Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Yang Tersakiti 2
Pernahkah kalian berjuang tapi hanya dipandang sebelah mata bahkan seperti tak terlihat??
Ya itulah yang aku rasakan selama menikah dengan lelaki yang kucintai. Lelaki yang begitu aku perjuangkan agar bisa bersamanya tapi tak pernah dianggap, tapi hanya sebagai penerima benih saja
Aku pikir setelah bisa bersamanya dia akan mencintaiku seperti aku mencintainya, tapi nyatanya aku dan anak-anak hanya sebagai pajangan yang yang kasat mata tapi tak tersentuh. Hal inilah membuatku seakan lari dari tanggung jawab sebagai istri dan seorang ibu sampai anakku sendiri berkata seperti itu.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang??, bahkan anak-anak tak menganggap aku sebagai ibunya". Ucapnya meneteskan air mata.
" Makanya jangan selalu pergi kesana-kemari dengan geng Sosialita tidak jelasmu itu, sekarang bahkan anak-anak tidak mau melihatmu!! ". Ucap Sang suami yang tengah berada di belakangnya.
Rasya mendengar semua pembicaraan anak dan istrinya itu, sebenarnya terbesit rasa bersalah dalam dirinya karena selama ini mengabaikan keluarga kecilnya. Tapi ego dan tinggi hatinya menghalangi dirinya untuk berubah. Baginya urusan a ak itu urusan perempuan apalagi tidak ada yang bisa dia harapkan karena semua anaknya hanya anak perempuan.
" Tidak usah menasehati jika kau sendiri seperti itu?? ". sindirnya kembali kepada suaminya itu.
" Apa maksudmu berbicara seperti itu pada suamimu?? ". Ucapnya dengan geram, dia sungguh tidak terima ucapan istrinya itu.
"Yang kukatakan memang benarkan??, selama ini kau bahkan tak memiliki waktu bersama kami, pekerjaan selalu menjadi prioritasmu dibandingkan kami. Jangan kan bermain dengan anak-anak, menanyakan keberadaan dan keadaan kami saja tidak??, lalu sekarang setelah kejadian ini kamu hanya menyalahkan ku tanpa berkaca??'. Ucap Marsya dengan sinis.
Tak ada lagi rasa cinta untuk lelaki dihadapannya ini, rasa itu sudah terkikis akibat ketidakpedulian dan ketidakhadirannya ditengah-tengah keluarga kecil mereka.
"Tapi aku bekerja untuk kalian, memang itu tugas seorang kepala keluarga bukan??". Tanya ku dengan dingin. Dirinya tidak terima disalahkan, baginya dia bekerja itu sudah cukup dan urusan anak dan rumah urusan istri.
"Kalau begitu menikah saja sama pekerjaan!!, lagian kau jangan lupa jika aku juga seorang pengusaha besar bahkan lebih dari perusahaanmu, tapi aku bisa setidaknya mengurus anak-anak walau tidak banyak'. jadi jangan banyak protes!!". Ucapnya meninggalkan suaminya yang termenung mendengar penuturannya tadi.
Dia tidak menyangka mendapat kalimat pedas dan menyakitkan dari istrinya itu.
Sebelum langkahnya terlalu jauh, dia berbalik memandang suaminya dengan sendu.
"Jika kau menikah untuk menyakiti aku, lebih baik kita selesaikan saja pernikahan ini, tidak ada gunanya mempertahankannya, toh kamu dan ibumu tidak pernah menganggap anak-anak hanya karena mereka perempuan!!, seakan ibu mertua lupa jika dia juga seorang perempuan dan kau lahir dari seorang perempuan!!". Marsya meninggalkan suaminya yang memandangnya dengan intens.
"jangan pernah menganggap dirimu seperti Tuan Putri dirumah ini Marsya Aditama!!, aku kepala keluarga disini jadi harus kau hormati dan patuh kepadaku!!".. Ucapnya dengan nada tinggi dan geram karena tak terima apa yang dikatakan istrinya.
Marsya berbalik melihat suaminya dengan datar dan amarah yang meluap.
"Dulu aku begitu menghormati dan menghargai mu, dulu aku melakukan apapun yang kau katakan karena aku begitu mencintai dan menyayangimu, tapi apa pernah dirimu memperhatikan aku kecuali hanya perkara kebutuhan biologis mu??, Pernah kah kau memperhatikan aku ketika aku sakit dan melahirkan anakmu??, pernahkah kau ikut membantuku menjaga dan menemani anakmu??".
