Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Kesepakatan
Tok tok tok
Ayang yang sudah tau siapa orang yang mengetuk pintu rumahnya semakin ketakutan. Apalagi setelah melihat foto Udin yang di kirim ke WAnya. Namun ia tetap berdiri dan membukakan pintu.
"Olang dahat napain ada di cini! Pelgi cana!" Azkia dan kedua saudaranya mendorong pria yang berdiri di depan pintu rumah.
"Sana pelgi, jangan ganggu Unda tami!"
Teriakan tiga bocah itu membuat para tetangga berhamburan keluar rumah. Namun, mereka hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa, karna setiap pintu di rumah kontrakan itu sudah di jaga para anak buah Daniel bersenjata api lengkap.
"Aku bukan orang jahat!"
Mendengar suara Daniel yang kuat, Ayang mendekat dan menjauhkan anak-anaknya dari pria itu. Matanya berkilat-kilat menatap pria di depannya. Jelas terpancar kebencian yang begitu dalam dari sorot matanya itu.
Daniel melepaskan keluhan halus.seraya mendekat. "Kalau kau masih ingin melihat makhluk jadi-jadian itu hidup, ikut aku sekarang." Dengan santainya Daniel berjongkok di depan tiga bocah yang sedang bergayut di kaki Ayang.
Ayang menjauhkan mereka. Seujung kukupun. ia tak rela pria itu menyentuh anak-anaknya.
Daniel kembali melepaskan keluhan halus, lalu berdiri. "Cepat, ikut aku sekarang!" Daniel mulai berjalan, namun baru beberapa langkah ia berhenti dan menoleh kebelakang. "Tunggu apa lagi? Apa kau mau makhluk jadi-jadian itu kubuang ke laut!"
Mendengar ancaman itu, Ayang mulai membuka langkah. Ketiga anaknya di tuntun mengikuti langkah pria di depannya.
"Unda, kita awu kemalna, Ajam antuk."
Mendengar rengekan Azam, Daniel kembali menghentikan langkah. Ia berbalik memandang ketiga bocah itu. "Biar aku bawa mereka." Daniel menawarkan diri dan berjongkok di depan ketiga bocah itu.
Azkia memberi isyarat pada kedua saudaranya dan dalam sepersekian detik mereka lansung menyerang Daniel. Azam dan Azura menggigit dan memukul tangan pria itu, sementara Azkia manjambak dan meremas wajah Daniel.
Daniel menerima saja amukan ketiga bocah itu. Bahkan ia melarang anak buahnya yang ingin membantu ketika ia terjungkang ke belakang.
"Ajam, Juya, udah! Kasihan olang dahatnya, nanti angis." Setelah melihat Daniel terlentang, Azkia mengajak kedua saudaranya menyudahi serangan.
"Mangkanya dangan jadi olang dahat!" Azura menimpali. Ketiga bocah itu kembali bergayut di kaki Ayang.
"Unda iat tuh, olang dahatnya udah angis," ucap Azam.
Regan lansung membersihkan pakaian Daniel yang telah berdiri.
"Bawa mereka ke mobil sekarang!" perintah Daniel.
Regan dan para anak buahnya segera melakukan perintah Daniel.
Azkia, Azura dan Azam menjerit histeris ketika anak buah Daniel membawa mereka menuju mobil.
Ayang tak dapat berbuat banyak untuk melindungi anak-anaknya yang telah di gendong tiga orang pria yang ada di sana.
"Siapa yang menyuruh kau menyentuh wanita itu!" Kedua mata Daniel membulat ketika salah satu anak buahnya memegang tangan Ayang.
"Ma-maafkan saya Tuan." Anak buahnya itu segera menjauh. Sedang Ayang masih berdiri mematung menatap pria itu.
"Kau mau jalan atau mau kugendong," ucap Daniel tanpa memperdulikan tatapan Ayang yang tak bersahabat.
.
.
.
Di dalam mobil, tangis Azkia, Azura dan Azam mulai reda ketika Ayang masuk ke dalam mobil yang sama dengan mereka. Ketiganya lansung memeluk Ayang dengan erat. Ayang pun ikut merangkul mereka.
Daniel yang juga masuk ke mobil yang sama, duduk di samping kemudi.
.
.
.
Tiba di mension, Daniel turun dari mobil dan membukakan pintu disebelah Ayang duduk. "Turun lah!"
Ayang masih diam, memeluk ketiga anaknya.
"Heist, kau mau turun sendiri atau mau kugendong?"
"Olang dahat, dangan malahin Unda!" teriak Azkia.
Daniel menghela nafas lemah, coba meredam emosi dalam diri. "Terserah kalian mau turun atau tidak! Asal kalian berada di kawasan rumah ini bagiku tidak masalah!" Setelah mengucapkan itu, Daniel berlalu pergi. Ia memanggil Susi dan menyuruh membujuk Ayang agar mau turun dari mobil dan masuk ke dalam mensionnya. Setelahnya, ia pun masuk ke sebuah kamar yang berada di lantai dua dan menghadap lansung ke halaman mension. Dari atas balkon itu, Daniel bisa melihat Susi yang sudah berdiri di samping pintu mobil.
Cukup lama Daniel memperhatikan mobil dimana Ayang dan ketiga anaknya masih berada di dalam. Namun, tak juga ia melihat Ayang turun dari mobil, malahan sekarang ia melihat Susi yang beranjak masuk ke dalam mension sendiri.
Daniel pun segera turun kebawah. Dari atas tangga ia memanggil Susi yang baru saja masuk.
"Maaf kan saya Tuan, Nona tidak mau turun," ucap Susi takut-takut.
"Apa alasannya?"
"Saya juga tidak tau Tuan. Tapi tadi anak-anak yang berada di dalam mobil itu menangis sambil memanggil Pipi."
Sketika Daniel teringat Udin. Ia ingat jika anak-anaknya memanggil pria itu Pipi.
Tangan di kibaskan menyuruh pelayan pergi. Lalu ponsel di keluarkan dan menghubungi sesorang melalui benda pipih itu. "Bawa manusia jadi-jadian itu kesini!"
Tidak lama, dua orang dari arah pintu lain membawa Udin ke hadapannya.
"Tolong biarkan aku pergi. Aku harus beli susu untuk anak-anakku," ucap Udin dengan kedua tangan masih terikat.
Daniel mendekat dan lansung mencengkram kedua pipi pria itu dengan satu tangannya. "Kau bilang apa, anak-anakku?"
"Iiih, lepaslah, sakit tau!" Udin bicara tak jelas, karna rahangnya masih di cengkram Daniel.
"Jangan pernah sekali-kali mengatakan mereka anak kau!" ancam Daniel sebelum melepaskan cengkraman dari wajah pria itu.
"Mereka memang anak-anakku! Kamu mau apa?"
Daniel berbalik badan memunggungi Udin. "Baiklah, Tes DNA akan membuktikan, anak siapa mereka. Biar lebih menarik aku akan memberikan tantangan." Daniel kembali berbalik badan menghadap pada Udin. "Jika mereka anak kau, maka semua harta yang kumiliki akan kuserahkan seluruhnya pada kau. Tapi, jika tes DNA membuktikan mereka adalah anak-anakku. Maka lidah kau yang akan kupotong!"
Udin meneguk saliva mendengar tantangan yang di katakan Daniel. Otaknya juga lansung membayangkan lidahnya akan di potong pria itu.
"Lepaskan dia!" perintah Daniel pada dua orang anak buahnya yang masih berada di sana.
"Sekarang kau pulanglah, besok kita akan lakukan tes DNA."
"Jangan!" sahut Udin. "Ya, aku mengaku. Mereka memang bukan anak-anakku, tapi mereka semua sudah kuanggap sebagai anak sendiri. Meski bukan aku ayah biologis mereka. Tapi selama ini akulah yang merawat mereka. Sedikitpun kamu gak ada hak atas mereka," ucap Udin lantang. Suaranya bergetar menahan gejolak di dada. Terbayang olehnya jika nanti berpisah dengan anak-anak yang selama ini menemani hari-harinya. Tentu kehilangan orang yang di sayang akan sangat menyakitkan.
Daniel tersenyum sinis. "Baiklah aku tidak akan memisahkan kau dari mereka. Tapi dengan dua syarat." Daniel menatap lekat pria gemulai di depannya yang telah menangis. "Apa kau mau memenuhi syarat yang kuajukan?"
"Syarat apa?"
"Pertama, mereka semua harus tinggal disini. Dan yang kedua. Kau harus memberitahu mereka bahwa aku adalah Ayah biologis mereka."
"Baiklah, akan kulakukan. Tapi aku juga ada syarat."
Daniel menatap tajam pria gemulai itu. "Kau tidak berhak mengajukan syarat padaku!"
"Kalau begitu aku juga gak mau melakukan syarat yang kamu ajukan!" Udin pun tak mau kalah.
Seketika Rahang Daniel mengeras. Ini kali pertama ada orang yang berani membantahnya. Jika bukan karna anak-anak, mungkin pria gemulai di depannya ini akan di telannya hidup-hidup. "Katakan, apa yang kau mau?"
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor