Arya kakomole, pemuda berusia 17 tahun yang selalu mendapatkan kekerasan
dan siksaan dari teman-teman sekolahnya. Suatu hari dia hampir saja
mati dihajar oleh teman-temannya yang berasal dari kalangan elit. Saat
Arya kehilangan kesadaran, muncul sebuah sistem dalam dirinya. Seketika
tubuh Arya bangkit dan membunuh semua orang di sekolah tanpa
menyisakan 1 orang pun. Peristiwa berdarah ini pun membuat gempar
seluruh negeri dimana Arya diduga sebagai pembunuh dan dicari oleh
semua orang. Sementara itu Arya memutuskan untuk pergi ke kota lain
untuk melanjutkan hidup dengan identitas barunya. Bagaimanakah hidup
Arya setelah mendapatkan sistem yang ternyata adalah sistem yang
mengharuskannya melakukan kejahatan?
Novel ini memiliki tokoh utama dark hero. Jika kalian suka tokoh utama yang
baik hati, naif dan polos tidak disarankan untuk membaca.
Selamat membaca...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vedom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Tentang parth
"Eits, ini dia yang bikin heboh seantero sekolah," ucap
Kelvin yang baru masuk kelas.
Kelvin mendengar kehebohan tentang Arjuna dan
Vanessa saat hendak menuju ke kelas.
"Apa?" tanya Arjuna.
"Jangan pura-pura bro. Diam-diam ternyata kamu jalan
sama Vanessa," Kelvin terbahak.
"Tidak. Aku hanya memberikan tumpangan tadi," bantah
Arjuna.
"Hah? Serius?" Kelvin terbelalak.
Arjuna menganggu k. la malas untuk menjelaskannya.
"Wah si Joana gak jadi patah hati dong?" ucap Kelvin
pura-pura sedih.
Padahal Kelvin ingin lihat Joana patah hati. la penasaran
patah hatinya cewek barbar kayak Joana itu bagaimana.
"Dasar temen laknat," cibir Arjuna.
Kelvin terbahak.
Pelajaran pertama pun selesai dilanjut jam istirahat.
Arjuna memilih untuk tetap di kelas karena ia tak ingin
mendengar omongan atau pertanyaan tentang Vanessa lagi.
Tak disangka Erik datang ke kelas Arjuna.
"Hai, Arjuna," sapa Erik.
Arjuna mengangguk.
"Ada apa?" tanya Arjuna.
"Hei bocah, lama tak bertemu," ucap seorang pria yang
tiba-tiba masuk kelas.
Dia adalah parth Collier, guru Erik sekaligus pelatih klub
beladiri sekolah.
Arjuna menghela nafas. la bisa menebak tujuan pria di
depannya ini menemuinya.
"Hei, kenapa kau seolah gak semangat bertemu
denganku," protes parth.
"Anda pasti ingin tahu mengenai kekuatan Erik yang
meningkat pesat kan?" tanya Arjuna.
"Wow, hebat juga kamu bisa menebak tujuanku," parth
terbahak.
“Aku tak tertarik membahas hal itu," ucap Arjuna.
"Hei hei, aku belum sempat ngomong sesuatu. Dengerin
dulu lah," protes parth.
Meski parth ini berusia pertengahan 40an, namun sifatnya
gak kayak orang dewasa pada umumnya.
"Aku cuma pingin tahu bagaimana bisa kau memiliki
kemampuan untuk membangkitkan kekuatan. Aku tak ingin
kau meningkatkan kekuatanku atau semacamnya. Aku udah
cukup puas dengan levelku kok," klaim parth.
Arjuna mengerutkan alis.
"Apa?"
"Ya. Aku cuma sedikit kesal karena Erik tiba-tiba kuat dan
hampir seimbang denganku. Padahal selama ini aku
menikmati saat aku bisa mempermainkannya," parth terbahak.
"Gu-guru..." Erik ingin protes meski ia tahu gurunya
hanya bercanda.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku, Arjuna," tagih parth.
