Seorang laki-laki berumur 15 tahun yang Ingin membalas kan dendam nya kepada para iblis yang telah membunuh kedua orang tua nya, namun ia tidak memiliki kekuatan atau pun sihir yang dapat membinasakan para iblis, namun semua itu berubah karna kehadiran kakek kakek misterius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irvan Al-Lana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Perpisahan
"aku akan menyiapkan barang-barangku terlebih dahulu" Ucap Radit masuk ke dalam rumah meninggalkan Kakek Shin sendirian di halaman depan rumah kakek Shin tempat mereka latihan.
kakek Shin duduk terdiam di lapangan memandangi langit yang cerah di hiasi bintang-bintang, kemudian kakek Shin melihat ke arah tempat mereka berdua sparing dulu, ia menjadi nostalgia membayangkan hari pertama kali Radit latihan, pertama kali mereka sparing yang mengakibatkan Radit babak belur, bahkan hampir mati karna sparing yang luar biasa itu, bayangan nya terus berlanjut sampai kepada masa mereka sparing untuk yang kedua kalinya, yang berakhir seri, entah itu seri atau Radit dan kakek Shin yang tidak serius dalam bertarung, ya wajarlah mereka tidak tega melukai satu sama lainnya.
setelah selesai mengemasi pakaian dan barang-barangnya, Radit keluar dari rumah kakek Shin menghampiri Kakek yang sedang duduk di halaman depan rumah, Dia duduk di sebelahnya, duduk diam tanpa berbicara sepatah katapun.
"tidak terasa sudah 5 tahun kau berlatih disini, rasanya seperti baru saja aku melatih tubuhmu, mengajarimu taijutsu dan cara menggunakan Mana" Ucap kakek Shin dengan nada suara yang sedih, wajarlah karna murid kesayangannya akan pergi meninggalkannya, untuk menjadi lebih kuat.
"waktu memang cepat berlalu kek, tidak terasa ya ternyata sudah 5 tahun saja" Ucap Radit.
"maafkan aku Nak, aku hanya bisa mengajarimu Taijutsu, aku tidak bisa mengajarimu cara mengumpulkan Mana dan mengeluarkan nya menjadi gelombang energi, aku tidak bisa mengajarimu cara memanipulasi mana menjadi sihir, aku hanya mahir dalam pertarungan jarak dekat yang mengandalkan fisik" Ucap kakek Shin dengan nada yang lebih sedih dari sebelumnya.
"apa yang kakek bicarakan? mengapa kakek minta maaf?, kakek tidak perlu minta maaf, aku seharusnya yang sangat berterimakasih kepadamu kek, berkat kakek, aku jadi punya tujuan hidup lagi, kakek juga yang menyelamatkanku dari kematian, kakek juga yang terus menyemangatiku yang tidak menyerah melatihku, dari aku yang dulu hanyalah seseorang yang lemah, sampai menjadi diriku yang sekarang, tanpa kakek aku rasa aku hanyalah seorang pecundang, itulah sebabnya aku sangat berterimakasih kepadamu kek, kakek lah orang terhebat yang pernah aku temui, aku sangat bersyukur karna bisa menjadi muridmu kek" ucap Radit dengan senyumnya yang tulus.
Kakek Shin sudah tidak kuat membendung air matanya, ia akhirnya menangis tersedu-sedu, air matanya berlinang membasahi pipinya.
"huaaa...., kau anak yang baik Radit, aku juga bersyukur memiliki murid sepertimu" Ucap kakek Shin yang kemudian memeluk erat Radit.
"aku menyayangimu kek, kau orang terbaik yang pernah menjadi bagian dalam hidupku"
Ucap Radit sambil mengelus Kakeknya itu, Kakek Shin memang bukan kakek kandung Radit, namun dia sudah menganggap Kakek Shin sebagai keluarga kandungnya, Radit tidak pernah memiliki keluarga yang menyayanginya, itu sebabnya mengapa dia sangat menyayangi kakek Shin.
"aku juga menyayangimu Nak, aku juga sangat bahagia memiliki murid sepertimu" ucap kakek Shin yang masih terus mengeluarkan air mata, air mata yang bercampur antara bahagia dan juga sedih karna murid kesayangannya akan pergi meninggalkannya.
"barang-barang dan pakaianmu sudah di kemas semua?" Tanya Kakek Shin setelah melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
"sudah kek, aku akan berangkat besok pagi" Ujar Radit.
"semoga perjalananmu besok baik-baik saja, tanpa kendala apapun" Ucap Kakek Shin.
"hehe..., tenang saja kakek, tidak perlu khawatir, aku sudah sangat kuat sekarang" Ucap Radit dengan wajah Sumringahnya.
"hahaha..., ya benar, kau sudah sangat kuat, berbeda dengan dirimu yang sebelumnya" Ucap kakek Shin sedikit tertawa kecil.
"hihihi...., dengan latihan yang gak ngotak seperti itu, tidak mungkin aku masih lembek seperti dulu, bahkan sepertinya aku sudah bisa mengalahkan raja iblis, hahaha" Ucap Radit dengan tertawa sombongnya.
"jangan besar kepala dulu, dengan kekuatanmu yang sekarang aku tidak yakin kau bisa membunuh sang raja Iblis" Ucap kakek Shin.
