Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MURID BARU
💌 MUST GET MARRIED 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Hanna berjalan terburu-buru ingin mengembalikan payung itu. Namun, saat melihat Nara berjalan ke arahnya, reflek Hanna menyembunyikan payung itu dibalik tubuhnya. Bisa panjang ceritanya jika Nara tahu, bahwa payung itu dipinjamkan kepadanya. Nara akan melapor ke bibi.
Namun semua diluar dugaannya. Mata Hanna terbelalak kaget saat tangannya di tarik paksa oleh Nara.
"Apa yang kau lakukan Nara? Lepaskan aku!" Ucap Hanna. Semua mata melihat ke arah mereka dan saat mengetahui itu adalah Hanna dan Nara, mereka tak heran lagi. Hanna dan Nara seperti kucing dan tikus yang tidak bisa akur walaupun mereka saudara.
Nara sama sekali tidak menjawab. Ia terus membawa tangan Hanna ke aula sekolah dan mendorong Hanna hingga tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau sengaja tidak membangunkan aku kan?" Ucap Nara menatap tajam.
"Aku sudah membangunkan mu, tapi kau tidak mau bangun." Hanna membela diri.
"Jangan bohong!" Bentak Nara.
"Terserah kau mau percaya apa tidak. Aku ke sekolah untuk belajar, bukan untuk meributkan hal yang tidak penting."
"Kau...?" Nara maju dan ingin mengetuk kepala Hanna dengan buku tangannya yang terkepal. Namun, mata Nara tiba-tiba memicing melihat tangan Hanna bergerak memasukkan sesuatu ke dalam paper bag.
"Apa yang kau sembunyikan itu, Hanna?" Alis Nara menukik tajam melihat ke arah paper bag di tangan Hanna.
"Tidak ada apa-apa Nara, di dalamnya hanya ada buku tugas sekolah saja." Kata Hanna meninggalkan Nara di sana.
Sejujurnya ia sudah bosan berhadapan dengan Nara yang selalu ingin tahu apa yang dilakukannya. Semua urusan sekolah harus dengan izinnya. Jika tidak, dia akan melapor ke bibi. Tentu saja membuat Hanna sangat kesal. Kalau bisa Ia meminta jangan berurusan dengan wanita ini. Hanna langsung berjalan meninggalkan aula sekolah. Ia sedikit terburu-buru meninggalkan Nara dengan maksud ingin menemui lelaki bernama Albert itu.
"Tunggu!" cegah Nara memanggil Hanna yang sudah berada diluar aula sekolah.
Hanna menoleh dan melihat Nara menyusulnya. Hanna mengembuskan napas panjang. Ia menatap Nara tanpa ekspresi. Namun tidak dengan Nara, ia menatap kesal kepada Hanna yang meninggalkannya begitu saja. Nara nampak geram melihat Nara yang akhir-akhir ini mulai bertindak semaunya.
"Dasar gak ada sopan, beraninya kau pergi di saat aku masih bicara." Bentak Nara dengan suara nyaring. Hingga orang yang kebetulan lewat dari depan gedung aula menoleh kepada mereka termaksud itu Levi George yang ingin ke kantor guru. Ia diam bersembunyi di balik dinding dan terus memperhatikan dua wanita yang sedang adu mulut itu.
Hanna berdecak dan mencoba memberi pengertian kepada Nara. "Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin ke kelas. Sebentar lagi pelajaran sekolah akan dimulai, Nara. Aku tidak mau ribut denganmu. Kalau kau tidak suka. Aku minta maaf!" kata Hanna dengan nada lembut. Hanna berulang kali mengucapkan kata minta maaf yang tulus agar Nara mengizinkannya masuk ke kelas. Dia tahu seperti apa Nara.
Melihat hal itu, Nara tersenyum penuh kemenangan. "Sekarang serahkan yang kau simpan di dalam paper bag itu?" Pinta Nara dengan tangan mengulur agar Hanna menyerahkan sesuatu yang di simpannya itu.
Kening Hanna berkerut. Ia terlihat gusar. Jika sampai payung ini sampai ke tangan Nara bisa panjang ceritanya. Nara tidak akan segan-segan merusak jika itu bukan miliknya. Apalagi payung ini dari seorang seorang lelaki.
"Ayo, tunggu apa lagi! serahkan sekarang!" kata Nara dengan tegas. Wajahnya terlihat serius di sana. Ia mencoba mendekat.
"Jangan Nara, di sini tidak ada apa-apa." Hanna berusaha meyakinkan Nara.
