Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Kemarahan Sekar
Sekar menghela napas beratnya setelah gagal menghubungi ponsel Angga.
"Apa dia marah karena kemarin aku jutekin terus?" batin Sekar yang mendadak merasa bersalah pada Angga.
Namun dengan cepat Sekar tersadar karena rasa antipatinya pada cowok berseragam masih terbilang tinggi, ia segera membangun kembali tembok pembatas di hatinya untuk pria seperti Angga. Lalu, Sekar pun berpamitan pada Eko.
"Insting komandan benar-benar tajam. Aku disuruh dinas pagi buat menyambut Sekar yang diprediksi akan balikin tuh sepatu Cinderella yang penuh drama. Semoga komandan berjodoh sama Mbak Sekar. Kayaknya tuh cewek, gadis baik-baik." Batin Eko seraya memandang punggung Sekar yang berlalu dari pos polisi.
Ya, AKP Angga memang mendapat tugas untuk pindah dinas atau mutasi sementara ke wilayah lain di luar Pulau Jawa. Angga hanya mengaktifkan nomor dinasnya. Di mana Sekar tak tau nomor tersebut. Sebab, Sekar hanya tau nomor pribadi Angga.
Lelaki ini sengaja tak menghidupkan dulu nomor pribadinya. Ia hanya ingin tau apa Sekar mencoba untuk mencari dan menghubunginya atau tidak. Saat ini Angga juga sedang fokus di tempat baru agar tugas tersebut selesai dengan baik.
☘️☘️
Enam bulan berlalu, Surabaya.
Selama enam bulan ini, Sekar terus berfokus untuk meningkatkan skillnya di dunia call center terutama sebagai agen atau operator.
Skill adalah kemampuan, keterampilan, atau keahlian yang dimiliki seseorang.
Skill dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hard skill dan soft skill. Kedua jenis keterampilan ini saling melengkapi dan diperlukan dalam dunia kerja.
Hard skill adalah keterampilan teknis yang spesifik dan terukur. Contohnya, kemampuan dalam mengoperasikan komputer dengan cepat, kemampuan berbahasa asing terutama bahasa inggris dengan baik karena pelanggan yang masuk tidak semua pribumi ada juga bule alias warga negara asing, kemampuan menganalisis dan memecahkan permasalahan pelanggan dengan cepat, taktis, dan tepat solusi.
Soft skill adalah kumpulan kemampuan interpersonal yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Soft skill merupakan atribut pribadi yang sulit diukur secara langsung.
Contohnya :
Kemampuan komunikasi yang efektif, kecerdasan emosional, kerja sama tim, berjiwa kepemimpinan, empati, kreatif dan inovatif.
Skill yang matang dapat menghasilkan pekerjaan yang baik, tepat waktu, dan memuaskan.
Sekar berusaha meningkatkan hard skill maupun soft skillnya. Ia juga mulai melakukan banyak interaksi sosial baik di dalam kantor maupun di luar kantor.
Sekar juga mengambil job tambahan yakni menjadi guru privat. Namun ia hanya mengambil satu murid saja dan mengajar seminggu sebanyak tiga kali pertemuan di malam hari.
Dikarenakan Sekar lebih sering mendapatkan shift jam lima atau enam pagi, alhasil siang hari sudah pulang. Ia bisa beristirahat sejenak di rumah lalu jam enam petang bisa berangkat kerja menjadi guru privat.
Komunikasinya dengan Angga terbilang saat ini sudah tidak ada. Hanya sekali Sekar berhasil menghubungi Angga melalui pesan singkat beberapa hari setelah lelaki itu pindah dinas ke kota lain.
Angga pun langsung membalas pesan Sekar tersebut dengan cara melakukan panggilan. Beruntung Angga tak perlu menunggu lama karena Sekar segera mengangkat. Lelaki ini seakan tau jika jam sepuluh malam Sekar sudah tiba di rumah dan bisa diajak mengobrol lewat udara karena sudah senggang.
"Ada apa?" tanya Sekar secara to the point saat mengangkat panggilan telepon dari Angga.
"Maaf hpku baru aktif karena pindah dinas jadi perlu banyak hal yang dibereskan di sini serta adaptasi tempat baru,"
"Terus?"
