NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:97k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~Bab 14

Sasi memang begitu, ia akan membuang muka dengan mendekap kedua tangannya di dada jika sedang menahan emosi yang meluap-luap. Emosi yang bukan hanya marah saja di dalamnya, tapi mungkin kepengen nyakar, pengen nabok, pengen tampol, pengen garuk juga pake garpu rumput pada manusia di depannya itu.

Mungkin kini ia sedang berusaha meredam, jangan sampai nantinya emosinya justru keluar lewat jalur belakang, bikin cacing-cacing di perut ikut terhempas keluar.

Dan Bagas menyunggingkan senyumnya lalu berjongkok di depan Sasi, mencoba membujuk adik ketemu gedenya itu. Jarang bahkan langka sekaliiii... ia melakukan ini, termasuk---tidak pernahnya ia melakukan hal ini---pada Salsa.

"Lapar, pasti ini mah." Tembaknya menebak, kedua tangannya bahkan sudah bertumpu pada sisi lain kursi, mengapit Sasi yang kini nyolok mata Bagas pake tusuk sate.

"Makanya hayuk pulang, barusan apih yang nitipin Sasi sama a Bagas.." ucapnya, cukup sukses bikin Sasi menoleh padanya, meski tak berucap apapun.

"Udah, jangan kebanyakan mikir!" Bagas benar-benar sudah menarik tangan Sasi tanpa harus repot-repot permisi apalagi minta surat pengantar dari rt rw setempat, bermaksud hendak membawanya pulang.

Magic! Entah mantra apa yang ia tiupkan pada buhul-buhul, hingga Sasi mau-mau saja dibawa oleh penculik anak gadis orang itu.

"Bentar dulu, ijin dulu sama amih." Tahan Sasi kemudian, lebih sadar ketimbang Bagas yang maen slonong boy saja.

"Oh iya!" Bagas tertawa, Sasi lantas mengibaskan tangan Bagas dari pergelangan tangannya seperti kuman kemudian berjalan ke arah pintu ruangan Asmi, namun belum sempat ia memegang handle, pintu ruangan Asmi justru sudah terbuka dari dalam.

Wajah bersimbah keringat Asmi menyapa penglihatannya, ia sedang di dorong oleh perawat dan Alva tentunya menuju ruangan bersalin di atas kursi roda, lalu melewatinya begitu saja.

"Mih..." ia masuk ke dalam bersama Bagas.

(..)

Titip Sasi....lirih amih dan ibun pada Bagas. Hati-hati di rumah.

Sasi duduk anteng-anteng di kursi samping pengemudi, dimana Bagas menyetir. Yang dilakukannya tak ubahnya remaja jaman sekarang, scroll medsos sampai mentok demi mengusir rasa sepi di dalam mobil, dimana Bagas tak bersuara.

Netranya tertumbuk pada postingan teman lama yang sempat mengalihkan kondisi hatinya saat ini, "eh...ini teh Naufal ya, kalo ngga salah...keren ih sekarang, dia..." gumamnya sembari cengar-cengir sendiri kaya orang dengan takaran otak kurang se-singkup.

Bagas melirik mendelik dari tempatnya, ia berdehem mengusir rasa tak nyaman di tenggorokan, namun hal itu tak serta merta membuat Sasi terusik.

Gadis itu bahkan jauh lebih anteng lagi sekarang dan semakin tersenyum lebar dibuat oleh sosok Naufal ini.

"SMA 23 bukan, sihhh?" kembali ia mengobrol sendiri tak memperdulikan Bagas yang sudah mencibirnya gila, "oh iya, bener. Sama Sagita kalo ngga salah disana." Lagi dan lagi Sasi justru lebih peduli pada sosok Naufal dalam potret postingan sosial media ketimbang manusia hidup yang ada di sampingnya sekarang.

Tak peduli jika Bagas akan berubah jadi kuyang atau manusia serigala jejadian, pokoknya fokusnya tetap pada potret wajah Naufal, titik.

Sasi hanya melirik sekilas tak begitu peduli, kemudian memilih kembali kepoin teman smp-nya dulu, saat Bagas kedapatan mencibirnya lagi.

*Orang gila baru*..

*Senyam senyum sendiri, ngga waras*.

