Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan
Geng Sera saat ini tengah berkumpul di area balap motor. Sera tidak akan ikut balapan, dia hanya melihat temannya yang ikut balapan.
Terdengar sorakan meriah dari gengnya saat harsa memenangkan pertandingan ini.
Sedari tadi ia hanya melamun. Ia merasakan ada sesuatu yang mengganggu di kepalanya, dan ini tentang Gara serta kehidupannya setelah kelulusan Sera.
"Sera, dari tadi lo ngelamun mulu gue perhatiin. Lo sakit?" tanya Asa menatap Sera dengan khawatir.
"Nggak, asa, gue gapapa. Cuma lagi nggak fokus aja. Santai aja kali, hehe," menggelengkan kepalanya dengan kekehan kecil, Sera membalas Asa.
Asa hanya bisa menghela napas. Sera memang seperti itu, selalu menutupi semua lukanya sendiri tanpa tahu bahwa dirinya akan selalu memberikan bantuan saat gadis itu ada masalah. Tapi Asa berpikir itu mungkin masalah pribadi Sera yang dirinya tidak harus tahu.
"Ayo, guys... Rayakan kemenangan gue dengan barbeque-an di rumah gue," ajak harsa semangat pada yang lain.
"Gas."
"Asik, tidur nyenyak nih gue malam ini," timpal yang lainnya.
Para rombongan geng Sera keluar dari arena balap tadi dengan bersiul mengejek lawan balap mereka tadi. Sera hanya bisa tersenyum bahagia dan akan ia kenang menjadi sebuah memori yang mungkin tidak akan kembali lagi di kedepannya.
Pasti mereka akan sibuk dengan kehidupan yang baru setelah lulus sekolah, termasuk dengan dirinya.
Sera tidak akan melupakan setiap momen saat bersama mereka, karena itu tidak mungkin sering terjadi lagi. Ia harus memanfaatkan waktu untuk bersama teman gengnya, sebelum mereka akan berjauhan.
"Yah.. Semangat, Sera. Jangan memikirkan hal lain, ini adalah waktu berharga saat berkumpul bersama mereka," gumamnya menyemangati dirinya sendiri. Ia tersenyum melihat teman-temannya dan ikut bergabung bersama mereka.
Saat selesai berkumpul dengan para sahabatnya, Sera pulang ke rumah pukul 1 malam. Membuka pintu rumah dan menemukan sang kakak tiri yang memandang sinis dirinya.
"Baru pulang lo, berandalan... Frustasi ya gabisa bebas lagi setelah lulus. Bakal pergi deh dari rumah ini. Kasihan.. "
Malas meladeni ucapan sampah dari pria itu, Sera melanjutkan jalannya menuju kamar untuk beristirahat.
•••
Pagi ini Sera sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Dengan seragam dan aksesoris yang melekat di tubuhnya, gadis itu mulai bergegas keluar kamar dengan tergesa-gesa. Sera sedikit telat bangun tadi dan sekarang masih ada ujian sekolah. Ia terlambat karena semalam tidur tengah malam akibat keasyikan menonton drama Korea di laptopnya.
Setelah turun, Sera melihat sang ayah tengah sarapan sendirian tanpa istri dan anaknya. Ia melirik sebentar tanpa mengatakan apa pun, sampai sang ayah mengeluarkan suara tanpa menoleh padanya.
"Pulang sekolah langsung datang ke ruangan kerja ayah!"
"Iya," jawab Sera singkat, melirik ayahnya sekilas.
Setelah keluar rumah, Sera menjalankan motornya dengan sedikit kencang, takut terlambat sekolah. Sambil fokus ke jalan, pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tidak biasanya ayahnya menyuruhnya datang ke ruangan kerja. Mungkin ayahnya ingin memaksanya belajar mengelola perusahaan atau hanya ingin memperingatkannya agar selalu menuruti perintah.
Tak terasa, ia sudah sampai di lingkungan sekolah. Karena terlalu memikirkan hal tadi, sekarang Sera melihat para sahabatnya masih di parkiran menunggunya.
"Ya ampun, Sera! Gue kira lo nggak berangkat. Panik gue, takut lo telat atau ada sesuatu di jalan!" Suara merdu Asa pertama kali menyapa telinganya.
"Apaan sih lo, alay banget," balas sinis akram pada Asa, yang langsung menatapnya tajam.
"Diem lu! Beruq..." jengkel Asa menatap tajam akram.
"Ish... Udah-udah, gue udah di sini berarti aman. Ayo kita masuk, sebentar lagi bel masuk," ajak Sera sambil menggandeng tangan Asa yang masih bersitegang dengan akram.
Akram hanya menatap Asa malas. Entah kenapa mereka tidak pernah akur dan selalu bersitegang. Jangan-jangan mereka jodoh? Siapa tahu benci jadi cinta. Sera hanya bisa menggelengkan kepala melihat keduanya. Sejak dulu memang seperti ini, tapi Sera melihat mereka sebenarnya saling peduli.
Saat dalam perjalanan menuju kelas, mereka bertemu Gara yang tampak menunggu seseorang. Tiba-tiba Gara mendekati Sera dan berbisik lirih di sampingnya.
"Sera, bisakah nanti sepulang sekolah kita bertemu?"
"Ya," balas Sera, mengangguk dengan tatapan sulit diartikan.
"Makasih, Sera. Aku duluan." Gara bergegas pergi, sementara teman-teman Sera menatapnya dengan sinis dan jengkel, terutama Asa yang langsung melotot.
"Ngapain dia berani muncul lagi?! Kenapa baru sekarang dia nyamperin lo lagi, Sera?! Selama ini ke mana aja?! Dasar cowok banci, nggak punya malu!! Ish, nyebelin banget anjir! Apa yang dia bilang, Ra?!" cerocos Asa penuh emosi.
Teman-temannya juga menatap Sera, menuntut jawaban. Sera menghela napas dan menatap mereka.
"Tadi dia bilang mau ketemu sepulang sekolah."
"Beneran, Ra? Kalau ada apa-apa bilang aja ke gue. Apalagi kalau dia nyakitin lo, biar gue yang bales!" celetuk akram, menatap Sera serius.
"Iya, tenang aja."
"Kalau dia macam-macam, pukul aja, Ra! Sekalian tendang aja asetnya itu."
"Awas aja sampe bikin lo sedih, gue bakal bully tuh, Gara si cowok letoy!"
"Hm, iya, kalian tenang aja," balas Sera sambil tersenyum. Ia merasa beruntung memiliki sahabat seperti mereka yang selalu ada dan mendukungnya.
Tett! Bel masuk berbunyi. Mereka langsung ke kelas dan mulai mengerjakan ujian seperti biasa.
Sera belum mengumpulkan kertas ujiannya. Gadis itu malah melamun, memikirkan pertemuannya dengan Gara nanti. Apakah ini akan menjadi akhir hubungan mereka? Jika boleh jujur, Sera masih menyayangi Gara meskipun ia telah mengecewakannya. Ia ingin kembali bersama Gara dan memperbaiki hubungan mereka.
"Tidak... Aku harus berpikir positif. Gara pasti tidak akan mengakhiri hubungan ini," gumamnya.