Axeline tumbuh dengan perasaan yang tidak terelakkan pada kakak sepupunya sendiri, Keynan. Namun, kebersamaan mereka terputus saat Keynan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.
Lima tahun berlalu, tapi tidak membuat perasaan Axeline berubah. Tapi, saat Keynan kembali, ia bukan lagi sosok yang sama. Sikapnya dingin, seolah memberi jarak di antara mereka.
Namun, semua berubah saat sebuah insiden membuat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak seharusnya terjadi.
Sikap Keynan membuat Axeline memilih untuk menjauh, dan menjaga jarak dengan Keynan. Terlebih saat tahu, Keynan mempunyai kekasih. Dia ingin melupakan segalanya, tanpa mencari tahu kebenarannya, tanpa menyadari fakta yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Axeline berusaha mengesampingkan perasaannya. Ia fokus pada setiap instruksi yang diberikan Keynan, mencoba memahami cara menyelesaikan berkas-berkas tersebut dengan baik. Namun, setelah seharian bekerja ekstra dan ditambah tugas tambahan yang menumpuk, rasa lelah mulai menguasainya.
Kelopak matanya terasa berat, dan tanpa ia sadari, kepalanya tertunduk, bertumpu di atas tangan yang terlipat di meja. Dalam hitungan detik, ia sudah terlelap dalam tidurnya akibat kelelahan.
Keynan menghentikan pekerjaannya saat menyadari Axeline tidak lagi bergerak. Ia menoleh dan melihat wajah wanita itu yang tertidur dengan napas teratur. Tatapan tajamnya perlahan melunak, berganti dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Tanpa banyak berpikir, ia melepas jasnya dan memakaikan nya ke tubuh Axeline, memastikan gadis itu tidak kedinginan. Sejenak, Keynan hanya diam, menatap Axeline dalam diam. Ada perasaan aneh yang menggelitik hatinya, sesuatu yang selama ini ia coba abaikan.
Dengan gerakan hati-hati, ia mendekatkan wajahnya, lalu mengecup lembut kening Axeline. Sentuhan itu begitu ringan, nyaris tidak terasa, namun penuh makna.
Setelahnya, Keynan menarik napas dalam dan kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya, melanjutkan pekerjaannya tanpa mengganggu tidur Axeline.
...****************...
Axeline terbangun ketika sinar matahari menembus celah jendela dan menghangatkan kulitnya. Ia menyipitkan mata, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya pagi yang terasa begitu terang.
"Sudah pagi," gumamnya pelan.
Ia menegakkan tubuhnya, merentangkan tangan untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Namun, perhatiannya segera tertuju pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
"Oh my God, aku kesiangan!" Axeline terlonjak panik. Dengan cepat, ia turun dari tempat tidur, hendak berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka. Namun, langkahnya mendadak terhenti saat merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dengan kening yang mengernyit dalam kebingungan.
"I-ini … kamarku? Kenapa aku bisa berada di sini?"
Dia ingat betul jika semalam, ia bekerja lembur di kantor. Tetapi, ia tertidur dan tidak ingat bagaimana bisa sampai di rumah, apalagi langsung berada di kamarnya sendiri.
Sebelum ia sempat mencari jawaban, suara ketukan terdengar dari pintu. Dengan cepat, ia membukanya dan menemukan Keyra berdiri di ambang pintu dengan nampan berisi sarapan.
"Mommy?" Axeline menatapnya heran.
Keyra tersenyum lembut. "Kau sudah bangun, sayang?" Ia melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dan meletakkan nampan tersebut di atas meja.
Axeline mengikutinya di belakang dan masih diliputi rasa bingung. "Mom, kenapa aku bisa berada di sini? Semalam aku ..."
"Keynan yang mengantarmu pulang, sayang," jawab Keyra dengan nada tenang. "Dia bilang kau ketiduran saat lembur."
Axeline terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan ibunya. Jadi, Keynan yang membawanya pulang? Ia pasti terlalu lelah sampai tidak sadar sama sekali. Namun, pikirannya tidak bisa berhenti bertanya-tanya. Kenapa Keynan melakukan itu?
Axeline menggeleng cepat, mengesampingkan pertanyaan tersebut dan segera berlari ke kamar mandi karena ia benar-benar terlambat!
Keyra yang melihat putrinya panik hanya bisa menghela napas. "Sayang, makan dulu sarapanmu," serunya.
"Nanti, Mom! Aku sudah sangat terlambat!" sahut Axeline dari dalam kamar mandi.
Keyra berdiri di depan pintu, dengan tangan yang terlipat di depan dada sambil menggeleng pelan. "Tidak perlu terburu-buru, sayang. Keynan bilang hari ini kau tidak perlu berangkat kerja. Jadi, lebih baik kau makan dulu. Jangan sampai maag mu kambuh."
