NovelToon NovelToon
Ancient Slayer

Ancient Slayer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:104.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Full Remake, New Edition 🔥🔥

Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.

Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.

Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.

Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.

Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.

Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?

Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.

Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Akhir Pertarungan

Hutan yang dahulu lebat kini hancur berantakan. Pepohonan tumbang dengan batang patah yang menghitam, tanahnya retak dan dipenuhi bekas luka pertempuran. Udara beraroma kayu terkoyak, bercampur dengan bau darah yang meresap ke dalam tanah.

Di antara reruntuhan itu, Ramez terbaring lemah. Napasnya tersengal, tubuhnya penuh luka, dan darah segar mengalir dari pelipisnya. Semua ini akibat serangan brutal dari Diomas—serangan yang tak mampu ia tahan.

Namun, sebuah aura mencekam kembali terasa. Dingin. Menekan. Membawa niat membunuh yang begitu nyata.

Mata Ramez yang sayu mendadak melebar. Dengan sisa tenaga, ia meraih kedua pedangnya dan memaksa dirinya untuk berdiri. Lututnya gemetar, tubuhnya berteriak meminta istirahat, tetapi tekadnya memaksa untuk tetap tegak.

Dan di hadapannya, Diomas sudah berdiri. Wajahnya menampilkan seringai bengis, satu tangannya terangkat, membentuk cakar raksasa yang berdenyut dengan aura hitam pekat.

"Tidak perlu berdiri lagi," suara Diomas terdengar seperti gelegar petir di langit malam. "Lihatlah perbedaan kekuatan di antara kita. Tidak ada gunanya kau melawan terus."

Namun, Ramez hanya diam. Matanya masih menyala dengan tekad yang belum padam.

Diomas mendengus. "Heh, baiklah. Aku akan segera menghabisimu."

Tanpa memberi jeda, Diomas melesat. Cakarnya menciptakan jejak retakan di tanah, menghantam udara dengan kecepatan yang mengerikan.

Ramez tak punya waktu berpikir. Namun, tepat sebelum serangan itu menghantam, aura petir kuning menyelimuti tubuhnya. Kilatan cahaya memenuhi sekelilingnya, menggetarkan udara. Ia merendahkan tubuhnya dalam posisi kuda-kuda, kedua pedangnya disilangkan di depan dada.

Dentuman besar terjadi saat serangan mereka bertabrakan. Gelombang kejut meluluhlantakkan tanah di sekitar mereka. Asap dan debu berputar, menutupi pandangan.

Diomas melangkah mundur, matanya menyipit. "Bagaimana mungkin seranganku bisa kau tahan?!"

Ramez terengah-engah, tetapi sorot matanya tetap tajam. "Apakah kau pikir aku akan kalah begitu saja? Setelah semua yang kulalui, penderitaan yang aku alami, dan semua yang dirampas dari ras ku, apakah aku akan menyerah? Tidak! Aku tidak akan membiarkan diriku terpuruk lagi. Aku akan bertarung… dan mengubah takdirku!"

Diomas mendengus sinis. "Omong kosong! Mengubah takdir? Kau tidak sadar kalau ajalmu sudah menunggu di depan mata? Lebih baik kau pasrah dan terima saja kematianmu itu!"

Aura hitam di tangannya bergejolak, cakarnya membesar, memancarkan energi yang lebih buas. Ramez merasakan peningkatan kekuatan itu—sebuah tekanan yang nyaris membuatnya tersungkur. Tapi ia tetap menggenggam pedangnya erat.

[Aku tidak boleh kalah!]pekiknya dalam hati. [Aku sudah bertekad mengubah takdirku!]

Kedua petarung itu mengerahkan kekuatan terakhir mereka. Jeritan pertempuran menggema, dan saat kekuatan mereka bertabrakan sekali lagi, ledakan besar tercipta. Asap tebal menyelimuti hutan, menelan segalanya dalam kabut abu-abu.

Dan dari dalam kabut itu, sebuah tubuh melesat terhempas.

Ramez.

Ia jatuh dengan kecepatan tinggi, tubuhnya berlumuran darah, kesadarannya menipis. Diomas masih berdiri, tak tergores sedikit pun.

[Oh… apakah aku kalah?] pikirnya dalam kesadaran yang mulai pudar.

[Apakah ini memang takdir ras kami—selalu menjadi pecundang? Aku sudah berjuang… sudah berdarah-darah… tetapi tetap saja, jaraknya begitu jauh. Jika memang dunia ingin menyingkirkan kami… lalu untuk apa kami diciptakan?]

Sebuah kehangatan menyelimuti pikirannya, memunculkan bayangan samar orang tuanya.

[Ayah, Ibu… aku akan segera menyusul kalian.]

Ramez mulai menutup matanya secara perlahan. Ia pasrah. Sudah tidak ada harapan lagi.

Namun sebelum tubuhnya menghantam tanah, sebuah tangan kuat menangkapnya.

