begitu, berdirilah!" kata Diandra seketika Erlan langsung berdiri dan merentangkan tangannya. Erlan pikir Diandra akan memeluknya dan melupakan semua kejadian tadi.
"Terus ... aku harus apa, Sayang?" tanya Erlan begitu penasaran dan tidak sabar. Diandra tidak menjawab dan ikut berdiri berhadapan dengan Erlan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Matanya fokus melihat suaminya dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
"Kamu yakin nggak akan marah, Mas?" Diandra kembali bertanya.
"Iya, Sayang. Aku janji aku nggak akan marah asal kamu mau maafin aku," jawab Erlan masih dengan raut wajah yang manis.
"Kalau kamu marah, aku akan pergi dari sini!" kata Diandra terlihat mengancam.
"Jangan dong! Aku udah janji, jadi aku nggak akan marah. Mana bisa aku marah sama istri yang menggemaskan seperti kamu, Sayang," goda Erlan dan Diandra hanya manggut-manggut.
Tanpa bertanya lagi, Diandra pun mengangkat satu kakinya mengarahkan tepat di tengah-tengah kedua kaki Erlan dengan tenaga yang cukup kuat. Kaki Diandra mendarat dengan sempurna pada senjata yang selalu membuat bagian intimnya itu panas. Seketika itu juga raut wajah Erlan berubah seratus delapan puluh derajat. Dia pun merapatkan kakinya dan kedua tangan yang memegang erat keperkasaannya.
"A-a-ap-apa ya-yang ...." Erlan tidak mampu bicara karena seakan kedua telurnya telah pecah akibat tendangan Diandra.
"Aku selalu penasaran bagaimana rasanya menendang senjata laki-laki. Lagian kamu bilang boleh memukul dan melakukan apa saja kan, Mas? Sekarang aku memaafkanmu dan aku akan kembali ke kamar menurutimu untuk tidak memasak. Apa kamu marah, Mas?" tanya Diandra yang kini terlihat dengan jelas wajahnya yang puas dengan apa yang dia lakukan.
Entah bagaimana Erlan berkata-kata. Rasa ngilu dan sakit telah menjadi satu di bagian bawahnya yang sedang dia pegang begitu erat dengan harapan rasa sakit itu segera hilang. Namun karena ini permintaan Diandra dan lagi hanya dengan cara itu dia bisa mendapatkan maaf, Erlan pun menjawab pertanyaan Diandra dengan gelengan kepala.
"Baguslah." Diandra pun mengalihkan pandangannya. "Mang, tolong masakin rendangnya ya? Bisakan?" Diandra sedikit meninggikan suaranya agar Mang Soleh dengar.
"Siap, Nyonya!" jawab Mang Soleh dengan senang hati dan sepertinya juga sedang menahan tawa karena Erlan yang menampakkan raut wajah aneh.
...***...
"Sa-Say-Sayang!" panggil Erlan terbata dengan langkah kaki yang begitu lucu bagi Diandra hingga dia tidak bisa menahan tawanya saat melihat gaya berjalan Erlan yang baru saja masuk kamar. "Ka-kamu ... kamu jahat!" sambungnya saat melihat Diandra malah mentertawakan dirinya. Segera Erlan berbaring di tempat tidur dengan meringkuk dan kedua tangan yang masih memegang juniornya.
"Mau aku periksa, Mas?" tanya Diandra tapi terdengar meledek. Namun Erlan tidak menjawab dan seperti masih menahan rasa sakit yang luar biasa. Lama-lama Diandra kasihan dengan Erlan. "Maaf ya, Mas? Apa sakit banget? Sama sunat sakitan mana?" tanya Diandra malah mendapatkan tatapan sendu dari Erlan. "Aku tanya, Mas?" Diandra terlihat begitu polos.
"Sak-sakit ini," jawab Erlan masih belum bisa bicara dengan lancar.
"Mau aku tiupin biar cepet ilang sakitnya?" tawar Diandra malah membuat Erlan gemas bukan main.
"Jangan mancing," jawab Erlan dengan tatapan yang begitu lembut. Diandra kembali menahan tawanya. Melihat Diandra yang begitu menggemaskan, membuat Erlan seketika mendapatkan kekuatan dan langsung menindih tubuh Diandra dengan kedua tangan di atas kepala
"Hah? Kamu udah sembuh, Mas? Cepet banget," tanya Diandra terheran-heran.
"Melihat raut wajahmu, aku bisa langsung sembuh, dan ... bahkan bisa tiba-tiba sakit ataupun mati, Sayang. Aku senang kamu yang selalu tersenyum dan tertawa. Bukan kamu yang ngambek. Walaupun aku kesakitan, tapi aku rela asalkan aku bisa melihat senyum indah mu. Terima kasih udah mau maafin aku. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah menemui wanita tadi. Tentang masa laluku, itu nggak penting. Yang jelas ... kamu adalah masa depanku." Tutur Erlan membuat Diandra seakan dikelilingi oleh bunga-bunga mekar.
Erlan pun mendarat ciumannya di kening dan turun ke mata, lalu pipi juga hidung. Hingga akhirnya kedua insan itu saling melumatt satu sama lainnya. Namun hal itu tidak berangsur lama karena terbakar napsu, kepemilikan Erlan terasa kembali sakit. Ciuman itu pun disudahi dan Erlan kembali berbaring di sisi Diandra. Tentu saja dengan menyembunyikan rasa sakitnya.
Diandra pun memiringkan tubuhnya dan memeluk Erlan dengan kepala yang tidur di atas lengan Erlan. "Aku juga mau berterima kasih sama kamu, Mas."
"Untuk apa, Sayang?"
"Untuk semuanya. Termasuk untuk waktumu ini." Mendengar itu, Erlan juga memiringkan tubuhnya dan membalas pelukan Diandra.
"Aku akan melakukan apa pun untukmu, Sayang. Aku sudah bilang kalau kamu adalah istri dan ibu dari anak-anakku. Kamu masa depanku dan aku akan terus membuatmu bahagia." Diandra mengangguk dalam pelukan Erlan.
Beberapa saat kemudian, suara ketukan pintu memaksa Erlan untuk segera melepaskan pelukannya. Diandra pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. "Ada apa, Mang?" tanya Diandra pada Mang Soleh.
"Di luar ada yang nyari, Tuan,"
"Oh, iya. Suruh masuk aja ya. Sebentar lagi Tuan turun," jawab Diandra dan Mang Soleh pun mengangguk untuk segera kembali ke dapur. "Mas, katanya ada yang nyari. Kamu turun, gih!" Diandra pun duduk di sisi Erlan.
"Siapa yang nyari aku disini?" tanya Erlan, tetapi Diandra hanya mengangkat kedua bahunya.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