Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkataan Pedas Soal Janda
Dito nampak menatap ke arah sang mama dengan tatapan yang sulit diartikan dan Dito tahu bahwa ini adalah pertanda bahwa sang mama yang sepertinya keberatan jika ia jatuh cinta pada seorang janda.
"Apakah Mama gak setuju dengan apa yang aku katakan?"
"Sejujurnya Mama memang keberatan, Mama yakin di luar sana banyak wanita yang masih perawan dan bisa kamu jadikan istri."
"Memang di luar sana banyak yang masih perawan namun apakah aku mencintai mereka?"
"Cinta itu kan bisa tumbuh seiring waktu."
"Sudahlah, aku tahu hidupku, Ma. Jadi tolong jangan usik lagi."
Dito memutuskan untuk menghentikan semua percakapan dengan Luluk karena semuanya berujung dengan perdebatan. Ia tahu betul bagaimana sikap sang mama kalau sudah mengomel dan mempertahankan argumen mengenai sesuatu yang dianggap benar.
"Mama sudah ada calon untuk kamu dan Mama yakin kamu pasti akan langsung suka sama dia."
"Maaf Ma, tapi aku nggak tertarik."
Dito langsung pergi meninggalkan Luluk begitu saja dan tentu membuat sang mama menghela napas panjang. Ia paham betul bagaimana keras kepalanya anak itu namun tentu saja Luluk tidak akan berhenti berjuang untuk membuat Dito bisa melupakan janda yang sudah membuatnya seperti ini.
"Aku sampai nggak habis pikir sama dia, bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta sama seorang janda? Ini jelas nggak bisa dibiarkan."
Luluk kemudian meraih ponselnya dan kemudian membicarakan sesuatu dengan seseorang dengan ponselnya. Ekspresinya sangar serius dan kemudian ia menutup sambungan teleponnya.
"Kita lihat saja nanti, aku akan tahu seperti apa wanita yang sudah membuat anakku jadi seperti ini."
****
Luluk tidak butuh waktu yang lama untuk tahu wanita yang menjadi incaran anaknya dan rupanya memang benar Mutia adalah seorang janda dan yang lebih membuat Luluk kesal dan makin tak setuju rupanya Mutia usianya sudah 38 tahun dan punya dua anak perempuan yang sudah menginjak remaja. Tentu saja ia tak akan pernah setuju kalau begini, ia mendatangi rumah kontrakan Mutia dan Mutia membukakan pintu untuk Luluk.
"Maaf Bu, anda cari siapa?"
"Kamu yang namanya Mutia?"
"Iya, nama saya Mutia. Maaf, apakah kita sebelumnya sudah pernah bertemu?"
"Belum, kita belum pernah bertemu sebelumnya namun ada hal yang perlu saya bicarakan sama kamu."
Mendengar nada bicara Luluk yang tegas dan wajah yang kurang ramah membuat Mutia agak takut, ia yakin bahwa wanita asing ini akan membicarakan hal yang menyakitkan dengannya namun ia merasa tak pernah membuat wanita ini kesal sebelumnya bahkan bertemu saja baru hari ini.
"Jadi ada apa, Bu?"
"Kamu tahu anak saya yang namanya Dito?"
Mutia nampak menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Luluk mengatakan Dito adalah anaknya dan sebagai seorang ibu maka Luluk dengan sangat tegas melarang anaknya untuk berhubungan dengan seorang janda seperti Mutia.
"Kamu ini sudah janda punya dua anak, nggak usah kegatelan sama anak saya."
Ucapan pedas dan menohok dari Luluk membuat hati Mutia begitu sakit, ia tak menyangka akan mendapatkan perkataan begini dari Luluk namun ia berusaha tegar menghadapi semua ini.
"Maaf sebelumnya, Bu. Tapi saya juga gak ada niatan untuk serius dengan hubungan ini. Saya nggak ada niat untuk menikah lagi. Yang terpenting adalah anak-anak."
"Memang seharusnya begitu. Kalau kamu mau menikah lagi akan jauh lebih baik kamu menikah sama orang yang sudah lebih tua dari kamu!"
