"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu siapakah jodoh yang tepat untuk Leah? Austin atau Alister?..
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1
Restoran.
Palette Gallery.
"Sudah setengah 12 malam bu, sebentar lagi akan di tutup." Ucap salah satu pelayan pada seorang wanita yang berdiri di meja kasir menggunakan celemek.
Wanita itu melihat sekeliling, para pengunjung restoran satu persatu sudah meninggalkan tempat itu.
"Baiklah, bersihkan semua setelah itu kalian langsung pulang. Kita tutup lebih awal."
"Iya.."
Petugas dan pelayan resto bergegas menyelesaikan pekerjaan tanpa sisa, sehingga saat dibuka besok semuanya sudah siap kembali.
"Bu, kami pulang duluan ya." Pamit salah satu pegawai di susul yang lain.
"Sampai bertemu besok."
"Silahkan, hati-hati di jalan." Balasnya dengan wajah tersenyum menyaksikan kepergian para pegawai.
Di dalam restoran itu kini sunyi dan hening, terlihat di luar seorang security masih setia menjaga pemilik restoran menunggunya sampai benar-benar pulang.
Wanita itu berdiri mengotak-atik mesin kasir, menata struk pembayaran agar terkelola dengan baik.
"Sedikit lagi."
Drrrrt!. Drrrrt!.
Sudut matanya menoleh pada handphone yang berbeda tak jauh darinya.
Terlihat nama kontak yang memanggil atas nama 'Direktur Alister Royce'.
Alih-alih menerima panggilan, ia malah menggigit bibir bawahnya membiarkan panggilan terus berlangsung tanpa menolaknya.
"Dari tadi dia terus menghubungiku, jawab tidak ya?." Ia menatap handphone dengan intens, terlihat wajahnya sedikit resah.
"Tapi, jika aku mengangkat teleponnya..."
Bayangan pria itu seketika terlintas dalam benak.
"Berhentilah! apa yang kau pikirkan?."
Pada akhirnya panggilan yang terus masuk diabaikan begitu saja.
Pekerjaan ini harus cepat selesai. Tubuhku akhir-akhir ini terasa berat dan panas. Tak biasanya aku terkena demam yang berkelanjutan.
Panggilan yang terus mengganggu itu, aku akan menghiraukan nya dan tidur dengan nyenyak.
Sementara di luar.
Sebuah mobil metalik berwarna hitam terparkir di depan restoran.
"Kita sudah sampai tuan."
Dua orang berjas hitam membukakan pintu mobil, lalu mereka menunduk.
Tak lama seorang pria dengan tubuh tinggi, berpakaian rapi menginjakan kakinya di sana.
Security yang berjaga terkejut dengan kedatangan mereka, ini tampak tak biasa terlihat dari penampilannya.
"Mohon maaf tuan, tapi restorannya sudah tutup 30 menit yang lalu. Kalian bisa datang kembali lagi besok." Ujarnya.
"Kami datang bukan untuk makan."
Security mengerutkan keningnya, ia bertanya-tanya. Apa tidak akan ada ancaman? Mereka seperti bukan orang sembarangan. Apalagi pria yang berada di tengah itu pria yang dikawal pemilik mata tajam menusuk tulang.
Saat hendak memastikan lagi, security terdiam saat kartu tanda pengenal di tunjukkan.
"Tak akan ada keributan, kami hanya ingin bertemu dengan Mrs. Leah." Ucap salah satu pria berjas hitam.
Seolah tak menyangka saat ini sedang berhadapan dengan siapa, security langsung menunduk hormat. "Baiklah, silahkan tuan. Nona masih di dalam belum pulang."
"Oke."
Setelah pekerjaan selesai, wanita itu melepas celemek yang dikenakan. Ia mengambil tas untuk pulang, namun langkahnya terhenti saat menyadari ada seseorang yang masuk dan itu bukan hanya satu orang.
"Mohon maaf, tapi kami sudah tut...
"Ah!.
Wanita itu seketika terkejut melihat siapa yang datang, di hadapannya adalah sosok pria yang ia kenal dengan kedua anak buah. "D-Direktur Ali. Bagaimana bisa anda..."
"Kenapa orang ini tiba-tiba ada di sini!?." Batin wanita itu cukup panik.
Ia mengalihkan pandangan karena tatapan tajam yang diterimanya.
"Katakan sesuatu, kenapa anda..
"Kenapa?." Potongnya yang membuat wanita itu terdiam.
"Leah Gracella, berapa lama lagi aku harus mengawasimu?."
Deg!.
"Tidak! apa mungkin? Mungkinkah orang-orang ini datang ke sini untuk menemuiku karena sudah mengetahui kebenarannya?." Batin wanita itu seraya melirik dua anak buah yang berjaga di pintu utama.
Mendapati wanita di hadapannya menatap ke arah lain, pria itu menarik dagunya agar tidak melepaskan pandangan.
"Apa ini? sepertinya kau kehilangan kewarasanmu karena sedang berada di hadapanku."
Manik keduanya bertemu.
"Benar, itu tidak mungkin. Pasti dia belum tahu." Batin Leah.
"Maaf direktur jika anda datang ke sini untuk makan, datang kembali besok saja. Kami tutup lebih awal, dan saya lelah ingin segera istirahat."
"Tsk!!.. Bagaimana dengan anak yang ada di sana?." Ujarnya to the point dengan tangan menunjuk pada perut wanita itu.
Deg!.