"Eits, untung aku tidak terlambat."

Suara itu… terdengar familiar.

Dengan sisa tenaga, Ramez membuka matanya yang kabur. Sosok yang memegangnya tampak samar, tetapi ia mengenali siluet itu.

"Tenzo…? Bukankah tadi kau sudah terkena serangan telak…?"

Tenzo hanya tersenyum tipis. "Kau tidak perlu berbicara banyak. Sekarang fokuslah pada pemulihanmu."

Ia menepuk bahu Ramez pelan. "Oh, ya. Kerja bagus. Kau berani melawan musuh yang jauh lebih kuat darimu… dan tetap berpegang teguh pada pendirianmu. Kamu telah berjuang dengan baik. Sekarang, biarkan aku yang menangani ini. Kuharap setelah ini, kau masih punya tujuan untuk hidup."

Tenzo dengan santai meletakkan Ramez di bawah salah satu pohon yang masih berdiri kokoh. Pandangannya sekilas menatap luka-luka di tubuh rekannya sebelum berbalik dan melangkah pergi, meninggalkannya di sana.

Di sisi lain, dari balik kabut yang perlahan menghilang, Diomas muncul. Tatapan matanya dipenuhi keterkejutan. Ia yakin serangannya telah menghantam Tenzo dengan telak, membuatnya terlempar jauh. Seharusnya… serangan itu cukup untuk membuatnya tak sadarkan diri.

"Oi, kau! Bagaimana bisa kau ada di sini?! Seharusnya kau sudah pingsan setelah aku menghantammu!" teriaknya lantang.

Tenzo, yang masih berjalan dengan langkah santai, berhenti sejenak. Ia menoleh dan menatap Diomas dengan ekspresi datar.

"Apakah itu bisa disebut serangan?"

"Aku emang berniat menerima seranganmu. Akan tetapi ternyata aku berekspektasi terlalu tinggi. Seranganmu itu terlalu lemah."

Mata Diomas membelalak. Kemarahannya meledak seketika.

"Maksudmu seranganku lemah?! Kau berani-beraninya meremehkan aku!"

Darahnya mendidih, dan tanpa berpikir panjang, ia mengerahkan kekuatannya. Aura hitam yang pekat mulai berkumpul di kedua tangannya, menciptakan sepasang cakar raksasa yang tampak seperti manifestasi dari kegelapan itu sendiri. Udara di sekitar mereka bergetar akibat tekanan energi yang dilepaskannya.

Diomas bersiap menyerang, tetapi tiba-tiba ia terhenti. Matanya menyipit, memperhatikan Tenzo yang kini merentangkan kedua tangannya.

Tenzo berdiri dalam posisi kuda-kuda, tangannya membentuk gerakan seolah-olah tengah menggenggam sebuah pedang—tetapi tak ada pedang di sana. Hanya jari telunjuknya yang teracung lurus, seakan menggantikan bilah senjata yang tak kasatmata.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" Diomas menggeram, kesal karena merasa dipermainkan. "Keluarkan pedangmu!"

Di pinggang Tenzo, sebuah pedang masih tersarung dengan rapi. Namun, ia tidak menggunakannya.

Tenzo hanya menyunggingkan senyum tipis, tawa ringannya berbaur dengan angin.

"Hahaha... Untuk menghadapi seseorang sepertimu, rasanya pedangku tak perlu repot-repot sampai keluar dari sarungnya."

Tatapan lawannya meredup, bukan karena marah, melainkan karena kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk disangkal.

"Ketahuilah," suaranya lirih namun tajam, "ditempat asalku, derajat terendah dari seorang pejuang bukanlah ketika ia kalah, melainkan saat lawannya bahkan enggan menghunus pedang—sebab jurang di antara mereka terlalu lebar untuk dijembatani."

Wajah Diomas memerah karena amarah yang meluap-luap. "Kau… berani meremehkanku?! Aku akan membuatmu menyesali kata-katamu!"

Diomas melesat dengan kecepatan yang luar biasa. Hembusan angin kuat tercipta di belakangnya, mencabut akar-akar pohon dan menghancurkan tanah yang ia pijak. Dalam hitungan detik, ia telah berada tepat di depan Tenzo.

Namun, Tenzo tetap diam.

Tak ada perubahan di wajahnya, tak ada ketegangan di tubuhnya. Ia hanya berdiri di tempat, tak menunjukkan niat untuk menghindar.

Diomas menyeringai dalam hati. [Hehe, apakah dia begitu ketakutan sampai tak bisa bergerak? Yah, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!]

[Semua bualanmu, semuanya hanya akan menjadi sia-sia!]

Ia mengayunkan cakarnya dari dua sisi sekaligus, menciptakan serangan penjepit yang mustahil untuk dihindari.

Namun, sebelum cakarnya bisa menyentuh tubuh Tenzo…

CRAACK!

Aura cakar hitam itu pecah seketika, seperti kaca yang dihantam palu.