"Maaf gak kabar ke kamu waktu di restoran kalau aku mau pindah dinas ke kota lain,"
"Gak masalah. Kita gak sedekat itu juga dan aku gak harus kamu beri laporan kemanapun dirimu pergi urusan pribadi atau kedinasan,"
"Tapi, aku tetap pengin kabari ke kamu biar gak khawatir."
"Siapa yang khawatirin kamu?" sungut Sekar. "Dasar ge_er!"
Angga tersenyum tipis di sana mendengar omelan Sekar. Mendengar suara Sekar seperti ini, Angga sudah cukup senang.
"Kata Eko, kamu cariin aku? Ada apa?" pancing Angga.
Faktanya, sejak hari pertama Sekar tiba di pos polisi enam bulan yang lalu dan mengetahui Angga ternyata pindah dinas ke kota lain, Eko sudah mengabari Angga secara detail.
"Ya, mau balikin sepatu kakakmu sama ambil sepatuku yang patah."
"Sepatu yang kamu bawa sudah ku bilang itu buatmu. Kalau gak mau, bisa dibuang saja. Soal sepatumu yang patah, sudah ku buang."
"Apa?? Kamu buang?"
"Iya, habisnya hak sepatunya sudah patah terus kulitnya ada yang mengelupas juga. Udah gak layak kamu pakai. Yang ada malah nanti kakimu tambah lecet. Jadinya tuh sepatu butut aku buang ke tong sampah," jawab Angga dengan entengnya.
"Kamu buang ke tong sampah mana sepatuku?!" teriak Sekar tiba-tiba mengejutkan Angga di seberang sana.
"Memangnya kenapa sih? Apa sepatu itu dari mantanmu? Sepatunya kan udah gak layak pakai. Apa salah kalau tuh sepatu, aku buang?"
"Sangat salah, AKP. Angga Yudho P !!" jawab Sekar dengan suara berteriak kencang.
Emosinya kini mendadak naik ke ubun-ubun. Ia pikir Angga akan menjaga sepatu miliknya. Ternyata lelaki ini justru membuangnya tanpa izin darinya.
"Nanti aku ganti sepatumu dengan yang baru," ucap Angga.
"Aku gak butuh sepatu darimu atau uangmu sepeser pun!" bentak Sekar.
"Kamu gak akan pernah tahu gimana rasanya menabung sedikit demi sedikit sampai rela gak jajan untuk mengisi perutmu hanya demi membeli sebuah sepatu yang kamu butuhkan. Sepatu itu aku beli sendiri bukan untuk alat pamer atau foya-foya pada orang lain. Dan hal itu bukan hanya satu atau dua bulan tapi setahun lebih aku mengumpulkan uang hingga bisa membelinya. Mengerti kamu!"
Sekar menarik napasnya sejenak. Sungguh rasanya begitu sesak dadanya kala mendengar Angga mengatakan jika sepatunya telah dibuang ke tong sampah karena sudah rusak atau butut.
Di seberang sana Angga hanya mampu terdiam mendengar Sekar mengeluarkan unek-unek dan emosinya. Bahkan sesekali Angga yakin Sekar sepertinya ingin menangis, tapi tertahan.
"Kamu gak akan pernah mengerti rasanya menahan lapar ketika kuliah tanpa sengaja melewati kantin di mana teman-temanmu sedang asyik makan di sana. Ingin bergabung tapi gak punya uang karena tabunganmu untuk beli sepatu. Orang kaya sepertimu gak akan paham!"
"Kar," sela Angga.
"Diam! Aku belum selesai bicara!" pekik Sekar.
"Kamu pasti tahu mana sepatu bermerek dan mana sepatu yang murahan, bukan?"
"Sepatuku yang kamu buang itu merek yang cukup ternama bagiku. Mungkin harganya yang lima ratus ribu gak seberapa untukmu yang kaya raya. Tapi bagiku itu mahal dan berharga karena butuh pengorbanan untuk bisa membelinya. Sekarang, seenaknya kamu buang begitu saja. Aku benci kamu, Angga!"
Bersambung...
🍁🍁🍁
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak