Seorang gadis yang memiliki kelainan jantung sejak lahir, harus bertahan hidup sendiri membesarkan kedua adiknya.
Kerja keras dan banting tulang sanggup dia lakukan demi masa depan adik adiknya. Bahkan masa depannya sendiri tak pernah dia pikirkan.
Hingga suatu ketika keadaan memaksanya untuk menggadaikan harga diri serta hidupnya.
Dan dengan terpaksa harus menikah dengan orang yang tak pernah mencintainya.
Nah, untuk mengetahui kisah selanjutnya? Simak saja di karyaku yang terbaru berjudul
" Harga Diri Yang Tergadaikan ".
Selamat membaca, jangan lupa subscribe, like, vote, dan semua dukungan. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Nabila memasuki rumah besar dan mewah itu dengan pakaian lusuh karena dua hari menginap di rumah sakit.
" Tunggu! "
Suara itupun berhasil menghentikan langkah kaki Nabila.
" Kamu siapa! Berani beraninya melangkahkan kakimu di rumah ini! " Gertak Rima dari dalam rumah begitu Nabila mulai memasuki halaman.
Nabila menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sumber suara " Ma, ini Nabila. Menantu mama".
" Menantu! Aku hanya akan menganggapmu menantu kalau kelas kita sama. Tapi apa! Kamu membohongiku, jangan dikira aku tidak tahu siapa kamu sebenernya. Nabila mulai saat ini kamu dan Erland harus bercerai "
" Tapi ma"
" Jangan panggil mama, aku bukan mamamu!" Jawab Rima sambil melemparkan koper milik Nabila yang berisi semua baju bajunya kemudian menutup rapat rapat pintu rumahnya.
Dengan menahan air matanya Nabila memunguti semua baju bajunya yang berserakan.
Dan tiba tiba sebuah tangan membantunya berdiri, membuat Nabila mendongak dan menatap siapa pemilik tangan kekar itu.
" Pak Erland".
" Bil, apa yang terjadi? "
" Sepertinya nyonya Rima sudah tahu siapa aku, dia tidak menginginkan aku menjadi bagian dari keluarga Mondelez" Ucap Nabila kemudian melangkah pergi, namun tangan Erland lebih dulu meraih pergelangan tangannya.
" Bil, aku minta maaf sudah membuatmu seperti ini? "
Nabila tersenyum tipis " Ehm pak Erland, semua sudah berakhir aku akan segera menandatangani surat cerai kita. O iya Pak Erland terimakasih banyak sudah banyak membantuku selama ini, terutama untuk pengobatan Felisa".
Nabila melepaskan perlahan pegangan tangan Erland kemudian melangkah pergi meninggalkan halaman rumah mewah itu dengan menenteng kopernya.
Erland hanya terdiam membisu hingga sebuah suara menyadarkannya.
" Land, di mana Nabila? Apa mamamu melakukan sesuatu padanya? " Tanya William sambil menepuk pundak Erland yang membuatnya terperanjat.
" Papa, Nabila sudah pergi"
William bergegas berlari ke jalan untuk menghentikan Nabila tapi Nabila sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah naik taksi.
William kembali mendekati Erland " Erland, kenapa kamu biarkan Nabila pergi? "
" Erland tidak ada hak menahannya di sini pa"
" Tapi ini permintaan Erick untuk menjaganya"
Erland menghela nafasnya dalam dalam
" Entahlah pa, aku merasa kasihan padanya kalau sampai mama menyiksanya terus. Biarkan saja nanti kita bisa menjelaskan pada Erick kalau dia sudah kembali ".
William mengangguk kemudian melangkah masuk ke dalam rumahnya diikuti Erland di belakangnya.Tapi hati dan pikiran William tetap mengkhawatirkan keadaan Nabila, karena putranya sangat mencintai gadis itu. Terlebih lagi karakter dan sifat Nabila yang tangguh dan pekerja keras sangat disukainya, persis seperti almarhum ibunya Erick.
🌺
🌺
🌺
Kania berada di depan ruangan Felisa dirawat, dia duduk sendiri sambil memegangi perutnya.
Tiba tiba Sean datang dan membawakan sebuah pizza yang selama ini sangat diinginkannya. Matanya berbinar begitu melihatnya " Wah, kak Sean kok kamu tahu aku sedang sangat ingin makan pizza? ".
Sean tersebut dan membukanya agar Kania segera menyantapnya " Pasti aku tahu apa yang kamu inginkan ".
" Ih gombal banget"
Sean menatap lekat gadis belia yang berada di sampingnya itu yang sedang Lahab dan tak ada jaim jaim ya menyantap makanannya hingga mulutnya menggembul karena penuh makanan.
" Pelan pelan dong makannya, ini untuk kamu semua kok aku sudah kenyang" Bisik Sean.
