bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Sebelas
***
Sudah satu Minggu Laudya selalu di antar Jemput oleh Maxim, dan hampir semua karyawan ditempat kerjanya mengetahui bahkan sudah banyak gosip-gosip tentang dirinya dan Maxim.
Laudya hanya bisa pasrah dan tidak terlalu menanggapi Gosip tersebut, Laudya selalu melarang Maxim agar tidak menjemput nya.
Tapi Maxim tetap Maxim, si Pria pemaksa dan selalu tidak mau di bantah. Laudya pernah berencana berangkat kerja lebih pagi dari biasanya, tapi ternyata bisa tercium oleh Maxim rencananya itu.
Sepertinya Maxim itu suka membuat Laudya terkejut, si suka memberikan kabar dadakan dan harus di iyakan jangan di tolak dan jangan membantah, seperti hari ini.
Saat di perjalanan Pulang kerja, Maxim memberitahu Laudya kalau Hari Senin nanti Laudya yang akan menemani Maxim ke Jepang untuk perjalanan Bisnis.
Dan Nanti Malam juga Maxim akan kembali ke Rumah Laudya untuk menjemputnya Makan malam di kediaman Orang tua Maxim.
Saat Laudya ingin menolak dan memberikan Alasan kalau ia tidak bisa ikut Makan Malam dengan orang tua Maxim, tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari No tidak di kenal.
Dan ternyata panggilan telepon dari Bu Arumi yang mengatakan kalau beliau mengundang Laudya ke Rumah nya.
Mau menolak tapi tidak enak, jadi mau tidak mau Laudya mengiyakannya undangan Makan Malam tersebut.
.
Laudya sedang membantu Ibu nya memasukan Masakan Ibu nya kedalam Box berukuran sedang yang biasa di gunakan untuk Tempat makanan catering.
“Lumayan banyak, ini di antar atau di jemput?” Tanya Laudya.
“Katanya mau di jemput setengah jam lagi.” Jawab Bu Mayang.
“Dadakan banget pesannya, memangnya untuk acara apa?” Tanya Marvel. Ia baru pulang les bahasa dan langsung ikut bergabung dengan Ibu dan Kakaknya.
“Katanya sih untuk acara ulang tahun Anak-anak.” Jawab Bu Mayang.
“Bu, tadi Mama nya Pak Maxim telpon Kakak, terus ngundang Kakak ke rumahnya untuk Makan malam.” Ucap Laudya.
Bu Mayang menatap Putrinya. “Kakak terima?”
Laudya menganggukan kepalanya. “Terima, awalnya Pak Maxim yang lebih dulu terus pas Kakak mau ngasih alasan gak bisa datang. eh malah Mamanya yang Telpon, mau nolak gak enak. Apalagi beliau udah baik sama Kakak.” Jawab Laudya.
“Tapi di Jemput sama Nak Maxim kan?” Tanya Bu Mayang.
“Katanya sih iya.” jawab Laudya.
“Kayanya Bang Maxim itu suka deh sama Kakak.” Ucap Marvel.
“Ngawur, mana mungkin suka sama Kakak.” Bantah Laudya.
“Iya tahu, Adek suka lihat cara natap Bang Maxim ke Kakak. beda banget tahu.” Balas Marvel.
“Sama Ibu juga, malah ibu suka sengaja nyuri-nyuri Pandang ke Arah Nak Maxim kalau lagi ngajak kakak bicara. Dan ya tatapan itu tatapan suka sama orang yang ada di hadapannya.” Ucap Bu Mayang.
Laudya tidak ikut bicara lagi, ia malah jadi kepikiran lagi kan soal perasaan nya. Dan ia sudah tahu sekarang kalau dirinya itu memang benar menyukai Bos nya sendiri.
Tapi Laudya akan memendamnya dan tidak akan memberitahu siapa-siapa, dan akan berusaha untuk bersikap biasa kalau sedang bersama Maxim.
Laudya memperhatikan Ibu nya, ia baru ngeh ternyata wajah ibu nya agak pucat.
“Bu, lebih baik untuk satu Minggu ke depan jangan ngambil orderan dulu, Ibu istirahat dulu aja. Kakak gak mau ya kalau tiba-tiba dapat kabar ibu sakit.” Ucap Laudya.