"hehehe...., aku hanya bercanda kek, ya kali membunuh raja iblis hanya menggunakan kekuatan fisik doang, yang ada malah aku yang mati di bunuh Si raja Iblis" Ujar Radit tertawa kecil.
"baguslah jika kau sadar diri, jangan terlalu naif jadi manusia, kenaifan itu bisa membunuhmu kapan saja" Ujar kakek Shin.
mendengar kata naif yang di ucapkan oleh kakek Shin, Radit jadi teringat ucapan Sang Dewi penjaga alam, Aqila. Dia berkata bahwa kebanyakan manusia pilihan Tuhan sebelum dirinya kebanyakan mati karna sifat Naifnya.
"sepertinya aku harus berhati-hati dalam mengambil keputusan, aku tidak boleh bersikap naif" Ujar Radit dalam hatinya.
"untung lah kau tidak memakai kacamata" Ujar kakek Shin tiba-tiba.
"hah? kacamata?, memangnya kenapa dengan kacamata?" Tanya Radit bingung.
"biasanya karakter utama di sebuah cerita kalau dia pake kacamata selalu naif dan blo'on" Ujar kakek Shin.
"kakek ini kebanyakan nonton film" Ujar Radit dengan wajah datarnya.
"aku ingin memberikanmu sesuatu, pusakaku yang sangat berharga" Ucap kakek Shin.
kemudian ia mengeluarkan sebuah Benda panjang yang terbungkus kain berwarna merah maron, ia membuka bungkusnya dan mengeluarkan isinya, ternyata isinya adalah sebuah pedang yang memiliki sarung berwarna hitam.
"ini adalah pedang pusaka yang turun temurun di berikan oleh keluargaku, nama pedang ini adalah Golden meteor sword, pedang ini terbuat dari meteor emas yang jatuh ke bumi berjuta-juta tahun yang lalu, kerasnya bukan main, leluhur ku menempanya dengan ilmu sihir, sehingga tercipta lah pedang ini, dan sekarang pedang ini akan ku turunkan kepadamu" Ucap kakek Shin menyerahkan pedang itu kepada Radit, namun Radit ragu untuk mengambilnya.
"tidak kek, aku... aku..., aku tidak bisa menerimanya, itu adalah pusaka warisan turun temurun dari keluargamu, sementara aku tidak punya hubungan darah denganmu" ucap Radit menolak pemberian kakek Shin.
"keluarga itu tercipta karna adanya cinta dan kasih sayang tanpa harus ada yang namanya ikatan hubungan darah, kau sudah ku anggap seperti cucu kandungku Radit, aku juga sudah tidak punya siapa-siapa lagi, kau lah satu-satunya keluargaku, maka dari itu kumohon terimalah pedang ini, alirkan darah Raja Iblis kepada pedang ini, karna untuk itulah pedang ini di buat" Ucap kakek Shin kembali memberikan pedang itu kepada Radit.
"baiklah jika kakek memaksa akan kuterima dengan senang hati" Ujar Radit yang kemudian menerima pedang pemberian kakek Shin itu.
Ketika Radit mencabut pedangnya, pedang itu seketika bercahaya, memancarkan cahaya berwarna emas, membuat Radit terkagum-kagum dengan keindahan cahayanya.
"sepertinya pedang itu bahagia karna telah mempunyai pemilik yang hebat" Ucap kakek Shin.
"yaahh...., aku juga senang mempunyai pedang seindah ini" Ucap Radit dengan senyum semangatnya.
Malam pun berlalu, Matahari naik ke permukaan, menandakan pagi sudah datang, Radit pun sudah bersiap-siap akan berangkat ke Gunung Onmiyoji, yang berada jauh dari rumah kakek Shin, untuk belajar ilmu sihir dengan seorang penyihir yang ada di sana, sebelum berangkat Radit berpamitan terlebih dahulu kepada Kakek Shin.
"Aku berangkat dulu ya kek" Ujar Radit.
"Sudah semua?, tidak ada yang ketinggalan?" Tanya Kakek Shin.
"sudah semuanya, oh iya sebelum aku berangkat aku mau minta maaf, mungkin selama aku latihan ada kata-kataku ataupun perbuatanku yang mungkin membuat kakek marah dan kesal, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya" Ujar Radit sambil mencium tangan gurunya itu.
"tidak masalah, sebelum kau minta maaf sudah pasti ku maafkan" Ucap kakek Shin sambil mengusap kepala murid kesayangannya itu.
"baiklah, aku berangkat!" Ucap Radit berjalan perlahan menjauh dari kakek Shin.
"hati-hati di jalan" Ucap kakek Shin sambil melambaikan tangan kanannya.
"dadah kakek semoga kita bertemu lagi" teriak Radit yang sudah semakin jauh dari kakek Shin.
Masih terus melambaikan tangannya, Kakek Shin tersenyum bahagia sambil meneteskan air matanya, melihat murid satu-satunya yang paling ia sayangi itu pergi meninggalkannya, ya setiap pertemuan pasti ada perpisahan. begitulah kata pepatah, namun perjalanan dan latihan Radit belum sampai di situ, akankah ia berhasil menguasai sihir?.
To Be Continued.