" Ehem" Kania mengangguk sambil menelan makanannya.
Plak plak plak suara langkah kaki yang berjalan ke arah mereka terdengar cukup keras hingga membuat keduanya saling menatap kemudian menoleh ke arah sumber suara.
" Kak Nabila " Ucap Kania kemudian menaruh potongan pizza yang berada di tangannya dan berlari mendekati kakaknya yang berjalan sambil membawa koper besar.
"Kania, kamu di sini? Bagaimana keadaan kakak kamu? Apa dia sudah sadar? " Tanya Nabila sambil menyeka peluhnya dan penuh antusias.
Kania menggeleng membuat Nabila sedikit kecewa tapi dia berusaha menutupinya agar adiknya tidak ikut sedih " Oh ya sudah tidak apa apa, O iya Sean ada di sini kamu tidak habis keluar kan? ".
Nabila menatap Sean dengan tajam.
" Tidak kak, tadi Sean ke sini sendiri sengaja bawakan pizza untuk Kania " Ucap Sean sedikit takut dengan kakaknya Kania yang galak.
Kania kembali menatap Nabila sambil memegangi tangan kakaknya itu " Kak, apa yang terjadi? Kenapa kak Nabila membawa koper? Apa keluarga pak Erland mengusir kakak? ".
Nabila tersenyum getir dan berkaca kaca
" Tidak perlu dipikirkan, kakak mau pulang saja di sana gak enak apalagi pak Erland sering ke luar kota jadi gak nyaman ".
" Oh begitu, ya udah yuk kak kita masuk ke dalam kasihan kak Felisa sendirian di sana " Ucap Kania kemudian menggandeng tangan kakaknya diikuti Sean di belakangnya.
Begitu berada di dalam ruangan, Nabila duduk di samping Felisa dan mengusap kepalanya perlahan.
" Fel, meskipun kamu bukan adik kandungku tapi kamu dan Kania adalah segalanya bagiku. Apapun akan aku lakukan untuk kesembuhanmu. Cepatlah bangun Felisa kita akan sama sama mengejar impian kita, bukankah kamu ingin menjadi seorang pengacara hebat " Bisik Nabila di telinga Felisa yang didengar samar samar oleh Kania yang juga berada di sampingnya.
Kania memegangi pundak Nabila dan menyandarkan kepalanya di sambil menangis sesenggukan " Kak Nabila, terimakasih kak".
Nabila mengusap kepala Kania " Eh kenapa kamu menangis Kania? Lagi pula terimakasih untuk apa? ".
" Meskipun kita bukan saudara kandung tapi aku merasa hubungan kita jauh melebihi saudara sedarah, kamu sangat menyayangi kami kak, terimakasih telah memberikan kehidupan yang baik untukku dan kak Felisa " Ucap Kania di sela sela isak tangisnya.
Nabila tersenyum dan mengusap lembut kepala adiknya itu.
Sean yang berada di sana pun sempat kaget mendengar mereka berbicara. Ternyata mereka bertiga bukanlah saudara kandung tapi hubungan dan ikatan di antara mereka melebihi saudara kandung.
" Seandainya kakakku masih ada pasti seumuran kak Nabila dan pasti memiliki hati yang baik seperti kak Nabila " Batinnya.
Deg
Deg
Deg
Tiba-tiba Nabila merasakan jantungnya kembali bermasalah karena sudah beberapa hari ini tidak minum obat.
" Ach, dada kakak sakit Kania, ach ach"
" Kak, kak Nabila, kak Sean tolong kak Nabila " Sean pun segera berlari untuk menahan tubuh Nabila yang mulai lemas karena menahan nyeri di dadanya.
Dan di saat itu tanpa sengaja Sean melihat kalung titanium dengan liontin berbentuk bunga teratai dan itu sangat familiar baginya.
" Kak, Sean panggilkan dokter ya? " Ucap Sean setelah membantu Nabila duduk di kursinya.
" Tidak perlu Sean, ambilkan aku air mineral saja, sudah mendingan " Jawab Nabila kemudian merebahkan tubuhnya di saudaranya.
Kania sangat takut terjadi sesuatu pada kakaknya, dia ikut duduk di samping Nabila sambil sesekali memijit pundaknya " Kak, kalau capek gak usah kerja ya. Untuk biaya pengobatan kak Felisa dan kebutuhan kita sehari hari Kania ada sedikit tabungan kak".
Nabila pun mengangguk sambil terus memegangi dadanya.
Semangat terus thor, semoga makin sukses dan cepet upnya
Ijin promo ya ka 🙏
Mampir juga yuk ke karya Novel aku yang berjudul "KAISAR MODERN"
Mohon dukungannya ya 🙏
ngejar mobil/Grin//Grin/
masa belum apa-apa udah habis, kan nggak mungkin doong..../Curse//Curse//Curse/