Setelah Pengingkaran Janji

Setelah Pengingkaran Janji

Masalah Baru

Ia biarkan tubuh lemah bermandi alkohol itu terkulai lemas dengan mulut yang terus saja meracau tak jelas

ia bergerak keteras balkon, memantik batang nikotin untuk sekedar mengenyahkan segala yang menghimpit dadanya nyeri

"Gra.. Graa.." panggilnya dari dalam kamar

Agra tak berminat menyahut, batang nikotinnya saat ini sangat ia butuhkan

"Brengsek, gue cariin dari tadi" Ujarnya saat berhasil menemukan Agra

Agra menoleh, "Kenapa?"

"Gue cuma mastiin aja kalau lo udah pulang, takutnya lo tepar juga kaya si Reino" ia alihkan tatapnya pada sahabat mereka, yang entah telah menghabiskan berapa banyak minuman alkohol

"Gue gak suka minum, Sep!"

"yakan, gue takutnya aja lo jabanin permintaan Sam"

"gue gak bodoh!" ia berbalik, menatap lurus kedalam kamarnya, menatap Reino yang masih belum sadar juga "Sahabat lo bego, Sep!"

"dihh.. Najis" sahutnya "bukan sahabat gue, sahabat lo!"

Agra terkekeh kecil "Gue balik sekarang ya Sep, lo disini aja sama Reino"

"ngapain balik sih, gimana kalau masih ada Sammuel sama kawan kawannya dijalanan?"

Agra tak menyahut, ia memilih untuk menyambar jaket kulitnya yang ia biarkan diatas sofa "Gue cabut!"

"euhh.. siAnjeeeenggg!!" umpat Asep "Agra borokokok!!"

Agra berjalan menjauh dari kamar Apartemennya, setelah selesai bersenang senang diclub malam atas dasar permintaan rekan kerja mereka, namun ada sedikit insiden yang membuat Reino harus sampai berkorban sejauh ini,

"haahh.. Dasar wanita" gumam Agra

setelahnya Agra memacu kuda besinya ditengah lengangnya jalanan ibu kota ditengah malam

beberapa menit mengemudi, ia pun sampai di rumahnya yang tampak sudah sepi, mengingat saat ini jam sudah menunjukan waktu terlalu larut

Agra berjalan mengendap ngendap untuk bisa sampai dikamarnya, namun saat kakinya hendak menginjak undakan tangga

"ekhemm..."

suara dehaman berhasil menghentikan aksinya, ia berbalik "ngagetin aja kamu!" dumal Agra

Nala terkekeh "Jam segini baru pulang. Kalau sampai bunda tahu, kira kira gimana ya reaksinya" goda Nala sembari berjalan melewati Agra dengan segelas air putih ditangannya

"Ck! Jangan cepu dek!"

Nala mencebik tak mau tahu, "ya minimal bunda harus tahu sih"

Agra berjalan mengekor dibelakang adiknya, "Enggak sering juga dek"

"mana ada! Aku udah sering liat abang pulang tengah malam, tahu deh bau alkohol apa enggak.. Tapi kayanya sih iya!"

"dihh enak aja" protes Agra "Abang gak pernah ya nyentuh minuman minuman itu, Haram!"

"cihh soiye.." setelahnya Nala kembali masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Agra yang masih tertinggal tak jauh darinya

sedetik kemudian pintu kamar Nala terbuka, kepala Agra menyembul disana "Dek!"

Nala bergumam menyahuti, serial drakor dihadapannya lebih seru ketimbang harus meladeni abangnya

Agra masuk lebih dalam kedalam kamar sang adik, ia duduk ditepi tempat tidur tepat disamping Nala "Jangan bilang bilang bunda sama ayah ya!" celetuknya

"kenapa?"

"emangnya kamu gak kasian apa sama abang?"