****
Lestari nampak senyum-senyum sendiri saat membayangkan ia akan sebentar lagi akan menjadi istri dari Zulfikar, rasanya sudah tidak sabar menunggu mereka sah menjadi pasangan suami-istri. Nampak Sumarni, ibu dari Lestari masuk ke dalam kamar Lestari dan melihat putrinya yang sejak tadi tidak henti-hentinya tersenyum bahagia.
"Sepertinya kamu bahagia sekali saat ini."
"Tentu saja, gimana aku gak bahagia? Sebentar lagi aku akan menikah sama pria yang sangat aku cintai."
Sumarni nampak menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Lestari barusan, ia kemudian memeluk Lestari dan mengatakan bahwa ia harap pernikahan kali ini tidak akan gagal seperti pernikahan yang terdahulu.
"Ibu hanya pesan kamu jaga baik-baik pernikahan kedua kamu ini. Jangan sampai kamu gagal lagi dalam berumah tangga seperti dulu."
"Ibu tenang saja, aku yakin sekali kalau rumah tanggaku kali ini akan berjalan dengan mulus dan gak akan ada perceraian kecuali salah satu di antara kami sudah meninggal dunia."
Sumarni menganggukan kepalanya, ia nampak menangis haru karena tak lama lagi putrinya akan kembali menjalani kehidupan rumah tangga setelah sebelumnya gagal. Doanya selalu menyertai dalam setiap langkah putrinya dan ia harap ini akan menjadi pernikahan terakhir dan menemukan bahagia.
****
Dito melihat sang mama baru saja pulang ke rumah dan matanya langsung memicing curiga pada sang mama. Ia yakin sekali bahwa sang mama baru saja melakukan hal yang buruk di luar sana.
"Mama habis dari mana?"
"Habis menemui teman arisan Mama."
Dito kemudian tak mengatakan apa pun pada sang mama, Luluk kemudian mengatakan pada Dito bahwa ia akan memperkenalkan wanita pilihannya pada Dito. Dito yang mendengar itu sontak saja terkejut dan tak mau kalau sang mama sampai ikut campur lebih dalam soal kehidupan pribadinya.
"Kenapa Mama jadi malah membahas soal ini?"
"Karena Mama ingin kamu tahu."
"Apakah barusan Mama baru saja menemui Mutia?"
"Iya, Mama baru saja menemui Mutia dan Mama bicara soal pantas atau tidaknya seorang janda mendekati seorang pemuda yang tampan dan kaya raya seperti kamu."
Mendengar jawaban Luluk membuat Dito kesal bukan main, ia mengatakan pada sang mama harusnya tidak sampai melakukan hal tersebut namun Luluk mengatakan bahwa ini adalah keputusan mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.
"Apa lebihnya janda itu? Apakah kamu sudah gak waras dan kena guna-guna sampai ngotot sekali ingin melamarnya?!" bentak Luluk.
"Ma, tolong jangan bicara sembarangan. Aku ini nggak kena guna-guna," bantah Dito.
****
Dito merasa kesal dengan sikap Luluk yang sangat ngotot sekali ingin menjodohkannya dengan wanita pilihannya padahal ia sendiri sudah punya pilihan sendiri. Dito keesokan harinya menemui Mutia di rumah kontrakannya, ia sudah sampai depan rumah kontrakan namun belum juga melangkah turun dari dalam mobilnya dan masih saja mengamati keadaan sekitar.
"Aku harus menemui dia."
Dito hendak membuka pintu mobil ketika ponselnya berdering menandakan ada sebuah pesan masuk yang rupanya dari Luluk. Luluk mengatakan bahwa saat ini ia sudah menunggu Dito di sebuah cafe dan mereka akan bertemu dengan wanita pilihan sang mama. Luluk mengatakan bahwa ia tidak menerima penolakan dan ia dengan tegas ingin supaya Dito datang dan tidak mencari alasan.
"Mama tahu kamu sedang di rumah janda itu, cepat datang ke sini."