Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Pengantin Pesanan
Di sebuah bangunan tua dengan pencahayaan seadanya dari jendela rusak mampu memberikan penerangan dalam ruangan gelap tersebut.
Hingga terlihat sosok wanita tak berdaya duduk di sebuah kursi tua, dimana kedua tangan dan kaki wanita tersebut terikat kuat di kursi yang didudukinya.
"Lepaskan aku!" ucap wanita itu sambil memberontak dengan sisa tenaga yang dimilikinya dengan wajah penuh lebam dan sudut bibir mengeluarkan darah segar akibat penyiksaan dari dua wanita jahat dihadapannya. Wanita tak berdaya itu adalah Zahira.
Tidak hanya itu, di ruangan itu juga tampak sosok wanita paruh baya duduk di kursi dengan kaki bertumpu di atas meja kayu. Wanita paruh baya itu begitu puas telah memberikan penyiksaan terhadap anak tirinya dan wanita itu adalah Nyonya Victoria.
Disampingnya berdiri sosok wanita cantik yang merupakan putri semata wayangnya yang tak lain adalah Delisa. Tak jauh dari putrinya, juga berdiri sosok pria pembunuh bayaran yang baru saja memberikan penyiksaan terhadap Zahira dengan mencambuk punggung wanita itu sebanyak 30 cambukan, itu semua atas perintah Nyonya Victoria yang ingin membunuh Zahira secara perlahan-lahan.
Nyonya Victoria masih ingin bermain-main terlebih dahulu dengan anak tirinya. Dia belum puas melakukan penyiksaan selama ini terhadap Zahira. Makanya dia menyekapnya di bangunan tua tersebut dan akan melakukan penyiksaan setiap harinya hingga Zahira mati mengenaskan.
"Ha ha ha, kau tidak akan pernah lepas Zahira. Disinilah tempat kematian mu" ucap Nyonya Victoria tertawa terbahak-bahak. Sekian lama akhirnya rencana besarnya berhasil juga.
"Aku pasti akan keluar dari tempat ini, Tuhan selalu bersamaku. Jadi dengar baik-baik, aku bersumpah tidak akan mengampuni kalian semua!. Penyiksaan ini akan terus membekas di hati ku. Jadi kalian jangan puas dulu." ucap Zahira dengan mata memerah dan berusaha tetap kuat di depan ibu tiri dan saudara tirinya.
"Oh ya. Aku tunggu waktunya gadis bodoh. Mom, aku belum puas. Aku masih ingin menyiksa nya lagi." ucap Delisa menyeringai sambil berjalan mendekat kearah Zahira. Aslinya Delisa ingin balas dendam kepada Zahira karena segalanya Zahira selalu unggul darinya.
Sebuah gunting sudah berada ditangan Delisa. Kali ini Delisa ingin membabat habis rambut panjang Zahira.
"Kau mau apa Delisa!" berontak Zahira sambil meringis kesakitan merasakan luka di punggungnya.
Plak
Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Zahira yang tampak lebam karena perbuatan ibu tiri dan saudara tirinya.
"Diam bodoh" bentak Delisa sambil menjambak rambut panjang Zahira, hingga membuat Zahira berteriak histeris seakan rambut panjangnya akan terlepas dari kepalanya.
Ibu tiri dan saudara tirinya sungguh kejam. Zahira hanya mampu berdoa kepada Tuhan agar ia diberi umur panjang dan bisa bertahan hidup untuk membalas semua perlakuan jahat mereka.
Sekuat tenaga Zahira menahan air matanya agar tidak tumpah, namun tetap saja air mata bodohnya tak sanggup menahan kesakitan yang sedang dialaminya.
"Lihatlah, kau semakin jelek saat menangis" ejek Delisa saat melihat Zahira menggigit bibir berusaha menahan tangisnya.
Tanpa basa-basi Delisa menggunting rambut panjang Zahira secara acak-acakan sampai bahu, mengingat gunting yang dipakainya kurang bersahabat hingga dia sedikit kesulitan menggunting pendek rambut Zahira.
"Aku hanya menggunting rambutmu, tapi kau sudah menangis sesenggukan. Bagaimana kalau aku congkel bola matamu. Kau pasti akan berteriak histeris hingga terdengar di seluruh penjuru kota. Ha ha ha...besok atau lusa aku akan mencobanya." ucap Delisa dengan seringai licik diwajahnya.
"Sudah cukup sayang, biarkan dia istirahat. Besok kita kembali menjenguknya dengan melakukan penyiksaan level tinggi" ucap Nyonya Victoria dengan santainya menegur putrinya.
"Oke mom, aku suka aku suka" sahut Delisa bertepuk tangan dan begitu senang melihat Zahira tersiksa.