“Aku tak bisa menjawab hal itu," ucap Arjuna.
parth terdiam. la merasa tak ada gunanya memaksa Arjuna
memberitahunya.
"Bagaimana kalau kita taruhan?" ajak parth.
Arjuna dan Erik terkejut.
"Taruhan2"
"Ya. Aku menantangmu bertarung denganku. Jika aku
menang, kau harus memberitahuku hal itu," tantang parth.
“Aku menolak. Tak ada untungnya bagiku," ucap Arjuna.
parth terbahak. la sudah menduganya.
Lalu ia mendekat ke arah Arjuna dan membisikinya
sesuatu agar Erik tak mendengarnya.
Deg...
Arjuna terlihat syok saat mendengar bisikan parth.
'Bagaimana bisa pria ini mengetahuinya?' batin Arjuna.
Erik mengerutkan alis saat melihat ekspresi Arjuna
tiba-tiba berubah.
"Bagaimana? Kau akan menerima tantanganku?" ejek
parth.
parth begitu penasaran dengan sosok bocah di depannya
ini, apalagi kemampuan yang dimilikinya.
Tak ada manusia di dunia ini yang bisa membangkitkan
kekuatan orang lain secara instan.
parth juga yakin level kekuatan Arjuna begitu tinggi,
mengingat Erik saja kini berada di level Langit tingkat 1, satu
tingkat di bawahnya.
la menduga Arjuna berada di level yang sama dengannya,
atau bahkan bisa jadi lebih tinggi.
Arjuna terdiam sejenak lalu mengangguk.
"Baiklah, kapan dan dimana?" tanya Arjuna.
"Nanti malam, akan kuberitahu lewat Erik tempatnya,"
ucap parth.
“Baiklah," Arjuna setuju.
"Maaf Arjuna jika akhirnya jadi seperti ini," sesal Erik.
"Tak apa," ucap Arjuna.
Setelah parth dan Erik pergi dari kelasnya, Joana muncul
dengan tergesa-gesa dengan wajah yang ingin menelan orang
hidup-hidup, diikuti dengan Kelvin.
"Arjuna, apa rumor itu benar? Kamu pacaran dengan
Vanessa? Sejak kapan kalian pacaran? Lalu bagaimana dengan
gadis di ponselmu?"
Joana memberondong Arjuna dengan puluhan
pertanyaan.
Ingin rasanya Arjuna melompat ke luar jendela saking tak
kuatnya mendengar suara Joana.
"Hei kok diem? Jawab dong," protes Joana.
"Udah Jo, kasian Arjuna telinganya hampir pecah denger
suaramu yang kek knalpot racing," protes Kelvin.
Joana mendelik ke arah Kelvin dan menggeplak
lengannya.
Plakkk
"Apa kamu bilang?" protes Joana.
"Sakit bego," kesal Kelvin.
Disaat keduanya baku hantam, Arjuna yang lelah dengan
duo badut ini pun meninggalkan kelas dengan cepat agar tak
disadari mereka.
"Eh, kemana Arjuna?" tanya Joana syok menyadari Arjuna
tiba-tiba menghilang.
Kelvin menaikkan bahunya tak tahu.
Huft... akhirnya bisa terbebas dari dua bocah itu,' batin
Arjuna.
Arjuna menuju ke toilet.
Saat hendak masuk ke toilet, tangan Arjuna ditarik oleh
seseorang menuju ke toilet cewek.
"Bu Meyrin," Arjuna kaget.
"Sssttt..." Meyrin menutupi bibir Arjuna dengan
telunjuknya agar tak bersuara.
Arjuna heran mengapa Meyrin mengajaknya masuk ke
toilet cewek.
Untungnya kondisi toilet saat itu sedang kosong.
"Ada apa, Bu Meyrin?" tanya Arjuna yang berusaha tenang.
"Jelaskan apa kamu beneran pacaran dengan Vanessa,'
perintah Meyrin dengan tatapan yang seolah ingin makan
orang.