Rasa terkejut yang cukup menghantam membuat rasa pusing pada Leah semakin terasa. "B-bagaimana anda mengetahuinya!?."
"Bagaimana.. Umph!." Wanita itu menahan tubuhnya yang mulai hilang keseimbangan.
"Tentu saja aku tahu, ini bukan hal sulit."
"Jadi, selama aku pergi kau berhubungan dengan pria lain rupanya." Bisik Alister.
Mata wanita itu membulat. "Apa yang kau bicarakan!."
Tangan kekar pria itu menahan tubuh Leah yang hilang keseimbangan. Disentuhnya perut wanita yang ada di hadapannya. "Aku bertanya-tanya apakah yang ada di sini adalah anakku atau bukan."
Leah menatap wajahnya yang terasa dekat, pertanyaan itu pertanyaan yang tak ingin ia dengar.
"Kau tak memiliki jawaban?."
Benar, sesuai dugaan dan rumor yang beredar. Alister Royce memanglah orang yang seperti ini. Tak punya belas kasih dan semuanya harus berjalan sesuai dengan keinginannya.
"Tidak, ini bukan anak direktur Ali. Lebih tepatnya saya juga tidak tahu anak siapa ini. Mengingat saya berhubungan se*s dengan satu atau dua pria saat itu." Jawabnya.
Pria itu diam tak langsung menjawab, menatap Leah dengan intens.
"Kenapa?."
"Apa ini menyenangkan bagimu?." Lirih Ali.
Leah mundur beberapa langkah dan keluar dari dekapan pria yang menahan tubuhnya. "Apa anda berpikir bahwa saya hanya melakukannya dengan anda seorang?."
"Begitu ya? Jika berbohong, aku akan marah bahkan tak peduli jika itu dirimu."
"Leah, pikiran bahwa kau menggoyangkan pinggulmu dan melebarkan kakimu untuk pria lain.. Aku tak akan mempercayainya." Lanjut Ali dengan tatapan penuh intimidasi itu.
Leah meremas kuat ujung bajunya, ia mengalihkan pandangan. "Ya, terserah anda saja. Lagipula anak ini tidak ada hubungannya dengan direktur, ini urusan saya apakah mau mengaborsinya atau membesarkannya sendiri, jadi...
"Silahkan anda pergi, direktur. Saya akan menutup restorannya."
Pria itu diam dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Ikut aku." Ia menarik wanita itu untuk keluar.
"Apa?? Direktur, tunggu!.."
Seberapa kuat berontak, Leah tak bisa melawan. Security yang berjaga juga ditahan dan diberi pengertian oleh anak buah Ali.
"Hei, lepas!."
Pintu mobil di buka, dimasukannya Leah ke dalam.
"Ugh! Mau dibawa kemana!!.."
Ali menyalakan korek dan menghisap rokoknya. "Tenang saja, aku tidak mungkin menjual wanita yang sedang mengandung anakku."
Mendapati bau rokok, Leah langsung menghindar dan menutup mulutnya. "Uhkuk!!."
Ali mengetahui itu dan seketika sadar sesuatu. "Ah... Kau ini benar-benar."
Ia langsung menginjak rokoknya dan memberikan sapu tangan pada Leah. "Ambillah.."
"Tak usah."
"Tidak ada penolakan."
Leah pun menerimanya.
Kini pria itu masuk ke dalam mobil dan sudah duduk berada di samping Leah yang menutup mulut dengan sapu tangan.
Anak buah Ali melajukan mobilnya membelah jalanan raya.
Leah memejamkan mata, tangannya menyentuh perut yang masih rata itu. "Aku tak punya pikiran untuk mengaborsi anak ini." Lirihnya dalam hati.
"Anda tak perlu khawatir direktur. Saya tidak akan meminta anda untuk bertanggung jawab bahkan jika saya memutuskan untuk melahirkannya." Ucap Leah.
"Hah.. Jelas saja." Alister sudah menduga.
"Leah Gracella.. Ini tak tak seperti aku ingin menikahimu. Kau harus merawat diri dengan baik sampai anak itu dilahirkan." Ujar Ali.
"Berhenti dulu dan belikan sesuatu yang bisa dimakan!."
"Baik tuan."
"Tidak, anda tak usah khawatir saya baik-baik saja!." Tolak Leah.
Alister tak menjawab yang membuat Leah kesal sendiri, dan tak lama makanan pun datang.
Mau tak mau Leah menerimanya.
Karena pusingnya masih terasa, Ali meletakkan tangannya pada mata Leah. "Tutup matamu."
"Ali, kenapa dia bersikap seperti ini?."
Rasanya terlalu mahal untuk satu malam..
Bayangan malam itu kembali terlintas, penyatuan penuh gairah diantara keduanya nya sangat nyata, menyatu tanpa celah dan saling cakar mendorong satu sama lain.
Jika saja kami tak bertemu, bukankah hal ini tak akan pernah terjadi?.
Tidak, anehnya perasaanku tetap membantahnya. Kami pasti bertemu lagi seolah-olah kami berada dalam lingkaran takdir yang telah ditentukan meskipun kami tak menghendakinya.
Aku Leah Gracella, akan melangsungkan pertunangan dengan Austin Royce. Tetapi malah mengandung anak dari adiknya, Alister Royce.
Mksh udah update lagi
Lanjut thor...makin seru critanya
Mksh othor...UP nya yg byknya dong, krg kalau cuma 1 mah
Mksh othor atas up nya, gak sabar nunggu part selanjutnya