Pertanyaan sederhana itu menampar Rasya, dan itu terasa sangat sakit dan itu benar dia tak pernah memperhatikan istrinya dan juga anak-anaknya. Dia menunduk karena merasa bersalah.
"Kau ingin dihormati dan dihargai tapi lupa jika anak dan istrimu juga harus dihormati dan dihargai, kau ingin diperhatikan dan disayangi tapi kau bahkan tak ada untuk kami, lalu sekarang kami seperti ini, kau hanya menyalahkan ku tanpa bercermin, kenapa aku dan anak-anak seperti ini??, tidak kah kau berpikir bahwa semua ini berawal darimu??". suaranya bergetar menahan tangis kesakitan
Rasya mengangkat kepalanya memandang istrinya dengan nanar, kata-kata yang dilontarkan istrinya penuh dengan rasa kesakitan.
Marsya menggelengkan kepalanya. "aku hanya mencari segala pelarian dari rasa sakit yang kau tanam padaku selama 10 tahun ini. Sampai aku lupa jika ada anak-anakku yang juga lebih terluka dariku karena ketidakhadiran dan ketidakpedulian orangtua". Marsya meneteskan airmata yang sejak tadi mengembun.
Bayangan wajah anaknya yang memandangnya penuh luka dan kebencian itu membuatnya sangat terluka dan merasa sangat bersalah.
"Sya, aku". ucapannya tertahan ditenggorokannya.
"Kini ku menyadari, menikah dengan orang yang mencintai dan menghargaimu lebih baik daripada menikah dengan orang kita cintai tapi tak pernah menganggapku ada. Andai waktu bisa diulang aku tak akan menikah denganmu!!, wajar jika istrimu pergi dan tak mau berjuang lagi karena dia juga sudah lelah dengan sikapmu yang seperti ini!!". linangan airmata yang tiada henti mengalir di pipinya menggambarkan luka hati yang tak terkira.
"Maafkan aku!!". Ucap Rasya menunduk menyesali apa yang dilakukannya selama ini.
"Maafmu sudah tidak berlaku lagi pak Rasya yang terhormat, Rasa dalam hati sudah terkikis dan bahkan perlahan menghilang!!". Marsya menghapus airmatanya kasar.
"Maafkan aku Sya, tolong maafkan aku!!". Rasya betul-betul menyesal atas semua ini, kini anak dan istrinya bahkan sudah tak menginginkan kehadirannya.
Dia berusaha menggapai istrinya, tapi Marsya mengundurkan diri tak mau disentuh bahkan menampilkan wajah jijik.
"Entahlah Rasya, Kini aku bertahan untuk anak-anakku, dan akan memperbaiki segala hal yang telah rusak walau terlambat, tapi aku akan berusaha membuat anakku kembali menyayangiku dengan atau tanpa adanya kehadiranmu!!". Marsya meninggalkan suaminya itu dengan luka menganga.
Dia seakan tidak sanggup mengeluarkan beban yang menumpuk dalam dadanya yang sangat membuatnya sesak.
Rasya diam terpaku melihat keadaan istrinya yang dia sakiti sedemikian rupa, kini dia menyadari bahwa perbuatannya itu melukai kedua istri dan anak-anaknya selama ini. Entah kini dia tiba-tiba terpikir bagaimana keadaan Maya istri pertamanya dan ketiga anaknya??
"Apa yang kau lakukan nak??'. Tegurnya kepada sang anak tertuanya itu, begitu dia menyadari kehadiran anak nya itu.
Sang anak hanya memandangnya dengan datar. "Aku hanya mengambil barangku yang tertinggal dimeja". Jawabnya dengan dingin.
Dia mendengar semua percakapan kedua orangtuanya, kini dia menyadari jika ibunya juga terluka karena sikap ayahnya itu.
"Apa sudah ketemu nak??". Tanyanya berusaha perhatian agar anaknya itu tidak memandangnya dengan dingin.
"Ya, sudah ketemu". Ucapnya dengan dingin kemudian meninggalkan sang ayah yang memandangnya dengan wajah yang tak bisa ditebak.
Melihat sikap anaknya yang dingin dan bahkan enggan berbicara dengannya, membuat dadanya tiba-tiba terasa sesak. Istrinya benar jika semua sikap mereka adalah hasil dari perlakuannya selama ini.
mf ya, tp typo mu byk banget.