“Ibu sehat kok Kak, gak perlu khawatir.” Bantah Bu Mayang.
“Sehat dari mana nya sih Bu, itu wajah Ibu aja pucat.” Ucap Laudya.
Mendengar Wajah Ibu nya pucat, Marvel langsung menatap Ibu nya. dan benar saja, kenapa ia Tidak menyadarinya.
“Benar kata Kakak Bu, Ibu Harus mengistirahatkan tubuh ibu. Jangan terlalu capek.” Ucap Marvel.
“Kalau memang mau ngambil orderan, Orderan Kue aja tapi harus di batasi. Nanti Kakak sama Adek bantu.” saran Laudya.
Bu Mayang menghela nafasnya, sudah dari kemarin sebenarnya merasa tubuh nya lemas. Tapi beliau tetap paksa untuk berpura-pura seperti orang sehat karena tidak mau membuat kedua anaknya khawatir.
“Iya nanti Ibu ikut saran dari Kakak.” Ucap Bu Mayang.
*
Jam tujuh Malam Maxim sudah berada di rumah Ibu nya Laudya, ia sedang duduk di Sofa ruang tamu.
Laudya masih sedang siap-siap, sementara Bu Mayang baru saja pamit keluar. katanya mau ke rumah tetangganya yang sedang sakit, sementara Marvel berada di dalam kamarnya.
Tak lama kemudian, Laudya keluar kamar dan berjalan ke ruang tamu. Malam ini ia mengenakan Dress Selutut dengan lengan pendek berwarna Biru Muda.
Ia ingat betul, Dress tersebut hadiah Ulang tahun Dirinya dua tahun yang lalu. masih bagus karena memang jarang di pakai.
Karena Laudya sudah siap, mereka keluar rumah dan sebelumnya Laudya sempat pergi ke kamar Adik nya untuk berpamitan.
Laudya juga mengirimkan pesan kepada Ibu nya, kalau ia sudah akan berangkat dengan Maxim.
“Kenapa makin deg-degan, ini nanti Dirumah nya cuma orang tuanya aja kan ya?” Ucap Laudya dalam hatinya.
Yang dirinya takutkan adalah, Bu Mayang bukan hanya mengundang dirinya saja. tapi mengundang orang lain juga, ya seperti saudaranya.
“Apa tanya aja ya?”
Dengan ragu Laudya mulai bertanya. “Emmm, Mas.” Panggil Laudya.
Beberapa hari yang lalu, Laudya di paksa Maxim untuk mengubah panggilannya saat sedang berada di luar jam kerja.
“Apa?”
“Yang ikut Makan Malam gak banyakkan kan orang nya?” Tanya balik Laudya.
“Entah, tapi seperti nya cuma kita, Mama, Papa sama Seina.” Jawab Maxim.
Laudya menatap Maxim dari samping, entah kenapa ia merasa ucapan nya Maxim itu tidak benar dan ada sedikit kebohongan.
Maxim merasa sedang di perhatikan membuatnya melirik sekilas ke arah Laudya.
“Kenapa? Mulai terpesona ya?” Tanya Maxim dengan tingkat kepedean nya lumayan tinggi.
“Bukan, tapi aku ngerasa Mas itu lagi bohong.” Ucap Laudya.
Bukan hanya panggilan Pak jadi Mas saja yang berubah, tapi panggilan Saya kamu juga jadi Aku Kamu.
Maxim mendengus, “Gak percayaan banget, Kita lihat aja nanti kalau sudah sampai.” Ucap Maxim.
Setelah menempuh perjalanan cukup Lama, akhirnya mereka sudah sampai di depan bangunan cukup megah.
Dan Laudya mengatakan didalam hatinya kalau di depan nya itu bukan hanya sekedar rumah, tapi sudah bisa di bilang Mansion.
“Yuk Masuk, kita sudah di tunggu.” Ajak Maxim.
Mereka masuk ke dalam Mansion, dan langsung berjalan menuju Ruang Makan.
Mata Laudya melebar dan langsung mengendalikan nya lagi, saat melihat banyak orang yang sudah duduk di sana.
Laudya kemudian menatap Maxim dan seolah-olah sedang mengatakan kalau ia sangat kesal kepada Maxim karena sudah di bohongi.