[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju ke arah yang tidak disangka
Subuh datang dengan begitu dinginnya, suara erangan keluar dari mulut Mama. Beberapa kali meminta tolong, lalu meraung kasakitan. Dewi yang tidur dikamar Mama dan disampingnya merasa kaget dan terbangun oleh suara itu. Lekas Dewi membangunkan Mama dari mimpi buruknya. Sontak Mama sadar dan memeluk erat Dewi karena merasa ketakutan oleh mimpi anehnya.
"Mama tenang, itu cuma mimpi." Ucap Dewi sembari tangannya mengelus lembut punggung Mama.
"Mama bermimpi melihat Ayahmu disiksa, dimintai pertanggung jawaban Nak. Mama tidak tega melihatnya." Ungkap Mama dengan nada bergetar, lalu menangis sesenggukan dipelukan Dewi.
Dewi lalu menenangkan kembali Mama. Sejak kejadian mimpi buruk disubuh hari itu, sampai adzan subuh datang Mama dan Dewi tidak tidur.
Mama mengajak Dewi untuk Solat Subuh. Ketika sudah selesai solat subuh dan berberes mukenah diruang solat, Mama menanyakan sesuatu hal.
"Dewi, hari ini jadi pergi?" Tanya Mama pada Dewi yang masih duduk dibelakangnya.
"Jadi Ma. Tapi bagaimana dengan Mama disini sendirian. Dewi nggak tega meninggalkan Mama." Jawab Dewi dengan nada khawatir.
"Tenang Nak. Mama sudah pikirkan jauh hari, selama kamu pergi Mama akan ke tempat Pamanmu. Tapi sebelum pergi jika Kakakmu bertanya jawab saja kita mau silahturahmi ke rumah Paman Sam." Ucap Mama.
"Baik Ma." Jawab Dewi yang merasa lega dengan keputusan Mama.
"Kau tahu Wi. Paman Sam mantan pengikut kumpulan pengusaha Andalan, dia dulu termasuk bagian dari Papapmu. Tapi Paman memutuskan untuk tidak ikut dan memilih hidup seadanya.
Mungkin Pamanmu bisa membantu kamu untuk penyelesaian semua ini, pasti Paman tahu seluk beluk apa yang dilakukan Ayah semasa hidup." Ungkap panjang lebar Mama.
Dewi yang mendengar hal itu merasa semringah, ada narasumber lagi yang bisa membuka misteri.
"Tapi Ma. Andalan itu apa?" Tanya Dewi bingung.
"Andalan itu serikat kelompok pengusaha yang diikuti Ayahmu sampai dia sampai dititik kesuksesan selama ini. Kau harus hati-hati Nak, ada sesuatu yang lebih besar dan mengerikan." Ucap Mama, lalu membalikan badan ke arah Dewi. Menatap lekat mata Dewi, lalu berkata kembali.
"Kau harus hati-hati, banyak doa, kau dan kakakmu sedang menghadapi hal yang mengerikan dan besar. Sebisa mungkin Mama dan Paman Sam akan bantu memberi tahu kakakmu agar sadar dengan kegilaan dan keserakahannya." Setelah terucap kata itu. Lalu Mama memegang tangan Dewi dengan Erat.
"Ia Ma. Terima kasih." Jawab Dewi juga memegang erat tangan Mama. Menatap dengan penuh harapan.
"Sebelum kau dan Mama pergi, tunggu kakakmu pergi kekantor. Karena tadi malam Mama dengar percakapan Jose dengan asistennya harus ke kantor karena ada meeting penting perusahaan." Ungkap Mama.
Dewi mengangguk. Kini Mama dan Dewi menunggu kepergian Jose.
Beberapa puluh menit telah berlalu, suara gerbang terdengar dibuka, itulah Jose yang akan keluar rumah. Lekas Dewi berlari kecil menuju ke arah jendela kamar Mama, membuka sedikit gorder dan melihat kearah gerbang, terlihat Mobil Jose keluar area rumah. Saat itulah Dewi meminta Mama untuk segera berberes barang seperlunya dan pergi bersama menuju ke rumah Paman Sam.
Setelah didalam Mobil Dewi, Dewi meminta Satpam untuk membuka pintu gerbang, lalu sisatpam disuruh mendekati kearah jendela mobil Dewi.
"Pak, nanti kalo Pak Jose tanya Saya dan Mama kemana? Jawab kami berada dirumah Paman Sam ya." Ucap Dewi.
"Baik Non." Jawab Satpam itu.
Setelah itu, Dewi melajukan mobil keluar rumah untuk menuju ke rumah Paman Sam.