Glekkk..
Arjuna menelan ludah.
Lolos dari Joana, kini ia malah masuk kandang singa
betina.
"1-itu tidak benar kok. Aku cuma kebetulan ngasih dia
tumpangan ke sekolah," ucap Arjuna.
Meyrin mengerutkan alis.
"Jangan bohong!" protes Meyrin.
"Beneran, Mey," ucap Arjuna. la memanggil Meyrin
dengan sebutan itu agar Meyrin melunak.
"Siapa yang kamu sebut Mey? Panggil aku Bu Meyrin.
Ingat kita di sekolah," protes Meyrin.
"Lalu apa seorang guru akan membawa murid cowo knya
ke toilet cuman untuk memastikan sesuatu?" ejek Arjuna.
Skak mat.
Meyrin tak bisa menjawabnya.
"|-itu... aku kan cuma penasaran," bantah Meyrin.
Arjuna tersenyum licik. la lalu membisiki Meyrin.
"Jangan bilang kamu ingin melakukannya di toilet Mey,"
bisik Arjuna.
Blushh...
Wajah Meyrin memerah.
"A-apa maksudmu? Jangan mikir yang tidak-tida k,"
protes Meyrin.
"Oh ya?" ejek Arjuna dengan wajah senyum licik.
"Yakin?" imbuh Arjuna dengan meremas salah satu aset
besar Meyrin.
“Ahh... A-apa yang kamu laku.." belum sempat Meyrin
protes, Arjuna menutup mulut Meyrin dengan bibirnya dan
memagutnya.
"Mmphh..." Meyrin berusaha memberontak.
Arjuna melepaskan bibirnya dan mengusap bibir Meyrin
yang basah.
"Hah... hah... Arjuna, kamu..." Meyrin hendak protes
namun Arjuna menyelanya.
"Salahmu sendiri telah mengundang seekor buaya,"
Arjuna terkekeh.
Mata Meyrin terbelalak saat merasakan tangan Arjuna
telah merayap masuk ke dalam roknya.
"Hei, apa yang kamu lakukan? Ahh...." protes Meyrin
sambil merasa nikmat.
Namun sayang, saat Arjuna tengah asyik mengusap isi rok
Meyrin yang mulai basah, bel masuk berbunyi.
Meyrin sedikit lega, beda dengan Arjuna yang terlihat
kesal.
"Nanti kita lanjutkan lagi, Mey," ucap Arjuna sambil
menghilang karena mengaktifkan skill stealth nya.
"A-aku selamat," lega Meyrin.
la tak tahu harus senang atau kecewa. Senang karena tak
harus menahan desah*n di toilet, namun kecewa tak
melanjutkan hal yang sempat membuatnya nikmat sesaat tadi.
****
Sepulang sekolah, Arjuna mengunjungi Skyline Enterprise
sesuai janjinya untuk menemui tuan Becker.
Semua karyawan telah mengetahui siapa itu Arjuna,
sehingga mereka menunduk hormat saat berpapasan
dengannya.
"Selamat datang, tuan Evans," sambut Becker.
"Ya. Maaf baru bisa datang, tuan Becker," ucap Arjuna.
"Ah tak apa. Saya tahu anda pasti sibuk," ucap Becker.
Setelah ngobrol sebentar mengenai perusahaan, Becker
memanggil seseorang.
Sesuai janjinya, Becker memperkenalkan asisten untuk
Arjuna.
"Amanda, masuklah," perintah Becker.
Lalu munculah seorang wanita yang begitu cantik.
"Perkenalkan, dia adalah Amanda Nelson, calon asisten
anda, tuan Evans," ucap Becker.
"Halo, tuan Evans. Saya Amanda Nelson, senang bertemu
dengan anda," ucap Amanda memperkenalkan diri dengan
tanpa ekspresi.
Glekk...
Arjuna menelan ludah melihat wanita di depannya ini.