Dengan tidak sabaran, Nara merampas paper bag yang di pegang Hanna dengan paksa. Namun Hanna dengan kuat mempertahankan pegangannya. Sampai membuat Nara terjatuh dan membuat rok dan bajunya kotor karena terkena air hujan. Dengan tatapan emosi, ia bangkit dan mendorong Hanna kembali. Levi yang masih bersembunyi di balik dinding tersenyum melihat pemandangan itu. Ia tidak melakukan apapun. Levi tidak mau ikut campur dengan urusan dua wanita itu.
"Dasar sampah rendahan, lihat apa yang kau lakukan, mati saja kau!" Teriak Nara histeris.
Hanna merintih kesakitan, bokongnya terasa sakit. Ia menatap Nara dengan tajam. Melihat tatapan Hanna membuat Nara tersulut emosi. Nara langsung mencengkeram pundak Hanna dan mendorongnya kembali. Mereka menjadi tontonan. Beberapa orang mendekati mereka, dan melihat pertunjukan yang dirasa sayang untuk dilewatkan.
"Dasar anak miskin. Taunya menyusahkan saja. Kau seharusnya sadar, saat ibumu meninggal harusnya kau ikut bersama dia. Bukan menjadi benalu dan taunya hanya menyusahkan ibuku saja. Mati saja kau!"
Deg!
Saat mendengar kalimat itu, Levi mengepalkan tangannya dengan erat. Jika ada seseorang yang membawa-bawa kematian, hatinya tidak terima. Levi ingin keluar dari persembunyiannya. Namun, ia urung melakukannya saat melihat seorang guru datang untuk mengamankan mereka. Dahi Levi mengernyit saat mengenali salah satu wanita yang sedang ribut itu.
"Bukankah wanita itu yang ditemuinya di jalan?" batinnya.
"Sekarang, kalian berdua ikut aku!" perintah lelaki bertubuh gempal kepada mereka berdua.
"Baik pak," Ucap Hanna dengan suara terendahnya. Sementara Nara hanya diam dengan wajah mengerucut, tak terima guru ikut membawanya ke ruang guru
Hanna begitu malu, Ia berjalan lebih dulu mengikuti guru fisika. Guru fisika itu adalah pak Bram. Dia seorang guru yang sangat disiplin. Ia tak pernah sedikit pun mentoleransi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh murid-muridnya. Bahkan setiap hukuman yang diberikannya, sama rata antara laki-laki dan perempuan. Ia tak mau dianggap diskriminasi dalam mendidik para muridnya. Hanna dan Nara diberi hukuman membersihkan kamar mandi dan seluruh kelas. Mereka menjalankan hukuman setelah pelajaran sekolah selesai.
🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Kelas Hanna sangat berisik, dipenuhi dengan suara candaan para murid. Salah satu teman Hanna tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan berteriak
"Murid baru kita sudah datang." Seisi kelas refleks terdiam dan kembali ke kursi masing-masing.
Masuklah seorang pria paruh baya diikuti dengan Levi di sampingnya dan bersamaan itu mata Hanna terbelalak saat melihat seorang lelaki berdiri di depan kelas. Dia tidak lain adalah pria yang ditemuinya di jalan. Pria yang keras kepala dan tidak mau minta maaf atas kesalahannya.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa guru kepada murid-muridnya
"Selamat pagi pak!" Jawab mereka serentak.
"Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu." kata pak guru.
"Perkenalkan nama saya Levi George. Saya pindahan dari Jerman." kata murid Levi dengan wajah tanpa ekspresi di depan kelas. Mendengar kata Jerman. Sontak membuat anak-anak heboh.
"Baiklah. Kamu bisa duduk di dekat Nara." kata pak guru.
Levi pun melangkah menuju kursi kosong di samping Nara dan tepatnya di deretan bangku Hanna.
Tanpa diminta, Nara memperkenalkan dirinya. "Hai, namaku Nara, salam kenal untukmu." sapa Nara tersenyum sambil mengerlingkan salah satu matanya.
Lisa sahabat Hanna memberi isyarat kepada Hanna saat melihat Nara. Hanna tidak merespon isyarat yang diberikan Lisa. Ia hanya fokus menatap buku yang ada si atas mejanya. Pelajaran pun di mulai. Levi memperhatikan Hanna diam-diam yang tampak serius mengerjakan soal yang diberikan sang guru.
.
.
BERSAMBUNG
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
suatu keberuntungan buat aku dah 😆