"A---A---coba liat ini...ini temen aku dulu. Dulu mah dia teh item, dekil, jelek pokoknya mah, pernah suka juga sama Sasi, by the way...tapi ngga nyangka, sekarang mah ganteng pisannnn ih!" pujinya merengek, se-tipe lah! Dengan cabe-cabean dempet 5 kalo lagi liat cowok ganteng bermotor ninja. Atau justru, reaksi lebaynya itu lebih mirip dengan bocah yang mau jajan aromanis tapi dikasihnya kembang gula sepabrik, wadidawww!!! Jerit hatinya.

"Ahhhh jadi nyesel pernah nolak!" lanjutnya lagi mengakui secara terang-terangan dengan air muka yang sudah berubah riang dan berbinar dibanding sebelumnya, cepat sekali moodnya berubah cuma ketimbang liat wowo ganteng doang, sungguh gampangan.

"Ini mah definisi aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu," kelakar Sasi tertawa renyah.

Bagas menginjak rem demi menghadapi lampu merah.

Diliriknya dengan malas layar pipih Sasi yang gadis itu tunjukan padanya sekilas dan langsung menariknya lagi, dimana sosok pemuda SMA dengan badan atletis berseragam basket terpampang disana bersama gaya pasaran yang nehi bin malu-maluin menurut Bagas, "udah ah. Takut a Bagas juga suka..." gidiknya pelit.

Ia mendengus sumbang, "yang kaya gitu kamu sebut ganteng? Mata kamu minus atau katarak, Si?" cibir Bagas, praktis saja Saai membeliak tak terima, "dih! Ganteng lah, keren! Badannya atletis, padahal dulu mah letoy, kaya cakwe..." Sasi ingat masa-masa smp dulu, kalau Naufal adalah pemuda biasa-biasa saja, cuma menang di otak saja.

"Dm ah, minta nomornya...atau minta lewat Sagita aja, ya...coba----coba, aku wa dulu Gita." Sasi mengangguk mantap akan ide briliannya.

Alis terangkat sebelah itu memaksa tangan Bagas untuk merebut hape dari tangan Sasi, ketika gadis itu mengetik sesuatu di kamar chatnya bersama seseorang.

"Lagi di jalan, jangan mainan hape. Nanti celaka atau kena tilang...a Bagas taro dulu!" Bagas bahkan sudah menaruh hape Sasi di depan dashboardnya begitu saja membuat Sasi melotot murka.

"Eh, apa-apaan?! Ngaco! Kalo mau juga aa yang ngga boleh mainan hape, lagi nyetir....Sasi kan ngga lagi nyetir!" Sasi mengulurkan tangannya hendak mengambil hapenya, namun Bagas justru menepis tangan Sasi, "ntar lagi, Si...kalo udah di rumah."

"Ihhhhhh! A Bagas tuh nyebelin pisan hari ini, a Bagas kalo ngga suka Sasi, kalo keberatan dimintain tolong anter Sasi bilang, A! Ngga usah kaya gini, ngga lucu!" dadanya bahkan sudah naik turun menatap Bagas dengan geram. Ia kembali membuang muka ke samping, tak menyangka jika Bagas akan semenyebalkan ini sekarang, kebanyakan gaul sama cabe-cabean cacingan jadinya ikutan, *kremian*!

Pun, dengan Bagas yang tak mengerti dengan dirinya. Ia begitu posesif pada Sasi, ia akui...ia tak suka Sasi begitu pada Naufal, ia tak suka Sasi begitu pada Deva ataupun Naufal dan Deva lainnya.

Suasana mendadak sepi dan hening dari obrolan, hanya suara bising dari luar mobil lah yang mengisi kekosongan ruang di sana, bersama dengan para penumpang yang bergelut dengan pikiran masing-masing.

Perjalanan dan sapuan angin dari AC mobil melambai mengelus kelopak mata Sasi yang sudah lelah. Gadis itu benar-benar tertidur dengan kepala yang menghadap ke samping. Bahkan sampai mobil sudah memasuki gerbang besar kediaman Kertawidjaja, gadis itu belum sama sekali menunjukan gelagat akan bangun.

Titt!

Mang Ajat membuka gerbang dan menutupnya kembali saat Bagas sudah masuk.

Ditariknya rem tangan dan dimatikannya mesin mobil, namun Bagas tak jua memutuskan untuk keluar. Ia justru melirik ke arah Sasi yang masih terlihat anteng terlelap.

Lantas diambilnya hape Sasi yang padam, si alnya...ia tak tau apa apa password ponsel Sasi hingga ia tak bisa melihat apa yang tadi Sasi lihat. Hanya wallpaper terkunci saja yang sempat ia lihat, dimana wajah Sasi yang memenuhi layar begitu cantik dan menggemaskan.