Setengah jam dari rumah Mama, akhirnya Dewi dan Mama sampai dihalaman rumah Paman Sam. Ketika terhenti dihalaman, Dewi keluar mobil dan membuka jendela mobil agar Mama bisa keluar. Mama lalu melangkah ke arah dalam rumah Paman Sam. Sementara Dewi mengambil barang yang dibawa Mama.
Dirumah saat itu pintu ruang depan terbuka, namun hanya ada Bibi Hana, ketika Dewi dan Mama sudah masuk, lalu duduk diruang tamu.
"Han, Sam mana?" Tanya Mama pada Bibi Hana yang duduk dihadapan Mama.
"Bang Sam lagi ada keperluan diluar kota Mbak. Paling besok pulangnya." Jawab Bibi Hana.
"Ow, maaf ya Han kalo saya dan Dewi mendadak datang kesini. Dewi rencananya hari ini harus keluar kota karena ada masalah yang harus diselesaikan, sementara itu Jose sibuk dengan pekerjaannya. Mbak lagi nggak enak badan dan sendirian dirumah. Jadi selama Dewi pergi Mbak disini dulu ya. Boleh Han." Ungkap Mama panjang lebar dan meminta izin pada Bibi Hana.
"Ya boleh dong Mbak. Mbak kan sodara saya. Selama disini saya jamin aman Mbak." Jawab Bibi Hana, lalu tersenyum kecil.
"Terima kasih ya Bibi." Ungkap Dewi.
"Sama-sama Nak." Jawab Bibi Hana pada Dewi dan Mama.
Mama tersenyum bahagia.
Saat Mama sudah dititipkan ke rumah Paman Sam. Saat itulah Dewi pamit untuk pergi berangkat, sebelum pergi Dewi memeluk Mama dan Bibi Hana. Lalu masuk ke mobil dan meninggalkan rumah Paman Sam.
Kini Dewi melajukan mobil cepat menuju ke arah komplek Muara Air untuk menjemput Jaya dan Rohman.
Sesampainya dikomplek Muara Air, terlihat diujung jalan dekat gapura Jaya, Rohman, Ucok dan Pak RT menunggu kedatangan Dewi. Ketika sudah sampai didepan gapura, Dewi membuka pintu jendela mobil dan kaget melihat orang terdekat Ayahnya yaitu Soni alias Rohman.
"Soni?" Ungkap Dewi pada Rohman.
Lalu Jaya menimpal kata-kata "itu memang Soni, karena lupa ingatan semenjak kejadian itu..." Jaya menceritakan intinya walau panjang sampai Dewi mengerti.
"Siapa saja yang ikut?" Tanya Dewi pada Jaya.
"Aku dan Rohman. Ucok tidak bisa ikut karena harus menjaga Ibunya yang sudah sepuh. Sementara Pak RT tidak bisa ikut juga karena harus mengurus keluarganya." Jawab Jaya.
Setelah mendengar perkataan Jaya, Dewi menjawab "Segeralah Masuk, kita harus berangkat cepat."
Jaya dan Rohman pamit ke Pak RT dan Ucok, lalu masuk ke mobil dan mobil melaju cepat meninggalkan komplek Muara Air.
Didalam mobil dalam perjalanan mereka masih diam saja, karena Dewi kurang tahu jalan menuju ke Kampung Sugatra, ia melihat ke maps diponselnya dan jaya sebagai pemandu perjalanannya.
-
Sementara Jose di kantornya saat meeting berjalan, mendengar total biaya pengeluaran untuk proyek Mega mall pada komplek Muara Air membutuhkan dana begitu besar, sontak Jose menggedor meja dan merasa tidak setuju, Jose merasa ini akan ada indikasi korupsi. Maka dari itu Jose berkata pada rekan karyawannya.
"Pangkas biaya yang bisa dipangkas, ini bukan era Ayah saya yang bisa kalian bodohi, setiap pergerakan kalian akan saya awasi. Ingat bulan ini harus sudah tanam pondasi untuk komplek itu. Kita ambil para kuli bangunan dari desa, kalo bisa yang bisa dibayar murah. Kalian mengerti." Ungkap panjang lebar Jose pada karyawannya.
"Mengerti Pak." Jawab serentak semua karyawannya.
"Bagus. Kalian lanjut diskusi. Saya ada urusan sebentar." Ungkap Jose. Lalu Jose keluar dari ruangan meeting itu untuk menuju ke ruang kerjanya.
Setelah Jose keluar ruangan meeting itu, seluruh anak buahnya mulai geleng-geleng kepala dan mengibahi Jose.
Saat itu, Jose duduk diruang kerjanya, ia kembali melihat undangan diemailnya, menatap lekat layar laptopnya dan melihat tanggal pertemuan nanti, rasa hatinya semakin tidak sabar untuk menghadiri pertemuan misterius itu.
*
..
..