Terbangun dari koma, status Alisha telah berubah menjadi istri Rafael. Saat dia masih terbaring tidak sadarkan diri, ayahnya telah menikahkan Alisha dengan Rafael, laki-laki yang menabraknya hingga koma dan mengalami kelumpuhan.
Alisha tidak bisa menerima pernikahan itu, terlebih sikap Rafael sangatlah jauh dari kata suami idaman. Alisha terus memaksa Rafael untuk menceraikannya. Namun, Rafael dengan tegas menolaknya.
Mampukah Alisha bertahan? Atau Rafael menyerah dan menceraikan Alisha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceraikan Aku ~ Bab 3
Alisha sedang melamun di ruang perawatannya. Berhari-hari menangis dan Matanya yang sembab sudah membuktikan bagaimana perasaannya saat ini. Kehilangan sosok ayah yang selama ini merawat dan membesarkannya membuat Alisha kehilangan separuh napasnya. Bagaimana dia akan menjalani kehidupan setelah ini?
Tanpa Alisha sadari, seorang laki-laki melepaskan jas yang melekat di tubuh kekarnya lalu berjalan mendekati wanita yang menjadi istrinya itu.
“Kamu sudah sadar?” tanya Rafael dengan suara baritonnya.
Alisha terkejut mendengarnya, dia menoleh dan mendapati laki-laki tampan yang berdiri di ujung ranjang perawatannya.
“Anda siapa?” Alisha balik bertanya. Dia sama sekali tidak mengingat wajah laki-laki dengan hidung mancung dan alis mata tebal itu.
“Aku suamimu,” jawab Rafael singkat. Dia melihat jam di pergelangan tangannya, lalu bersedekap dada.
“Suami?" Mata Alisha membulat sempurna. Sosok Rafael jauh dari prediksinya selama ini. Beberapa hari setelah sadar dari koma, Alisha memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu. Yang dia bayangkan Rafael adalah laki-laki tua yang tidak laku menikah, sehingga dia memanfaatkan keadaan dengan menikahi wanita koma sepertinya.
“Ya, aku suamimu. Ayahmu sendiri yang menikahkan kita.” Rafael mengulurkan gawai yang layarnya menampilkan rekaman video saat mereka menikah.
“Benar, itu Ayah. Saat itu Ayah masih terlihat sehat, bagaimana bisa penyakit itu mengambil nyawa ayah tiga minggu usai menikahkan putrinya?”
Air bening kembali meluncur dari sudut mata Alisha. Napasnya tersengal mencoba menahan sesak di dada yang lagi-lagi hanya membuatnya menyesal. Jika saja dia bangun lebih cepat, pasti dia bisa berbicara pada ayahnya untuk terakhir kalinya.
Rafael terdiam menyaksikan istrinya yang menunduk sambil terisak. Tidak ada niatan sedikit pun untuk membantu menghapus air mata Alisha, atau mungkin memberikan pundaknya untuk gadis malang itu. Rafael menepis rasa kemanusiaannya karena meyakini, cintanya bukan untuk Alisha begitu pun sebaliknya.
Lama menunggu Alisha selesai menangis, Rafael tidak bisa tahan lagi, dia meraih tisu di meja dan meletakkan di depan istrinya itu. “Bersiaplah! Sebentar lagi kita akan pulang!”
Rafael melirik jam di tangannya. Sepertinya dia ada janji dengan seseorang yang membuatnya gelisah.
“Apa kita benar-benar akan menjalani kehidupan suami istri?” tanya Alisha setelah menghapus air matanya.
“Kamu adalah istriku di mata hukum dan pernikahan kita sah. Jangan banyak bertanya dan nikmati saja kehidupanmu sebagai Nyonya Rafael,” jawab Rafael perasaan.
Bagi Rafael, pernikahan ini hanyalah bentuk tanggung jawab dan hanya sebuah status saja. Dia tidak perlu meminta hak atau pun menjalankan kewajiban sebagai suami, selagi tanggung jawab itu terpenuhi.
Rafael meninggalkan ruangan Alisha tanpa peduli dengan perasaan wanita itu. Tidak lama setelahnya, datanglah dua orang perawat yang membantu Alisha untuk bersiap pulang.
Sepanjang perjalanan Alisha hanya diam mematung. Mobil yang membawa Alisha itu akhirnya memasuki pagar besi yang menjulang tinggi. Rumah mewah yang sangat luas itu akan menjadi tempat tinggal Alisha mulai detik ini. Beberapa pekerja sudah berbaris menyambut kedatangan nyonya mereka.
Alisha didorong dengan kursi roda oleh dua perawat khusus. Lalu, seorang kepala pelayan menunduk hormat diikuti para pekerja yang lain. “Selamat datang Nyonya. Kami berdoa semoga Nyonya lekas sehat,” ucap wanita tua yang menjadi kepala pelayan itu.
Alisha tersenyum kikuk. Seumur hidup dia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Hingga akhirnya, perawat khusus itu membawa Alisha ke kamarnya. Alisha menolak saat perawat akan membawanya berbaring di kasur, dia ingin duduk di depan jendela kamarnya yang menghadap langsung pada kolam ikan yang mengelilingi bangunan rumah.
“Aku harap kamu menyukai kamar ini. Kita tidak bisa tinggal satu kamar, jadi nikmatilah kamarmu sendiri!” Rafael tiba-tiba sudah memasuki kamar Alisha, sementara dua perawatnya sudah tidak ada di kamar itu.
“Kenapa Anda mau menikah dengan wanita koma?” tanya Alisha dengan tatapan kosong. Dia tidak berharap menjadi istri seorang Rafael yang sepertinya sangat kaya raya jika dilihat dari rumah megahnya. Akan tetapi, Alisha juga ingin tahu alasan Rafael menikahinya.
“Karena aku yang menyebabkan kamu koma dan lumpuh. Lagi pula itu permintaan terakhir dari ayahmu,” jawab Rafael.
“Kalau hanya karena itu, sekarang Anda bisa menceraikan saya.”
💕💕💕Duh, Alisha. Maap ya, Othor nggak rela.🦩🦩🦩
selebihnya mah jelmaan 😈
sadar diri saat sekarat doang
yakin lah pasti dimaafin kok
kan cuma kata maaf doang ya kan.
ogah banget bersimpati sama manusia laknat kayak gitu.
untung alisha tidak memiliki jiwa 😈 dan pendendam seperti saya.