"eummhh.. enggak tuh!"

agra mendelik kesal, membayangkan wajah kecewa bundanya saja sudah membuatnya tak enak hati,

"gini aja deh.." agra keluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya, ia angsurkan dihadapan Nala "kamu ambil ini buat tambahan uang jajan besok sama teman teman, tapi janji jangan bilang bilang sama ayah bunda"

Nala melirik sekilas "Jadi.. Ceritanya nyogok nih?"

"oh ya nggak dong!" sanggahnya cepat "anggap aja ini sebagai imbalan aja, karna kamu udah mau bantu jaga rahasia abang"

"bener nih? Bukan nyogok kan?"

"bukan dong!"

Nala pun menerima sejumlah uang dari Agra dengan senang hati,

"oke deh, Nala gak bilang bilang sama siapapun. Jadi sekarang abang bisa keluar? Soalnya nala gak betah sama bau alkohol!"

Agra lantas bangkit berdiri, ia mengendus bajunya dan benar saja bau alkohol Reino menempel dibajunya, Ah sialan Reino umpatnya,

setelahnya Agra memilih pergi dari kamar Nala, dan kamarnya menjadi tujuannya saat ini

setelah membersihkan diri, Agra baringkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur, menatap langit langit kamar menerawang jauh kesana

sekelebat bayangan masa remajanya muncul, lebih tepatnya wanita pujaan hatinya yang berhasil memporak porandakan perasaan Agra

cinta pertamanya yang masih ia simpan dengan rapih jauh direlung hatinya, namanya masih terukir indah sampai saat ini

wajah cantiknya, Agra masih mengingatnya dengan jelas, senyuman itu berhasil menarik seluruh dunianya

namun kini, tak dapat ia temukan lagi wanita yang seperti dia

setelah banyaknya janji yang ia ucapkan, kini hanya tinggal angan angan yang terus menganga meminta kepastian, apakah harus terus menunggu atau memilih menguburnya saja?

Hingga tak terasa kantukpun membawanya dalam buaian mimpi, menyelemutinya dalam kedamaian

**

saat pagi menjelang

suasana hangat tercipta dimeja makan, kala tawa saling terdengar bersahutan

"semalam pulang jam berapa bang?" ujar bunda

Agra mendongak, ia hentikan tawanya "gak liat jam bun" kilahnya, ia melirik kearah Nala yang saat ini memasang wajah mengejek kearahnya

"kalau pulang jangan larut malam, bunda gak suka, apalagi ikut ikutan kaya yang lain mabuk mabukan. Haduh anak bunda jangan sampai deh!!"

agra hanya tersenyum kecil, meskipun memang benar adanya ia tidak pernah menyentuh minuman haram itu

"udah sih bun, Agra bukan anak remaja lagi yang apa apa harus diingetin. Dia udah gede!" sela Ayah

"tapi kan yah, kalau kita gak ingetin takutnya kelupaan. kalian juga sama Nayra, Nayla, Nala harus bisa jaga diri baik baik jangan terpengaruh sama dunia luar!!"

"yaa bun..." sahut ketiga gadis itu bersamaan

"Agra berangkat kerja dulu yah.." ujarnya pada sang Ayah

Ayah mengangguk, "bawa Nayla sama Nayra juga ya Gra!"

"sama Nala aja yah, Agra bawa motor" tolaknya, mengingat jarak sekolah adik kembarnya terlalu jauh dari kantornya, belum lagi ia harus menghadapi macetnya jalanan ibu kota dipagi hari

"Yaudah kalau gitu" putus Ayah kemudian,

sementara sedari tadi ponsel Agra tak berhenti bergetar panjang,

saat ia lihat, nama itu tertera disana. Haahh malas rasanya

"yaa, kenapa?" sahutnya pada seseorang disebrang sana

"berangkat kerja bareng ya gra" pintanya

Agra menghela nafas lelah, "emangnya mobil kamu kemana gis?"

"masih dibengkel. Aku tunggu ya, jangan lama lama"

setelahnya panggilan terputus sepihak, sementara Agra mengusap wajahnya kasar. Mau tak mau ia harus menjemput sang kekasih yang tak sengaja ia pacari satu tahun belakangan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!