Beberapa detik kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Axeline muncul dengan wajah penuh busa, menatap ibunya dengan ekspresi kaget.
"Apa Mommy bilang? Kak Keynan menyuruhku untuk tidak berangkat kerja hari ini?"
Keyra mengangguk mantap. "Dia bilang kau sudah bekerja keras kemarin sampai lembur. Makanya, kau diberi waktu istirahat hari ini."
Axeline terdiam lagi. Hatinya dipenuhi pertanyaan yang tidak bisa ia abaikan. "Untuk apa dia melakukan semua ini?" batinnya.
Sementara di ruang rapat NA Company, semua sudah berkumpul untuk membahas proyek penting, dan Mita berdiri di depan, menyampaikan presentasinya dengan penuh percaya diri.
Keynan duduk di kursinya dengan ekspresi datar, namun matanya yang tajam mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Mita. Ia tidak berkata apa-apa, hanya diam dengan sikap dinginnya yang khas.
"Demikian laporan yang saya buat. Terima kasih," ujar Mita mengakhiri presentasinya.
Ruangan tersebut langsung dipenuhi tepuk tangan dari para hadirin, termasuk dari Tuan Vero, klien penting mereka.
"Sangat sempurna," puji Tuan Vero dengan penuh kepuasan.
Namun, suasana menjadi tegang, saat Keynan mulai berbicara dengan suara berat dan tajam.
"Kau yakin, kau yang membuat laporan itu?" tanyanya dingin.
Ruangan tersebut langsung sunyi. Semua orang terdiam, dengan sorot mata mereka yang beralih ke Mita.
Tubuh wanita itu menegang. Tatapan Keynan begitu menusuk, seolah menelanjangi kebohongan yang ia sembunyikan.
"Te-tentu saja, Tuan," jawab Mita dengan suara sedikit bergetar. "Saya mengerjakannya sampai lembur untuk memberikan hasil terbaik."
Keynan masih menatapnya tanpa ekspresi. Sudut bibirnya terangkat tipis, menciptakan senyum samar yang justru terasa mengintimidasi.
Mita berusaha tetap tenang, tetapi keringat dingin mulai membasahi tengkuknya.
Laporan ini bukan ia yang membuatnya. Ia hanya menyerahkannya pada Axeline untuk dikerjakan. Dan saat ia mendekati meja Axeline, ia melihat berkas tersebut tersimpan di dalam laci mejanya. Ia mulai mengeceknya dan tidak menyangka jika wanita itu berhasil menyusunnya dengan sangat baik.
Niat licik mulai terpikirkan oleh Mita, apalagi Axeline tidak masuk kerja hari ini. Itu sebabnya, ia bisa leluasa mengklaim hasil kerja tersebut sebagai miliknya. Jika proyek ini sukses, bukan tidak mungkin ia akan mendapatkan promosi yang ia impikan.
Namun, melihat cara Keynan menatapnya saat ini, Mita mulai merasa angan-angannya berakhir begitu saja.
"A-aku bersungguh-sungguh, Tuan," serunya, mencoba mempertahankan kebohongan.
Keynan menyilangkan tangan di dadanya, lalu mengangguk kecil sebelum berkata, "Kalau begitu, coba kau lihat nama yang tertera di sana."
Tubuh Mita kembali memegang. Perlahan, ia menunduk, melihat laporan yang baru saja ia presentasikan.
Matanya melebar sempurna dengan wajah yang memucat seketika saat menemukan sesuatu di bagian bawah dokumen.
"K-Keynan? Ti-tidak mungkin!" gumamnya dengan suara gemetar.
Bibir Keynan semakin tertarik ke atas. "Jadi, masih yakin kau yang membuatnya?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada lebih rendah, namun terdengar lebih berbahaya.
Tubuh Mita gemetar, ia segera berlutut di depan Keynan. Tangannya mengepal erat di pahanya, berusaha menahan ketakutan yang semakin menghantui.
"Ma-maaf, Tuan. A-aku tidak bermaksud untuk ..." Ucapannya terhenti seketika saat Keynan mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar ia diam.
Mata tajam Keynan menatapnya dingin, penuh tekanan. "Menindas anak magang, memintanya mengerjakan pekerjaan yang bukan tugas mereka. Dan sekarang, kau mengklaim hasil laporan itu sebagai milikmu."
Mita menunduk semakin dalam, tubuhnya terasa lemas. Ia bisa merasakan tatapan semua orang yang tertuju padanya, menunggu keputusan dari pria berkuasa di depannya.
"Kira-kira, hukuman apa yang pantas kau dapatkan, hm?"
DEG!