Percayalah, saat ini Bagas sudah tersenyum lebar hanya dengan melihat itu.

Menyukai Sasi? Sepertinya iya! Bagas sudah gila menyukai adiknya. Adik yang sering ia antar jemput, adik yang sering ia jaga dan sering dititipkan padanya. Lantas senyumnya pudar ketika ingat---bukankah seharusnya ia menjaga Sasi, bukan menyukainya? Bukankah seharusnya ia mengayomi dan melindungi Sasi sesuai amanat dari kedua orangtua Sasi, pesan dari ibun--mpap, bang Alva dan teh Asmi, bukannya merasa memilikinya?

Lalu apa arti Salsa untuknya? Entahlah, bahkan ia tak memiliki rencana jangka panjang dengan gadis yang berstatus kekasihnya itu. Mungkin esok atau lusa, hubungannya dengan Salsa bisa dipastikan akan usai.

Pada akhirnya Salsa akan mengatakan ia seorang yang breng sek seperti yang sudah-sudah, meski ia tak melakukan apapun pada Salsa selain dari membuatnya kecewa nanti.

Bagas keluar dari bangku pengemudinya, entah ke berapa kalinya ia harus berujung menggendong Sasi dari mobil karena seringnya gadis ini tertidur ketika minta diantar jemput olehnya.

"Si, udah sampe Si...kamu tuh berat, jangan kebiasaan minta digendong terus..." ujarnya pelan, tentu saja ucapan itu tak akan berpengaruh pada indera pendengaran Sasi yang telah berubah jadi jamur tiram itu.

Sasi sudah siuman dari alam bawah sadarnya, cukup lama juga ia tertidur berapa puluh menit? Cukup waktu untuk mengulang perang Diponegoro. Macam bang keee! Dan kini gadis itu sedang cosplay jadi burung, abis tidur, makan ntar abis makan terus bo k3rr.

"Selesai makan, a Bagas balik Si...tapi mobil kamu, aa bawa ke rumah dulu, wayahna...soalnya motor a Bagas ditinggal di rumah. Besok aa jemput terus anter ke sekolah..."

Sasi tak menjawab, hanya gumaman saja yang ia tawarkan sebagai jawaban, "asal jangan dibawa ke pegadean aja, itu mobil apih."

Sekalinya jawab, pedesss! Bikin suhah-suhah ginjal Bagas. Bagas praktis tertawa, ia cukup bersyukur...Sasi tak pernah marah lama padanya.

.

.

.

.

1
isni afif
lanjut teh sin......up lagi...😍
Zayyin Arini Riza
Sepertinya akan segera berani ungkap perasaan masing masing, tapi harus kah ada penghalang cinta diantara mereka?
'Nchie
kamu sudah kalah pamor gas sama cucu ibun..den alit 😅😅
'Nchie
kangen atuh neng sasi...neng sasi aja ga peka 😅😅
'Nchie
🤣🤣🤣teteh asmi lieir ke Kidu ngilu ngabohong ka amih 😃😃
lestari saja💕
sandal pink kaaan???😂😂😂
'Nchie
haha hati2 bagas banyak yg ngincer sasi...lawanya bukan kaleng2 lo wkwk
lestari saja💕
kayak buronan perlu dikawal euy
lestari saja💕
akhirnyaaa
lestari saja💕
pantesan asmi,candra glawan kan dari turunan apih nyaaa😂😂😂
lestari saja💕
yaaa jodoh atu enin...kalo somplak ketemu somplak mah gimana????biar nyai sekar taji ga serius mulu bisa senyum....😋
lestari saja💕
apapun demi dilirik sasi.....ngelirik ga ya sasi????
lestari saja💕
sopo maneh surya kembara saingan aa bagas???
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣sasi gedeng
lestari saja💕
cita2 mulia
lestari saja💕
semoga ga cinta buta ya wil
Yuni Widiyarti
ini nih si sasi yg rada bego.dikangenin dak tau dia
Miko Celsy exs mika saja
seru nih klo wilang ikut ke rumah asmi,wah bagas jetu rivalnya nih,
Fadilah
next kak
Miko Celsy exs mika saja
amih. hrsnya kau jgn terlalu mengekang ank2 mu krn kau jg dr kalangan orang biasa bkn ninggrat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!