Mata Diomas melebar. Ia merasakan sesuatu yang tajam melukai kedua tangannya. Darah memancar dari luka yang menganga di kulitnya.

"A-Apa?!"

Di kejauhan, Ramez yang menyaksikan kejadian itu dari bawah pohon juga membelalakkan mata.

[Bagaimana bisa dia menghancurkan cakar Diomas tanpa menyentuhnya?!]

Tenzo akhirnya bergerak. Dengan gerakan yang nyaris tanpa suara, ia mengangkat tangannya perlahan, seolah-olah tengah menghunus pedang tak kasatmata.

Hanya matanya yang mampu menangkap wujud senjata itu, pedang yang tak tersentuh dunia ini. Dalam satu ayunan sederhana, cakar raksasa ciptaan Diomas luruh tanpa jejak, hancur lebur menjadi serpihan kecil lalu menghilang.

Namun, itu belum selesai. Tanpa memberi jeda, Tenzo kembali mengangkat tangannya, seakan menegakkan pedang yang hanya ia sendiri yang dapat rasakan. Ujung mata pedangnya mengarah ke langit, seolah menantang semesta.

Saat gerakannya mencapai puncak, dengan kelembutan yang bertentangan dengan kedahsyatannya, ia mengayunkan tangannya ke bawah—sebuah tebasan sunyi yang mengoyak kenyataan.

Saat itu, sebuah hembusan angin muncul.

Tak terlihat. Tak bersuara.

Namun, dengan dampaknya mengerikan.

"The Gentle Breeze."

Satu ucapan yang lembut namun begitu dalam terucap sembari ayunan tangan yang seakan memegang sebuah senjata tak kasat mata.

Sebuah ucapan lirih namun sarat makna mengalun bersamaan dengan ayunan tangan Tenzo, seakan menggenggam senjata yang tak kasatmata—senjata yang tak perlu dilihat untuk membuat dunia tunduk.

Dalam sekejap, angin yang tak berbentuk melesat, menembus tubuh Diomas. Dampaknya begitu dahsyat, tak hanya merobek udara, tetapi juga menciptakan gelombang kejut yang menyapu segala yang ada di jalurnya.

Bahkan langit pun tak luput dari pengaruhnya. Awan-awan yang menggumpal terbelah, tersingkap menjadi dua sisi yang membingkai jalur biru yang luas—sebuah celah di langit, saksi bisu dari kekuatan yang tak terlukiskan.

Ramez terperanjat. Ia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saja.

[Langitnya terbelah ....]

Sementara itu, tubuh Diomas terhuyung. Darah menetes dari luka yang tak terlihat penyebabnya. Matanya membelalak kosong, tak mampu memahami apa yang baru saja terjadi padanya. Sesaat kemudian, tubuhnya melemah, kembali ke wujud normalnya sebelum akhirnya roboh ke tanah.

Pertarungan telah berakhir.

Tenzo, tanpa pedang, tanpa usaha yang terlihat berarti, telah mengalahkan Diomas dalam satu serangan.

Ramez menatapnya, teringat kembali dengan pembicaraan mereka di penginapan—tentang kekuatan Tenzo yang terdengar seperti bualan. Namun, kini ia melihatnya sendiri.

Dia… benar-benar seperti pahlawan dalam legenda.

1
F~~
Kayaknya aku punya firasat soal Zerath ini
F~~
hahahaha, masih ada neraka lain menunggu. Kasian banget nasibmu Ramez
angin kelana
bagus thorr,lanjutkan..
Reza Orien
cihuyyy
F~~
Pelatihannya tidak main main
F~~
Oke Thor gkpp, yang penting rajin update aja
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: sip, tenang aja bakalan rajin kalau kagak ada halangan. stok bab masih banyak
total 1 replies
angin kelana
siaaaap yg penting rutin update thorrr...
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: oke akan diusahakan ritun soalnya sudah punya stok sampai bulan depan, doakan agar tidak terputus-putus 🙏 updatenya.
total 1 replies
angin kelana
satu tebasan..
angin kelana
lanjutkan duelnya...
F~~
lanjutkan
F~~
sheshhh sasuga Tenzo
F~~
Nooo Ramezzz
Kyurles Suga
Jejak
Kyurles Suga
menikmati
Ora Ora
.
F~~
Nah, sudah saya kira, rupanya emang si Diomas. Tapi mantap sekali update langsung 3 bab sekaligus. Bagus Thor pertahanin udpet beginian.
F~~
Ah, aku dah tebak siapa ini. pasti ... bacaselengkapnya
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: husst, sebaiknya tidak usah diberitahu
total 1 replies
F~~
laki laki kalau sudah berbincang semalaman pasti bakal kemana mana tuh tema pembicaraannya
F~~
Gas lanjut thor
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Oke sebentar lagi bakalan update bab baru
total 1 replies
angin kelana
lanjuuut
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Okeee sebentar lagi bakalan update, ditunggu yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!