Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 05
Haaah
Bagus membuang nafasnya kasar. Sebenarnya tidak hanya sekali dia melihat pipi Raina merah. Namun dja tidak ada hak untuk bertanya tentang apa yang dialami oleh pengasuh putranya itu. Karena itu sudah ranah masalah pribadi.
Sebenarnya pun Bagus tidak tega membiarkan Raina tinggal di luar. Akan tetapi Bagus juga tidak mau menambah masalah dari Raina. Jika dia menolong dengan membiarkan Raina tinggal, maka pasti akan timbul masalah lain lagi.
" Lho Sus Ai, katanya Sus Ai libul. Tapi nda apa sih, aku senen Sus Ai disini."
" Iya, Sus pengen masuk aja. Kangen sama Chan."
Bocah 4 tahun itu tersenyum senang. Pada dasarnya dia selalu senang kalau ada Raina bersamanya.
" Sus, pipi Sus Ai melah ladi. Sus juda kayaknya abis nannis ya. Kenapa? Sus sakit? Apa ada yan nakalin Sus?"
" Nggak sayang, nggak apa. Tadi mata Sus kelilipan pas naik motor. Jadi merah matanya."
Chan menelengkan kepalanya, menelisik wajah pengasuhnya itu. Tatapan mata bocah itu seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Raina.
" Sus, kalau ada yang nakal sama Sus Ai, bilan ke Yayah aja. Bial nanti Yayah yang malahin. Janan sedih ya Sus, Chan sayan sama Sus."
Greb
Chan memeluk Raina dengan erat. Awalnya dia masih biasa saja namun pelukan dari bocah 4 tahun itu membuat Raina tidak lagi membendung tangisnya. Ia semakin terisak saat Chan menepuk punggungnya.
" Janan nanis, janan sedih ya Sus. Chan di sini sama Sus."
" Makasih sayang, makasih. Hiks."
Raina benar-benar menangis tersedu di depan Chan. Dan lagi-lagi Bagus melihat serta mendengar suara tangis Raina. Dari betapa pilunya suara tangis wanita itu, Bagus bisa tahu bahwa saat ini Raina tengah mengalami rasa sakit di hatinya. Sakit, lelah dan dan seperti putus asa.
Namun lagi-lagi Bagus tidak mau berpikir banyak. Dia menyadari betul bahwa dirinya adalah orang lain.
" Semoga urusannya cepat selesai, Aamin."
Bagus menuju ke ruang kerjanya. Ia kembali mengerjakan pekerjaan hari ini. Niatnya ia ingin sejenak berlibur, namun tidak jadi karena Raina ternyata datang.
Bagus Dwi Angga, dia bukan berasal dari keluarga kaya. Bagus berasal dari keluarga sederhana. Dia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Namun sekarang bagus menduduki posisi presiden direktur dari sebuah perusaan travel and tour umroh dan haji yakni ARJ Tour and Travel.
Perusahaan tersebut sebenarnya adalah salah satu perusahaan milik kakak iparnya. Tapi bukan berarti Bagus bisa diposisi itu karena sepenuhnya berasal dari sang kakak ipar. Bagus melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia adalah pekerja keras dan juga terus bisa berkembang sehingga oleh sang kakak ipar diberikan posisi dan wewenang untuk memimpin salah satu cabang perusahaannya.
Drtzzzz
" Gus, katanya kamu nggak datang hari ini?"
" Iya Bang, maaf ya aku lupa ngabarin Abang. Semalem ada lemburan, jadi aku minta pengasuh Chan sampe malam di sini dan baru pulang tadi pagi. Jadi aku liburin dia sehari ini."
" Owalah gitu, ku pikir kamu kenapa-napa atau Chan yang sakit atau kenapa. Ya udah kalau gitu. Gus, kalau ada apa-apa kamu cerita sama Abang sama Mbak mu juga. Jangan dipendem dan dirasain sendiri. Kita keluarga, Gus."
Bagus bergeming, dia tahu kakak dan kakak iparnya itu sangat luar biasa baik. Namun dia tidak ingin merepotkan mereka. Menjadi single parents yang usia anaknya masih balita memang membuat Bagus sedikit kesulitan.
Meskipun begitu, dia tidak pernah mengeluh. Baik kepada kedua orang tuanya maupun kepada kakaknya. Semua Bagus nikmati sendiri. Dan dia sangat bersyukur saat menemukan Raina sebagai pengasuh Chan. Raina bisa sangat cocok dengan Chan dan menjadi pengasuh terlama dari putranya itu hingga saat ini.
" Gus?" panggil sang kakak ipar dari sebrang sana karena Bagus tiba-tiba diam.
" Iya Bang, Bang Juna sama Mbak Gendis nggak perlu khawatir. Aku beneran baik-baik saja Bang."
" Bener lho ya, ngomong kalau ada apa-apa tuh."
" Hahaha iya Bang. Buset deh, Abang beneran ketularan Mbak Gendis jadi bawel gini."
Pembicaraan mereka berjalan sedikit lama karena. Bukan membicarakan hal yang serius melainkan hanya basa-basi saja.
Bagus menghela nafasnya panjang. Bersyukur dia memiliki keluarga yang baik dan sayang padanya. Hanya saja sayangnya dia sendiri tidak bisa membentuk keluarga seperti itu.
Waktu bergulir dengan cepat, dari siang dan kini sudah sore saja. Sesuai dengan apa yang telah Bagus janjikan bahwa dia akan membantu Raina untuk mencari tempat kost.
Bagi Bagus tentu itu bukan hal yang sulit. Melalui asisten pribadinya dia sudah mendapatkan tempat kos yang bagus, aman dan pastinya nyaman.
" Nah di sini Sus, ini adalah tempat kos khusus wanita. Jadi kamu pasti lebih aman dan nyaman di sini."
" Terimakasih Pak, maaf saya jadi merepotkan. Sebelumnya maaf kalau tidak sopan, ini per bulannya berapa ya Pak dan pemilik kosnya rumahnya di mana. Saya harus ke sana dulu."
" Itu rumah pemilik kosnya. Nggak perlu, saya sudah membayar untuk kamu selama 3 bulan ke depan."
Ha?
Mulut Raina menganga, tekerjutkah dia? Iya pasti. Wanita itu sungguh merasa tidak enak sekali dengan majikannya itu.
" Tapi Pak sa~"
" Nggak masalah Sus. Aku nggak tau apa masalahmu. Dan aku juga nggak banyak bisa bantu. Yang aku bisa lakukan adalah cuma seperti ini saja. Semoga masalahmu cepat selesai. Dan kamu adalah pengasuh Chan yang paling lama dan paling Chan sukai, setidaknya aku harus buat kamu bertahan dengan waktu yang lama untuk Chan."
Ucapan Bagus yang disertai dengan senyuman membuat Raina merasa tenang dan lega. Ia lalu mengucapkan terimakasih.
Setelah Bagus pergi, Raina masuk ke dalam kamar karena kunci pun sudah ada di tangan. Sejenak dia bertanya, kapan ayah dari Chan itu menyiapkannya. Namun Raina menggelengkan kepala, bagi seroang Bagus tentu itu bukan hal yang sulit.
Bluk!
Raina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia melihat sekeliling kamar kosnya tersebut. Memang tidak besar namun cukup.
Kamar tersebut sudah memiliki kamar mandi di dalam, tempat tidur, lemari dan AC. Rasanya sungguh menyenangkan.
" Ternyata menerima bantuan dari orang lain, bukan hal yang buruk juga. Terimakasih orang baik."
Selama ini Raina memang jarang sekali menerima bantuan, atau bisa dibilang jarang ada orang yang membantunya. Jika bisa dia akan melakukan segalanya sendiri. Jadi ketika dia menerima bantuan dari Bagus, ada sesuatu di hatinya yang merasa senang.
Semua yang dihadapi akhir-akhir ini sungguh membuat dirinya merasa sangat lelah. Ketika di rumah suaminya, Raina bahkan tidak bisa tidur dengan tenang. Dan saat ini, dia benar-benar baru merasakan yang namanya tidur.
Meski apa yang terjadi nanti akan semakin membuatnya lelah, tapi yang terpenting sekarang dia mampu beristirahat.
" Nanti mari pikirkan nanti, Ai. Sekarang aku lagi nggak mau mikirin tentang apapun."
TBC