Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujung-ujungnya Sengsara
Kisman menjadi gila.
Setelah ia tidak bisa menemukan Bandi. Mengetahui orang itu adalah orang yang sudah menghilang dari belasan tahun yang lalu.
Kisman nekat mencari sendiri rumah orang sakti yang akan menghidupkan istrinya.
Ia pergi ke wilayah hutan yang dirasanya menjadi tempat rumah seorang kakek bernama Tanse tinggal.
Kisman yang pernah ke sana hanya satu kali mencoba mengingat-ingat kembali jalan demi jalan yang ia lalui untuk sampai ke hutan tersebut.
Yang terekam jelas dalam ingatannya adalah sebuah batu besar di pinggir jalan.
Batu itu yang dijadikan sebagai patokan untuk masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan itu lah rumah orang sakti itu berada.
Namun setelah berhari-hari mencarinya Kisman tidak kunjung menemukan tempat itu. Tidak ada batu besar di pinggir jalan seperti yang pernah ia datangi sebelumnya.
Kisman juga telah bertanya kepada banyak orang. Tapi mereka tidak ada yang tahu lokasi yang Kisman sebutkan.
Malahan Kisman yang bertanya seperti orang kesetanan dipandang oleh orang-orang sebagai manusia yang sudah tidak waras. Jalan pikirannya sudah tidak masuk dinalar.
Kisman seperti orang yang sedang mengarang cerita tentang dunia yang tak kasat mata. Omongannya dianggap ngelantur. Bak sebuah bualan angin lalu saja.
Bahkan ada orang yang mengira kalau Kisman ini sedang kesambet atau ketempelan. Harus cepat-cepat di ruqyah atau dibersihkan.
Tidak sedikit juga orang yang beranggapan bahwa Kisman adalah orang gila.
Pada saat melakukan pencarian itu Kisman mengalami kejadian yang tidak mengenakan. Beruntung ia masih bisa hidup.
Mobil yang disetir oleh Kisman tiba-tiba hilang kendali lalu nyungsep ke pinggir jalan yang merupakan area perkebunan.
Kisman meloncat ke luar dari dalam mobil sebelum mobil bagusnya menabrak pohon tua yang ukurannya begitu besar.
Mobil Kisman ringsek. Ia selamat.
Kisman meninggalkan mobilnya yang telah hancur begitu saja. Ia berjalan kaki untuk pulang ke rumah.
*
Pada suatu pagi setelah berhari-hari Kisman pergi. Ia sampai ke rumah.
Kisman memasuki kampung dengan penampilan yang tidak karuan.
Bajunya begitu lusuh dan kotor. Muka Kisman kusam dan muram.
Belum lagi luka-luka kecil akibat ia jatuh karena melompat ke luar dari dalam mobil.
Rambutnya juga acak-acakan. Ia juga sudah tidak memakai alas kaki karena satu sendalnya telah hilang.
Kemeja yang dikenakan Kisman juga sudah kehilangan beberapa kancingnya. Sehingga terlihat lah pusar Kisman.
Celana di bagian lututnya juga robek-robek.
“Kisman”,
“Kamu kenapa?”,
“Habis darimana?”,
“Kamu barusan jatuh?”,
“Kisman”,
Panggilan orang-orang kampung yang melihat kepulangan Kisman di pagi itu sama sekali tidak mendapatkan jawaban.
Dengan langkah tegak maju jalan Kisman terus berjalan pulang menuju rumahnya. Tanpa bersuara satu patah kata pun.
Tatapan mata Kisman hanya memandang ke arah depan. Dengan kosong.
Warga yang menyaksikannya mulai bergunjing. Mereka menerka-nerka. Jangan-jangan Kisman sudah kehilangan kejiwaannya dan mulai gila.
Kisman masuk ke dalam rumah. Dan tidak pernah keluar lagi.
Sekarang Kisman mengurung diri di dalam rumah mewahnya. Dengan penampilannya yang gelandangan.
*
Setelah berhari-hari hanya mendekam di dalam rumah tanpa ada orang yang tahu. Tanpa berinteraksi dengan orang lain.
Kisman yang sudah jarang terlihat akhirnya ke luar rumah dengan dandanannya yang baru.
Gaya barunya ini benar-benar dapat menghebohkan orang satu kampung.
Kisman hanya berpakaian celana kolor pendek saja. Selain itu ia tidak memakai apa-apa lagi.
Tidak ada baju, alas kaki atau pun sepatu.
Sekujur tubuhnya terlihat kusam dan bau. Rambutnya semakin berantakan.
Tapi wajah Kisman yang juga kusam itu sekarang penuh dengan senyum dan mudah untuk tertawa tanpa alasan. Meskipun gigi-giginya yang menghitam tidak elok untuk dipandang.
Kisman sudah tidak bersedih lagi. Kedua matanya menatap dengan berseri-seri.
Orang tanpa busana yang sudah lama tidak mengurus diri itu berjalan dengan langkah kaki yang begitu ringan tanpa beban hidup sama sekali.
Jika bertemu dengan orang lain Kisman akan tersenyum dan tertawa sendiri.
Yang membuat orang-orang menjadi takut padanya.