Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda berbakat bernama Palette. Ia terlahir sebagai pelukis yang luar biasa. Kemampuan istimewanya menyeretnya masuk ke dalam masalah hidup yang jauh lebih pelik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Objek yang Harus Dilukis
Selanjutnya Kolonel Shot mengajak Jack pergi meninggalkan ruangannya.
Jack mengikuti Kolonel Shot ke sebuah ruangan tersembunyi yang berada di bawah tanah.
Sesampainya di ruang bawah tanah yang hanya diterangi sebuah lampu tanpa adanya lubang untuk udara. Jack sudah ditunggu oleh teman-temannya yang sangat akrab dengannya.
Mereka adalah kanvas, kuas, palet, cat dan peralatan pendukung lainnya.
Itu adalah perlengkapan yang telah disiapkan untuk digunakan oleh Jack melukis.
“Apakah itu cukup Jack?”, Kolonel Shot memastikan.
“Ini lebih dari cukup Kolonel Shot”, jawab Jack.
Dan sesuai janji Kolonel Shot, di dalam ruangan rahasia itu juga terdapat tiga objek yang telah disiapkan. Jack harus melukis ketiga objek itu satu demi satu.
Selain Kolonel Shot dan Jack di dalam ruangan tersembunyi itu juga ada dua orang lainnya. Mereka juga merupakan anggota dari kesatuan militer yang sama. Tampak jelas dari pakaian dan atributnya.
Bahkan salah satu dari orang itu mempunyai jabatan dan pangkat yang lebih tinggi dari Kolonel Shot. Kolonel Shot memberikan hormat kepada orang itu setelah memasuki ruangan.
Jack pun enggan untuk menatap berlama-lama kedua sosok yang belum dikenalnya itu.
Mereka berdua hanya diam dan melihat. Sepertinya mereka terlebih dahulu datang untuk memastikan.
“Bisakah kita segera memulainya Jack?”, tanya Kolonel Shot.
“Ya Kolonel Shot, aku siap”, ucap Jack dengan yakin.
“Ini adalah sebuah tes Jack”,
“Jika kamu berhasil melakukannya maka kamu akan melangkah ke tahap berikutnya”,
“Dan jika kamu gagal Jack, kamu tidak perlu khawatir”,
“Kamu tetap bisa melanjutkan wajib militermu di sini atau jika ingin, kamu bisa pulang lebih awal ke rumah dan kembali bersama ibumu”,
“Mulai lah melukis Jack”, perintah Kolonel Shot.
OBJEK PERTAMA
Seekor tikus yang ditaruh di dalam kurungan.
Tikus ini mengingatkan Jack pada makhluk pertama yang ia bunuh dengan lukisannya. Tikus yang sekarang lebih kurus seperti kurang makan dan warnanya sama. Hitam.
Jack mulai menggambar dengan penuh ketelitian dan ketenangan.
Untuk ojbek yang ukurannya kecil ini Jack tidak perlu melukisnya. Ia cukup menggambarnya dengan memakai pensil.
Setelah gambar tikus itu jadi dan benar-benar mirip seperti aslinya. Jack langsung menambahkan tanda silang pada gambar tikus hitam yang baru saja diselesaikannya.
Hasilnya tikus di dalam kurungan itu langsung mati. Tidak bergerak sama sekali.
Pembuktian pada objek pertama berhasil.
OBJEK KEDUA
Jack melanjutkan melukis untuk objek atau model yang kedua.
Kali ini Jack diuji tidak hanya tentang keterampilannya dalam melukis. Tapi juga berkenaan dengan mental dan emosinya.
Jack harus melukis seekor anjing berjenis Labrador. Anjing itu adalah anjing militer yang sudah terlatih.
Sejak kedatangan Jack di ruangan itu. Anjing pintar dan lucu itu sudah duduk dengan tenang di sudut ruangan.
Anjing itu berukuran besar dan terlihat sangat kuat. Jack perlu melukisnya.
Dengan penuh ketelitian dan ketenangan Jack Palette mulai melukis.
Karena sudah terbiasa melukis dari sejak kecil dengan berbagai macam model, tidak lama berselang anjing Labrador yang sedang duduk manis itu sudah tertangkap di dalam kanvas Jack. Sama seperti wujud aslinya.
Kemudian Jack membuat tanda silang besar untuk anjing di dalam kanvasnya.
Anjing militer yang berada di sudut ruangan itu goyah dan jatuh. Lalu mati tak lagi bernyawa.
Pembuktian Jack pada objek kedua berhasil.
OBJEK KETIGA
Manusia.
Objek ketiga adalah seorang manusia.
Di dalam ruangan itu ada seseorang yang duduk terikat tangan dan kakinya di sebuah kursi. Begitu pun dengan mata dan mulutnya yang juga ditutup rapat-rapat.
Laki-laki itu adalah seorang mata-mata musuh yang tertangkap saat hendak melakukan tindak kericuhan di kota Potrait.
Mata-mata itu masih hidup dengan kondisi yang baik tanpa mengalami luka penyiksaan.
Jack Palette mulai melukis dengan penuh ketelitian dan ketenangan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama. Mata-mata musuh itu sekarang sudah terpenjara di dalam kanvas milik Jack.
Hasil karya coretan tangan Jack begitu sempurna. Lukisan Jack begitu mirip dengan objek aslinya.
Tanda silang ditambahkan sebagai sentuhan terakhir karya Palette.
Seketika laki-laki yang sudah tidak berdaya itu pergi menemui ajalnya. Mata-mata musuh itu mati.
Pembuktian pada objek ketiga berhasil.
*
Kolonel Shot dan dua kolega yang masih belum dikenal oleh Jack masing-masing dari mereka melakukan pemeriksaan kepada tiga objek yang sudah selesai dilukis oleh Jack Palette.
Ketiga petinggi militer itu sama-sama mengkonfirmasi. Bahwa objek yang sudah selesai dilukis oleh Jack ketiga-tiganya telah mati.
Jack berhasil membuktikan kekuatannya. Kemampuan istimewa yang hanya dimiliki oleh dirinya.
Dengan melukis Jack mampu untuk membunuh.
Salah seorang dari petinggi militer itu akhirnya memperkenalkan diri kepada Jack.
Orang yang punya jabatan dan pangkat lebih tinggi dari Kolonel Shot itu mendekati Jack dan mengajak berjabat tangan.
“Namaku Jenderal Voxx”,
“Selamat bergabung di dalam pasukan khusus prajurit Jack”,
“Kami bersyukur bisa memiliki talenta sepertimu”,
Jenderal Voxx memperkenalkan dirinya dan menyambut Jack yang telah resmi bergabung menjadi anggota pasukan khusus yang hanya terdiri dari sedikit orang dan rahasia.
“Aku yakin kamu sudah mengenal dengan baik Kolonel Shot”,
“Perkenalkan Kapten Bruce Thunderstorm”,
Jenderal Voxx memperkenalkan orang yang satu lagi. Dia adalah Kapten Bruce Thunderstorm. Seorang soldier yang sangat tangguh dan sudah teruji. Ahli dalam bertahan hidup di alam liar dan menyamar.
“Panggil saja aku Bruce”, kata Kapten Thunderstorm.
“Sebaiknya kalian berdua segera saling mengenal satu sama lain”,
“Kalian berdua akan berpartner”, tambah Jenderal Voxx.
“Sekali lagi selamat datang di dalam pasukan khusus prajurit Jack”, ucap Jenderal Voxx.