"Jenos, lepaskan ikatannya. Tidak mungkin juga dia akan kabur dari tempat ini." perintah Nyonya Victoria sambil bangkit berdiri.
Wanita paruh baya itu melepaskan sapu tangan hitam yang dipakainya lalu membuangnya kearah Zahira. Begitu halnya dengan Delisa.
"Cara terbaik menghilangkan jejak" ucap Delisa tersenyum sinis lalu menggandeng tangan ibu tersayangnya keluar dari bangunan tua tersebut.
Sementara Jenos melepaskan ikatan tali di kedua tangan dan kaki Zahira sambil berkata.
"Semoga kau masih tetap hidup, karena besok level penyiksaan mu semakin tinggi" ucapnya memberitahu setelah melepaskan ikatannya dan tak lupa mendorong tubuh Zahira hingga terjatuh di lantai beralaskan tanah tersebut.
Zahira hanya mampu meringis kesakitan merasakan punggungnya terasa perih, apalagi saat membentur dinding. Zahira mengusap kasar air matanya, ia harus kuat, semoga ada cara untuk membuatnya keluar dari tempat tersebut, ia berharap dewa penolong nya datang.
"Jika kau ingin mengakhiri hidupmu malam ini, maka gunakan saja benda ini" ucap Jenos melemparkan sebuah pembuka tutup botol beserta racun tikus tepat di dekat kaki Zahira.
Kemudian pria itu melangkah keluar dari ruangan tersebut dan tak lupa menggemboknya dari luar.
Sehingga hanya menyisakan Zahira dalam ruangan gelap tersebut, bahkan hewan pengerat mulai berlarian di dekat kakinya.
"Aaaa." Zahira sangat takut di ruangan tersebut dan tanpa sadar memanggil nama suaminya.
"Louis, tolong aku" lirih Zahira sambil memeluk lututnya, dia sangat berharap suaminya datang menolongnya.
Namun itu seperti sangat mustahil karena dia tidak bisa berbuat apa-apa di tempat tersebut. Dia hanya mampu terjebak dalam penyiksaan ibu tiri dan saudara tirinya.
*
*
*
"Bagaimana kondisi Papa?" tanya Louis pada sosok wanita paruh baya berparas cantik dan terlihat awet muda duduk di kursi tunggu di samping pintu ruang ICU. Wanita paruh baya itu adalah ibunda tercintanya.
"Masih ditangani dokter" jawab Nyonya Natalie dengan raut wajah sedih.
"Maaf, Louis baru datang" ucap Louis penuh sesal lalu ikut duduk disamping ibunya.
"Mama dan papa sudah memaafkan mu sayang. Jadi, jangan pernah lagi meminta maaf. Justru Mama dan papa yang minta maaf, karena kami begitu egois kepada kamu, nak" ucap Nyonya Natalie lemah lembut dengan perasaan haru.
Tanpa basa-basi Nyonya Natalie langsung berhambur memeluk putra yang sangat dirindukannya dan Louis membalas pelukan sosok ibu yang sangat disayanginya.
Nyonya Natalie merasa lega, akhirnya putranya mau datang untuk melihat kondisi suaminya. Bagaimana tidak, karena selama ini Louis tidak pernah akur dengan ayahnya. Yang mana keduanya sama-sama egois dan keras kepala.
Hal itu karena kejadian sepuluh tahun yang lalu masih membekas diantara ayah dan anak itu. Kecelakaan tragis yang pernah dialami Louis membuat saudaranya menjadi korban dalam kecelakaan tersebut bahkan menewaskan dua korban lainnya.
Akibat kejadian itu membuat Tuan Smith sangat membenci putranya, bahkan menganggap Louis seorang pembunuh atau dalang dibalik kecelakaan tragis yang menewaskan putra sulung yang sangat disayanginya. Karena selama itu tuan Smith lebih menyayangi Leonardo (putra sulungnya) daripada Louis (putra bungsunya).
Louis menghela nafas panjang. Dia sungguh khawatir dengan kondisi ayahnya yang di vonis menderita sakit jantung. Sudah beberapa kali ayahnya menjalani perawatan di rumah sakit terbaik di negaranya dan sempat membaik beberapa tahun, namun belum sembuh sepenuhnya.
Namun kali ini kondisi ayahnya sudah sangat parah, karena selama tiga hari ayahnya belum juga sadar di ruangan ICU. Dokter hanya mampu berpesan kepada keluarganya untuk mendoakan kesembuhan tuan Smith.
"Bertahanlah papa, aku belum memberitahu mu tentang keinginanmu selama ini" gumam Louis menatap pintu ruang ICU, dimana sang ayah sedang koma.
Bersambung....
Jangan lupa dukungannya teman-teman 🙏