Kuceraikan Suami Tanpa Asa

“Pak Bayu sepertinya ini bukan jalan menuju ballroom,” ucap Alina heran sambil melihat ke arah jalan. 

Pria itu tersenyum licik, kemudian ia perlahan membuka topi dan maskernya hingga membuat mata Alina terbelalak. 

“Mas Danu!” teriak Alina. 

“Iya Alina ini aku,” jawabnya sambil menghentikan laju mobilnya, kemudian membekap Alina dengan sapu tangan yang sudah ditetesi obat bius hingga membuat Alina tak sadarkan diri seketika. 

Mobil melaju dengan cepat membawa Alina ke suatu tempat yang asing. 

Setelah beberapa saat, Alina kemudian membuka mata, ia menemukan dirinya berada di dalam sebuah ruangan gelap dan lembab tangannya terikat di kursi. Kepalanya masih berdenyut akibat efek obat bius.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Dari arah belakang muncul sosok yang sangat ia kenal.

“Akhirnya kau bangun juga Alina," ucap Danu sambil mengelus pipi Alina. 

Alina menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Danu?! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku sekarang!” teriak Alina lalu ia menjerit meminta tolong sambil meronta ronta. 

“Sekuat apapun kamu berteriak tidak akan ada yang ada yang mendengarnya Alina jadi percuma saja,” Terang Danu senang saat Alina mulai putus asa. 

Danu menyeringai, lalu berjongkok di depan Alina, mengusap rambutnya dengan lembut, suatu hal yang membuat Alina semakin muak kepada mantan suaminya itu. 

"Aku hanya tidak ingin kamu dimiliki laki-laki lain selain aku Alina,  jadi aku terpaksa menggunakan cara ini. Cara yang akan membuatmu mengingat ku seumur hidupmu.”

“Dasar gila! Raffa pasti akan mencariku! Polisi akan menemukanmu dasar brengsek!” teriak Alina emosi

Danu tertawa kecil, seolah tidak terancam sedikit pun.

"Raffa? Apa yang bisa dia lakukan? Dia bukan siapa-siapa dibandingkan aku. Lagi Pula, kalau dia ingin kau tetap hidup, dia harus mematuhi perkataanku dan permintaanku mengerti! Kalau tidak aku akan membuatnya menyesal seumur hidup.”

Jantung Alina berdegup kencang. Dengan mata yang membulat. “Apa maksudmu?"

Danu mendekatkan wajahnya ke telinga Alina, ia berbisik dengan nada mengancam.

"Aku ingin kamu meninggalkan dia. Kalau tidak... aku akan memastikan dia tidak pernah bisa menyentuhmu lagi, untuk selamanya.”

Alina membeku. Ini bukan sekadar ancaman kosong Danu benar-benar sudah gila.

Sementara itu di tempat lain Nadia dan Pak Bayu bergegas ke ballroom tempat acara pernikahan di gelar untuk menemui Raffa. 

Disana Raffa masih sibuk mengatur acara, walaupun  pernikahan sederhana tapi dekorasi ruangan sangat indah dan dibuat sesuai selera Alina. 

“Raffa!” Teriak Nadia.

“Nadia hei, apa Alina sudah datang cepat sekali acara baru dimulai satu jam lagi,” ucap Raffa sambil melihat jam tanganya. 

“Ehm, Fa Bisa kita bicara di tempat sepi?”

Raffa mengerutkan keningnya ia melihat Nadia seperti sedang kebingungan bercampur panik “Ada apa Nad, kenapa wajahmu panik begit?”

Nadia lalu menarik tangan Raffa menuju tempat yang tidak terlalu ramai. “Raffa, Alina sepertinya diculik,” ujar Nadia ragu. 

Sontak perkataan Nadia, tadi membuat Raffa terkejut. ”Apa? Apa maksud mu?” 

“Iya sepertinya, Alina di culik oleh Danu dia tadi menyamar sebagai Pak Bayu sopir Alina dan membawa pergi Alina dan mobilnya. 

“Kok, bisa Nad?” tanya Raffa shock. 

“Itu terjadi begitu saja, aku juga tidak menyadarinya pertama-tama dia membuat Pak Bayu asli pingsan dengan cara memukulnya lalu hal buruk itu terjadi. 

“Kurang ajar! manusia itu apa sebenarnya yang dia inginkan?” Teriak Raffa frustasi. Ahh…! 

“Apa tidak ada nomor asing yang menghubungimu?” Aku yakin dia akan minta sesuatu kepada kamu  sebagai tebusan,” ucap Nadia. 

Lalu Raffa mengecek ponselnya dan membuka aplikasi chat, “Tidak ada Nad, aku akan lapor polisi!” 

“Tunggu dulu Raffa, biarkan dia bereaksi terlebih dahulu agar kita tahu apa yang dia inginkan. Jika kita lapor polisi aku takut dia akan bertindak nekat,” ujar Nadia.

“Baiklah aku akan tunggu 30 menit jika lebih dari itu aku akan lapor polisi!” ucap Raffa tegas. 

Tidak berapa lama, nomor asing menelepon ponsel Raffa lalu ia dengan sigap langsung mengangkat panggilan itu. 

“Halo,” ucapnya cepat. 

“Apa kau sedang menunggu telepon dariku Raffa?”

Ia tertawa terbahak-bahak, aku bisa melihat ekspresi mu dari sini Raffa pasti saat ini kau sedang marah bukan! Itu yang mau,” ujar Danu senang. 

“Kurang ajar! dimana Alina apa yang kau mau brengsek!” Pekik Raffa. 

“Hey, hey santai , jika terburu-buru tidak tidak akan menarik bukan! Bagaimana rasanya pernikahanmu batal? sakit hati bukan, itu yang aku rasakan sebaiknya kau nikmati dulu perasaan sakit itu hingga hampir membuatmu gila dan satu hal tenang saja pengantinmu masih bersamaku.” 

“Jika dia terluka aku aku balas 1000 kali lipat awas saja kau brengsek!!”

Danu lalu mematikan ponselnya. 

“Ahhh, dasar kurang ajar!” 

“Apa yang dia inginkan Raffa?” tanya Nadia. 

Raffa hanya menggelengkan kepalanya “Danu belum bicara apa-apa,” jawab Raffa lemas, ia menatap nanar panggung pelaminan yang telah ia siapkan untuk pernikahannya air matanya mengalir membasahi pipinya. 

“Alina aku harap kamu baik-baik saja, tunggu aku. Aku akan menyelamatkanmu,” gumam Raffa.